12. seo herin

97.9K 20.1K 1.1K
                                        

"Kamu yakin nggak mau ke rumah sakit? Are you sure?"
Seo Herin, duduk di seberangku, menyeringai melihat aku menyeka wajahku yang babak belur dengan handuk basah.
  
  

Aku menggeleng, mencoba tersenyum tapi sudut bibirku perih.
    
      
Yeah, ternyata aku pingsan.
   
   
Sepuluh menit yang lalu aku siuman di ruang break Herin ㅡternyata tadi orang yang menyelamatkan hidupku adalah managernya.
   
  
    
"I have to go, sorry. Ini take terakhir, semoga nggak lama," Herin menatapku kasihan.l "Ah, baju ganti ada di atas nakas."

Rasanya aneh berhadapan dengan Herin yang cantik dalam keadaan wajahku seperti monster begini.
"Ok, take your time," gumamku tidak jelas.
  
  
Herin menghilang di balik pintu.

Hening, membuat luka-lukaku terasa lebih berdenyut menyakitkan.
  
    
     
"Kamu aneh ya," Jaemin bersuara setelah diam sejak tadi. "Emang nggak sakit ya?"
  
 
Aku menempelkan band-aid di sekitar sikuku yang dihiasi bekas cakaran kuku palsu.
"Ya sakit. Apa anehnya?"
  
  
"Hmm... Dulu, waktu kamu kira aku udah mati, kamu nangis. Sekarang, kamu baru aja hampir mati tapi kayaknya biasa aja," kata Jaemin.
  
  
Kalau saja wajahku tidak bengkak, pasti sudah jelas berubah warna menjadi kemerahan karena mengingat kejadian itu.

Benar juga sih, kenapa aku menangisi Jaemin tapi tidak bisa menangisi diriku sendiri?
 
  
"Itu berarti harusnya kamu yang nangisin aku, jadi impas," jawabku asal.
  
  
Jaemin mencibir. "Boys don't cry, baby."
  
 
"I'm not your baby," aku terkekeh.
  
  
"Aduh jangan ketawa dulu," Jaemin meringis. "Jelek banget."
  
  
Aku mendesiskan umpatan, lalu kembali berkutat dengan benda-benda di kotak first aid.

Diam-diam aku memikirkan apa yang terjadi dengan Ten sekarang.

Mungkin, tidak ㅡpasti, artikel dispatch itu sangat berpengaruh bagi kehidupannya. Jangan-jangan yang dimaksud 'berurusan dengan Youngmin' ada hubungannya dengan semua ini.
  
  
 
"Keluar," usirku pada Jaemin sambil mengibaskan dress Herin di tanganku. Jaemin mengangkat bahu lalu pergi menembus tembok.
  
   
Setelah bersusah payah, aku berhasil memakai dress itu. Tapi masalah lain muncul ㅡresleting di bagian punggung macet. Sekitar 10 menit aku berusaha menariknya ke atas, tapi tidak berhasil.
  
  
"Alisseu, kamu nggak pingsan lagi kan?" suara Jaemin terdengar dari balik pintu.
  
  
Aku sedang duduk terengah-engah karena resleting sialan ini, mengumpulkan tenaga untuk menjawab.
Tapi Jaemin sudah masuk duluan menembus pintu.
  
  
"Hey!" pekikku galak sambil menyilangkan tangan di depan badan.
  
  
"Ups, so-sorry, makanya jawab dong!" ucap Jaemin gugup.
  
  
Aku menggerutu sambil berusaha lagi menarik resleting macet di punggung. Jaemin menontonku lalu dengan ekspresi tidak sabar berjalan ke belakangku.
  
  
"Heh, mau ngapain?!" protesku.
 
 
"Minta tolong kan bisa," gumamnya sambil menutup resleting di punggungku dalam satu tarikan.
  
Kuharap Jaemin tidak mendengar detak jantungku yang mendadak terasa berdentum-dentum. 
   
    
     
Untung saja Herin datang, jadi aku selamat dari kecanggungan yang sempat terjadi setelah adegan resleting tadi.
  
  
"Wow," ucap Herin saat melihatku. "Perfectly fit you."
  
  
Aku berdecak. "Thank you, for everything," ucapku tulus.
  
 
Herin tersenyum. "Ayo, kita ngobrol di mobil aja."
  
  
  
Kami berjalan lewat pintu belakang ke mobil Herin yang diparkir tidak jauh dari gedung peristirahatan peserta Idol School. Tidak terlalu ramai di luar, semua orang pasti sedang sibuk sendiri.
   
  
Herin mempersilakanku masuk, sementara managernya mengawasi kami dari kejauhan.
Saat aku dan Herin sudah berdua saja di dalam mobil, Jaemin masuk menembus pintu belakang mobil dan duduk dengan wajah tegang.
   
  
"Eonni, karena waktunya mepet, aku rasa langsung aja ya," ucap Herin. "Well... ini tentang Jaemin ㅡaku salah satu orang yang liat Jaemin terakhir di sekolah."
  
  
Aku mengangguk sambil menahan nafas. "Jadi?"
    
    
"Semuanya aneh," desah Herin. "Like, it had perfectly planned before."
   
   
"Maksudnya?"
     
    
"Yeahㅡ biasanya Jaemin nggak pernah pulang sekolah sendiri, kan? Tapi menjelang hari itu Jeno, Hina, dan semuanya kayak sengaja dipisahin dari Jaemin gitu."
      
    
"Kamu tau dari mana?"
   
   
"Dari cerita mereka, Mark yang bilang," pipi Herin sedikit merona saat menyebut nama Mark.
     
    
"Tapi mereka nggak ngomong tentang ini waktu kami ketemu tempo hari," ucapku heran.
     
    
"Oh, mungkin mereka lupa," ucap Herin. "Habis itu udah susah sih ketemu mereka, soalnya orangnya Youngmin ada yang tau kalau aku liat Jaemin sebelum menghilang terus ya gini ㅡaku disuruh pura-pura leave dari SM."
    
   
"Hah? Pura-pura?" tanyaku. Kupikir Herin sudah benar-benar meninggalkan SM Ent.
   
    
"Yeah, entahlah. Tapi mereka bilang aku harus pura-pura leave biar lebih dinotice di acara ini. Semacam cari sensasi. Aku juga nggak ngerti," ucap Herin datar.
    
    
"Jadi," aku menatap Herin lurus. "Hari itu, apa aja yang kamu liat?"
   
Herin menghela nafas.
"Hari itu ada jadwal training rookie girls setelah pulang sekolah, jadi aku sengaja ke SOPA biar bisa bareng yang lain.
Karena di gerbang depan macet, jadi mobilku muter ke gerbang belakang. Nah, disitu aku liat Jaemin lagi gelisah sambil liat layar handphone-nya."
  
   
Aku melirik Jaemin yang seperti sedang mengingat-ingat kejadian itu. Lalu kembali mendengarkan Herin.
    
   
"Baru aja aku mau keluar, aku liat ada mobil fortuner hitam berhenti di dekat tempat pembakaran sampah ㅡdi jalan buntu.
Terus Jaemin jalan ke mobil itu, aku nggak bisa liat jelas apa yang terjadi selanjutnya. Tapi sekitar 2 menit kemudian mobil itu putar balik ke jalan raya, full speed," jelas Herin panjang lebar.
     
    
Aku tertegun.
Ini sesuai dengan ingatan Jaemin tentang dibekap klorform.
  
 
"Kamu inget nggak nomor platnya?" tanyaku pada Herin.
    
   
Herin menghela nafas dalam. "Seandainya aku tau mereka bakal bawa Jaemin dan menghilang selama ini, pasti aku catat nomornya waktu itu."
   
 
   
Bahuku melemas.
Di Seoul mungkin ada ribuan fortuner hitam, bagaimana cara menemukan mobil yang benar?
   
  
Ini sih namanya buntu.
   
 
    
   
"Ada satu hal lagi yang menurutku aneh, sih," ujar Herin. "Aku rasa SM menyingkirkan orang-orang yang tau tentang hal ini."
  
"Why is that?"
  
"Soalnya bukan cuma aku yang dipaksa keluar dari lingkaran SM building, dan dia nggak sengaja denger nama Jaemin disebut-sebut di kantor Youngmin sebelum hari penculikan itu ㅡkatanya."
  
   
Aku dan Jaemin kompak membelalakkan mata.
"Siapa?" tanyaku.
  
  
"Ji Hansol oppa," ucap Herin sambil menatap udara kosong.
   
    

                                                

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       
    
    
     
     
        
    
    

.
.
.
.
.
ㅡtbc

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang