08. the lost soul (2)

103K 21.6K 2.6K
                                    

"Kamu kenapa sih? Hey!"

Ten kebingungan menatap bergantian ke arahku dan Jaemin, membuatku yakin dia memang tidak bisa melihat Jaemin.

Reaksi tubuhku rupanya lebih cepat dari otakku ㅡlututku lemas dan aku tumbang kalau Ten tidak menahan sebelah lenganku. Mata bengkakku yang sejak tadi sama sekali belum terlepas dari Na Jaemin terasa luar biasa pedih saat air mata mulai keluar lagi.

Dia sudah mati.

Na Jaemin benar-benar sudah mati.

Dia sudah menjadi arwah.

"Loh, kenapa?" aku mendengar Ten dan Jaemin berseru bersamaan.

Aku berusaha meredam isakanku yang bercampur dengan rasa shock dan tentu saja ㅡmalu, Ten menepuk-nepuk pundakku. Sementara itu Jaemin mendekat, tangannya terulur ke wajahku.

"Jangan sentuh!" aku beringsut menjauh sebelum jari-jari Jaemin yang semi-padat menyentuh wajahku.

Aku tidak mau merasakan rasa dingin sentuhan arwahnya.
Aku belum siap menerima fakta tambahan yang mendukung kenyataan bahwa diaㅡsudahㅡmati.

Di saat yang sama Ten menjauhkan telapak tangannya dari pundakku, mungkin dia kira aku tadi menggertaknya.

"Kamu kenapa?" tanya Ten hati-hati.

Arwah Jaemin sepertinya tersinggung. Ia mundur lagi, menjauh dariku.

"Jaemin..." ucapku parau sambil mencengkeram ujung jaket Ten. "Jaemin udah mati!"

"Apa?" tanya Ten dan Jaemin bersamaan lagi.

Mereka berdua mendekat padaku. Ten ㅡtentu saja dia tak semudah itu percaya, sementara Jaemin tampak tidak terima dengan pernyataanku barusan.

Tapi sebelum aku membuka mulut untuk berusaha menjelaskan pada Ten kalau sekarang arwah Jaemin berdiri diantara kami, Jaemin sudah memekik gusar padaku.

"Nggak! Aku belum mati!"

"Ha?" gumamku, menatap wajah kesalnya lekat-lekat.

Ten, jelas makin bingung. Berani taruhan, dia pasti mengira aku sudah gila.

"Aku belum mati," ulang Jaemin. "Okeㅡ aku emang arwah, tapi aku belum mati."

"Jaemin," ucapku getir. "Aku tau kamu mungkin belum bisa terima, tapi kamu udah jadi arwah, kamu udah ada di dimensi yang beda sama manusia!"

"Tapi aku belum mati! Itu yang arwah-arwah lain bilang!" ucap Jaemin. "Mereka bilang ini bukan tempatku, aku harus kembali ke badanku!"

Dahiku berkerut mendukung otakku yang berusaha mencerna kata-kata Jaemin. Bibrku bergerak-gerak ragu antara ingin bertanya tapi tidak tahu apa yang harus aku tanyakan.

Tapi sebelum aku bisa berkata-kata lagi, Jaemin sudah mendekat kepadaku.

Sangat dekat.

Hidung kami mungkin hanya berjarak 10 cm sekarang. Dia menangkupkan telapak tangannya ke wajahku yang masih agak basah.

Hangat.

Bukan ini yang kurasakan kalau arwah lain menyentuhku.

Mataku membulat tanpa melepaskan kontaknya dengan mata Jaemin, lalu secara dramatis mulai berair lagi.

"Shh," Jaemin menggeleng sebelum melepaskan tangannya, memberi isyarat supaya aku berhenti menangis. "Sekarang kamu percaya, kan?"

Aku tak tahu harus percaya atau tidak.

Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang