14. sm ent (2)

91.9K 20.3K 1.6K
                                    


Biasanya sikap Jeno padaku memang agak menyebalkan, tapi baru kali ini aku takut padanya.

Cara dia menatap Mark sekarang, lebih galak daripada kalau menatapku setiap aku mengganggunya.

"Kalian kan tau, semua ini demi Jaemin," kata Mark tenang.

Jeno mendengus.
"Tapi mau berapa orang lagi yang jadi korban? Herin, Hansol hyung, dan sekarang dia?"

"Hey," Mark berusaha menginterupsi, tapi Jeno melawan dengan nada yang lebih meninggi.

"Buat mereka, menyingkirkan orang-orang terkenal aja gampang, apalagi cuma cewek kayak dia?" racau Jeno. "Aku yakin, Jaemin juga nggak suka kalo caranya kayak gini."

Aku terdiam mendengar kalimat Jeno.

Jadi maksudnya aku memang sengaja dilibatkan atau bagaimana?

Aku benar-benar tidak mengerti.

Jaemin tampak sama bingungnya. Tatapannya berpindah bergantian ke aku, Mark, dan Jeno.

Aku melepaskan tangan Jeno saat melihat Haechan, Chenle, Renjun, dan Jisung menonton kami.

Aku malu sekali, pasti pemandangan ini seperti dua laki-laki tampan meributkan orang gila baru.

"Cukup," ucapku pada Jeno tanpa berani menatapnya. "A-aku... nggak apa-apa, ini mungkin keliatan parah, tapi aku baik-baik aja."

Haechan menghampiri Jeno, lalu berbisik sesuatu yang mungkin membujuknya supaya tenang.
Aku mengangguk berterimakasih saat dia tersenyum kepadaku sambil membawa Jeno pergi.

Aku berusaha tidak menatap Mark secara langsung, tapi ekor mataku menangkap ekspresinya yang tampak merasa bersalah.

"Well... well... cukup reuninya," Sarah muncul dari seberang taman sambil menepukkan tangannya. "Nona Kim, saya rasa tadi kita sepakat soal menunggu di ruangan itu?"

"Maaf," hanya itu yang keluar dari mulutku.
Aku menyeret langkah ke belakang punggung Sarah, mengabaikan Mark dan yang lain.

"Liat apa? Shoo~" Sarah mengibaskan tangannya, mengusir dreams yang masih diam di tempat.
Mereka menurut, pergi ke arah bangunan depan.

Sarah memberi isyarat supaya aku mengikutinya.
Kami menyeberangi halaman yang cukup luas sebelum masuk ke basement dan naik lift tanpa saling bicara.

Sial, cukup banyak arwah di basement tadi dan sekarang ada 3 di lift.
Bahkan Jaemin sepertinya agak takut saat mereka memperhatikannya lalu bergumam soal 'tubuh tanpa penghuni' dan 'aku ingin hidup lagi'.

Demi Tuhan, aku bersumpah tidak akan kubiarkan kalian merebut raga Jaemin.

Aku menatap arwah-arwah itu galak, walaupun tatapan balik mereka jauh lebih membuatku takut.

Lift berhenti di lantai 15 dan kami menyusuri koridor sempit dan panjang bernuansa warna creme dan baunya seperti karamel.

"Aku belum pernah kesini sebelumnya," gumam Jaemin. "Tapi baunya agak familiar."

Aku mengabaikannya.
Cukup riskan berbicara dengan Jaemin saat bersama Sarah ㅡwalaupun paling aku hanya dikira gila.

Saat berbelok ke ruangan yang paling sudut, aku terperanjat mendegar suara pukulan dan benda pecah.
Sarah sepertinya tenang-tenang saja, ia masuk ke ruangan asal suara itu ㅡdan aku mengikuti.

"Cukup, Luo," perintah Sarah pada seorang pria berbadan besar yang membelakangi kami.

Dan betapa kagetnya aku dan Jaemin saat melihat siapa yang ada dibalik pria yang disebut Luo tadi.

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang