20. surprise?

85.3K 19K 3K
                                    

"Whoa daebak!"
  
 
  
   
   
  
  
  
    

Choi Sulli menatapku dengan matanya yang besar seakan-akan ada unicorn hinggap di hidungku.
  
  

Tadi dia menggiring kami masuk ke ruangan privat yang remang-remang. Botol minuman keras dan sampah makanan berserakan di meja.
  
   

"Gimana rasanya? Pasti asyik bisa liat berbagai jenis hantu," ucapnya takjub dengan senyum excited.
  
   
 
Kulihat Jeno berjengit.
Dia melirikku dengan tatapan 'iyain aja'.
  
   
  

Aku berpaling pada Sulli dan mengangguk kaku.
"Yeah, lumayan asyik. Seru. Cool."
  
  
  

"Kayaknya kita bisa jadi teman baik," Sulli bertepuk tangan. "Wiccan dan paranormal, whoa daebak!"
  
  

Oh... Rupanya Choi Sulli ini seorang wiccan ㅡpercaya dirinya seorang penyihir.
  
  
Dalam keadaan normal pasti aku menganggap dia sinting, tapi toh hidupku sudah dipenuhi kesintingan ㅡjadi rasanya sudah biasa.
  
  
  

"Noona, beneran nggak tau Hansol hyung dimana?" tanya Jeno pada Sulli.
  
  

Sulli mengerucutkan bibirnya sambil berpikir.
"Udah lama nggak ketemu," jawabnya. "Ternyata Hansol bisa liat arwah juga ya? Cool."
  
  

"Dia bahkan sekarang jalan-jalan sama arwah," ujarku. "Na Jaemin."
  
  

"Ah~ ya, dia pernah cerita tentang Jaemin," Sulli menunjuk Jeno. "Terawanganku tepat, kan? Jaemin emang masih hidup."
  
  

Jeno menghela nafas.
"Iya, tapi dimana?"
 
  

"Hmm..." Sulli menyesap rokoknya ㅡganja, kalau kulihat dari bentuk asapnya. "Jadi arwahnya terpisah sama tubuh ya? Wow."
  
  

"Iya, dan dia kehilangan beberapa ingatan sebelum arwahnya terpisah," ucapku.
  
  
 
"Ini bukan kerjaan orang biasa. Mungkin dia wiccan juga, atau penganut kepercayaan tertentu. Persekutuan manusia dan iblis," kicau Sulli.
 
  

Jeno dan aku bertukar pandang.
Mendengar Sulli bicara sulit untuk menganggap dia masih waras.
  
   
   
  

"Jadi tadinya Jaemin sama kamu, terus sekarang sama Hansol?" tanya Sulli.
  
  

"Dan Hansol hyung nggak pernah bilang ke kita kalo Jaemin sama dia atau dia bisa liat arwah juga. Mencurigakan kan?" kata Jeno.
  
  

"Hmm..." Sulli bergumam lagi. "Coba kita terawang ya."
  
  

Sulli mengeluarkan benda-benda aneh dari tasnya. Batu kristal berwarna keunguan, cermin dengan bingkai perak, segulung tali, dan buku tebal sebesar telapak tangan.
  
  
Aku dan Jeno menonton Sulli menyusun benda-benda itu menjadi formasi aneh, lalu membaca bukunya sambil bergumam.
Ia memejamkan mata sambil terus komat-kamit.
  
  
 
Ini mulai konyol.
Kurasa kami semua sudah gila.
  
  
  
BRAKKK
 
 
Aku dan Jeno terkesiap saat Sulli tiba-tiba memukul meja dengan telapak tangannya.
Ekspresinya sudah normal lagi, tersenyum menawan pada kami.
  
  
 

"Hansol ada di Seoul. Dia nggak kemana-mana," ujar Sulli. "Mungkin ada di rumahnya?"
  
  
"Dia satu flat sama temenku, di Emerald," ucapku. "Tapi itu flat besar, aku belum pernah ketemu mereka lagi."
  
  
Aku jadi ingat Yura, dia pasti mencariku.
Kurasa aku harus pergi.
  
  

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang