02. fresh trace

161K 25.6K 5.2K
                                    

12 Agustus 2017
  
   
 
   
Hal pertama yang kuingat saat melihat kalender adalah ulang tahun Na Jaemin besok, sekaligus hari kelulusanku dari SOPA.
  
   
Selagi keluargaku sibuk mempersiapkan perayaan kelulusanku yang lebih cepat setahun ini, aku memilih pergi ke sekolah untuk sekedar menyapa teman-temanku ㅡbaik yang manusia ataupun arwah.
Padahal siswa kelas tiga sudah tidak wajib datang ke sekolah.

Benar saja, kulihat hari ini anak-anak kelas tiga tidak banyak yang datang ke sekolah, termasuk Mark.

Well... apa sih yang bisa kamu harapkan dari seorang idola seperti Mark kalau menyangkut tentang sekolah?
Aku tidak sekelas dengannya, karena aku murid akselerasi, jadi jarang sekali aku bertemu dengan Mark. Kecuali kalau aku memang sengaja menemuinya.
  
   
   

"Oy, Kim..." suara datar dan dingin berdesir di telingaku saat melewati toilet sepi di lantai tiga.

Tapi aku tidak kaget.

"Aku nggak kaget, Haru," aku bergumam sambil tersenyum, tanpa menoleh tentunya.

Suara tadi berdecak kesal.
"Wah, Kim, kamu cuek ya sama aku. Padahal tadinya aku mau kasih tau sesuatu yang pen-ting," Haru melayang vertikal lalu berjalan mundur di atap, tangannya dimasukkan ke saku celana olahraganya ㅡwajahnya menghadapku.
  
   

Kalian pernah nonton Harry Potter?
Ngomong-ngomong, Haru adalah Myrtle merana versi sekolahku, arwah cewek muda yang meninggal karena overdosis obat penenang di kamar mandi yang tadi aku lewati.

Bedanya, Haru tidak merana, justru menurutku ia arwah paling ceria yang pernah kutemui.
    
   

"Oh ya? Apa?" ucapku agak tertarik. "Dan tolong nggak usah menyiksa diri dengan cara akrobat gituㅡ ampun deh."
  
  
Haru mencibirku, lalu secepat kilat turun dari langit-langit dan berjalan di sampingku.
   
  
"Ada hubungannya sama cowokmu," desis Haru sambil terkikik.
  
 
Deg.
  
  
Aku langsung menoleh padanya dengan antusias. Baiklah, aku memang tidak sedang pacaran dengan siapapun. Tapi tentu saja yang dimaksud Haru dengan 'cowokmu' adalah Na Jaemin.
  
   
"Dia masuk sekolah hari ini?" tanyaku penuh harap.
  
  
Sayangnya, Haru menggeleng pelan.
  

Sudah kuduga, pikirku.
Aku memutar bola mata sambil menghela nafas.
  
   

"Terus apa?" tanyaku.

"Lee Jeno, aku ketemu dia pagi ini di toilet cowok."

"Maksudmu ngintip?"

"Well... semacam itu lah hehehe."

"Dasar hantu mesum," tukasku. "Tapi kamu yakin Jaemin nggak ada?"

"Yakin banget. Aku ngikutin Jeno sampe ke depan kelas dia kok, tapi aku nggak berani masuk ke kelasnya soalnya ada nona biru," Haru bergidik ngeri.

Haru, si hantu yang takut hantu.

Bulu kudukku meremang mendengar julukan arwah paling mengerikan di sekolah ini.
Kalau Haru dan beberapa arwah lain lebih suka menampakkan wujudnya dalam bentuk manusia yang utuh, si nona biru ini tidak. Wajahnya luka-luka dan tatapan matanya galak, ohㅡ membayangkannya saja sudah membuatku meringis ketakutan.

Bisa melihat arwah bukan berarti aku sudah terbiasa dengan mereka. Untungnya, aku hanya bisa melihat mereka yang memang ingin kulihat.
Aku tidak bisa membayangkan kalau kemampuanku bisa untuk melihat semua arwah di muka bumi ini, melihat manusia saja rasanya sudah sesak.
  
   
  
"Masih suka ngomong sendiri ternyata," ucap seseorang ㅡsuaranya bergema di persimpangan koridor. "Aku heran kenapa orang kayak kamu bisa dapet nilai di atas rata-rata setiap ujian."

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang