Pagi hari berikutnya, aku terbangun saat sinar matahari sudah menerobos jendela kamarku dalam keadaan tidur di depan pintu ーdua selimut membungkus tubuhku.
Satu malam berlalu, tapi rasanya seperti seminggu.
Aku memastikan tidak ada Jaemin di kamarku sebelum berlari ke kamar mandi.
Setelah mandi dan berpakaian, aku melihat betapa parahnya tampangku saat ini ーwajah keunguan dan mata bengkak.Aku turun ke lantai satu untuk mengompres mata dengan sendok dingin.
Ini sudah siang, orang tuaku pasti sudah pergi bekerja ーtinggal ada hantu saja."Morning."
Ternyata aku salah, ibuku masih di rumah. Dia sedang membuat sarapan dan menyapaku tanpa menatap.
Aku tidak menjawab, hanya berjalan ke kulkas lalu memasukkan sendok.
"Sarapan, hun," perintah ibuku. "And you shall not say no."
Ia sudah menyiapkan segelas susu dan dua tumpuk roti panggang yang baunya enak.Kalau dia sampai bolos kerja, artinya ini akan jadi hari bimbingan konseling. Dan tidak ada gunanya membangkang.
Aku duduk di meja makan, meneguk susu cokelat pelan-pelan karena pipiku sakit.
Ibuku duduk di seberangku dengan ekspresi serius yang sangat mengintimidasi.
"So, you're ready to tell me?"Aku hanya menggeleng sambil mengunyah roti panggang.
Ibuku menghela nafas kesal lalu memijit pelipisnya. Ia tahu aku keras kepala, jadi percuma memarahiku atau memaksaku.
"Okay," ucapnya. "Tapi itu artinya kamu siap dihukum nggak boleh keluar rumah sampai... Yeah, we'll see."Aku berhenti mengunyah.
Kalau aku dilarang keluar rumah berarti aku tidak bisa melakukan apapun untuk Jaemin, dan itu sama sekali tidak bagus."Nggak bisa, Mam. Aku ada banyak janji," elakku.
"Your problem, not mine," ucap ibuku kesal.
Yeah, dia memang pantas kesal."Please, apapun selain nggak boleh keluar rumah," aku memohon.
"Nope," ibuku menggeleng tegas sebelum ponselnya berdering menghentikan perdebatan kami.
"Hai."
Tiba-tiba Jaemin duduk di sebelahku dengan canggung.Mengingat kejadian tadi malam, aku membuang muka lalu meninggalkan meja makan, berlari menaiki tangga ke kamar.
Memalukan sekali, kalau ingat semua itu rasanya aku ingin berubah jadi bubur saja.
"Hey, kamu salah paham!" Jaemin mengejarku.
Salah paham apanya?
Aku mengabaikannya dan tetap berlari.
"Aku minta maaf!" ucap Jaemin. "Demi Tuhan aku nggak liat apa-apa."
Di menarik lengan bajuku saat aku membuka pintu kamar.
Aku menoleh dengan wajah merah padam."Bohong," ucapku sinis.
"Beneran," ucap Jaemin canggung. "Kan aku cuma... aku takut kamu kedinginan jadi..."
Aku menatapnya penuh rasa malu, memastikan dia berkata jujur.
"Tadi malem kan dingin, terus kan warna terang itu katanya bisa bikin tambah dingin jadiㅡ HEY!"
Aku membanting pintu di depan hidung Jaemin.
Bodoh.
Dasar hantu kurang ajar, kalau dia tidak lihat apa-apa, kenapa menyebut 'warna terang'?Aku teringat underwear-ku yang berwarna creme.
Bodoh bodoh bodoh.
"Alisseu~" suara Jaemin memohon dari balik pintu. "Maaf deh, iya liat sedikit sebenernya, nggak sengaja. Please, maaf, ya?"
Masa bodoh.
"Lupain aja, oke? Aku harus ngomong sesuatu nih," rengek Jaemin.
"Ngomong aja sama pintu," balasku.
"Aku masuk nih, aku kan hantu."
"Masuk aja kalo mau mati."
Tak sampai satu detik aku berbicara, Jaemin si hantu tak tahu diri sudah menembus dinding kamarku dan berdiri di depanku.
"HEH!" protesku.
"Pssst," Jaemin menaruh telunjuknya di bibirku. "Nggak mau dikira gila kan?"
Karena aku tak bisa menepis tangannya, aku menyingkir. Dengan gusar duduk di meja belajar.
"Mau ngomong apa?""Nggak ada hehe. Tadi cuma biar kamu nggak marah lagi aja," dia nyengir.
Aku menatapnya gusar, berniat marah toh percuma karena dia akan ada di dekatku 24 jam setiap hari.
"Jadi apa rencana kita selanjutnya?" tanya Jaemin.
"Kamu denger sendiri kan tadi? Aku resmi ditahan," ucapku pada Jaemin. "Lagian sekarang aku nggak bisa bebas ketemu Mark dan yang lain."
"Hmm... Iya juga."
Tiba-tiba aku merasa kesal karena sadar tidak bisa berbuat apa-apa.Tanpa info dari teman-teman Jaemin, bagaimana aku bisa tahu dimana Ji Hansol berada?
Lagipula, kalaupun aku tahu, bagaimana aku bisa menemuinya?
Ini sulit.
Buntu."Firasatku bilang, Hansol hyung tau sesuatu," ucap Jaemin serius.
Dalam hati aku mengiyakan.
Tapi masalah utamanya sekarang adalah bagaimana bisa bertemu dengan orang itu?Aku menatap kosong ke dinding kamarku yang ditempeli sekitar selusin foto polaroid.
AH!
Bola lampu menyala di otakku saat pandanganku jatuh di fotoku dan Yura saat menonton SM Town tahun lalu.Yura, bagaimana aku bisa lupa kalau dia ada di dunia ini?
Dia bisa diandalkan.Aku ingat betul bagaimana Yura bisa dengan cepat menemukan dimana EXO berada hanya dari foto fantaken random atau update instagram.
Dalam hal ini, dia jenius.
"Heh, ngapain senyum-senyum sendiri?" Jaemin menjentikkan jarinya di depan hidungku.
"Aku punya ide. Ada seseorang yang bisa bantu kita ketemu Ji Hansol," ucapku bersemangat.
Jaemin tersenyum, tapi kemudian senyum itu lenyap.
"Tapi kamu kan nggak boleh keluar rumah. Aku nggak mungkin pergi sendiri.""Hmm," aku menggigiti bibir sambil memutar otak.
Kalau begini aku harus keluar rumah, bagaimanapun caranya.
Sebuah ide gila terlintas di otakku. Aku mengambil gunting di meja belajar lalu berjalan ke depan cermin.
"Heh mau ngapain?" tanya Jaemin kaget.
Tapi aku tidak menggubrisnya.
Aku memangkas rambut panjangku menjadi pendek sebahu.Aku harus berubah jadi orang lain.
"Kamu gila ya?" tanya Jaemin tak percaya saat aku menyemprotkan pewarna rambut temporary dan membuat rambut hitamku berwarna pirang aneh.
"Ya, aku gila," jawabku sambil memasang lensa warna abu-abu di mataku.
Jaemin hanya geleng-geleng kepala sambil menontonku.
Setelah memakai make up cukup tebal, aku memandang pantulan diriku yang super norak di cermin.
Lumayan, tidak tampak seperti Alice Kim.Aku mengambil tas tenis besar di lemari lalu mengisinya dengan beberapa baju, buku tabungan, dan benda-benda penting lain.
"Hey, Alisseu, jangan bercanda! Kamu nggak mau kabur kan?" tanya Jaemin histeris.
Aku mengikat kuat tambang bekas panjat tebing di kaki tempat tidur, lalu melemparkan gulungannya ke luar jendela.
"Iya, kita kabur," ucapku sambil menyeringai pada Jaemin.
.
.
.
.
.
.
.
ㅡtbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]
Fanfictionwas #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 111017 #6 041017 #7 300917 #8 280917 #11 250917 #21 230917 #25 180917 #37 110917 #38 100917 #40 09091...