Entah berapa jam ㅡatau mungkin hari yang sudah kulewatkan saat aku bangun dengan kepala pusing dan perut lapar di ruang perawatan first class.
Yonsei University Hospital ㅡbegitu yang tertulis di baju rumah sakit yang kupakai sekarang.
Tidak banyak kejadian yang kuingat. Hanya kelebatan-kelebatan perjalanan dari Incheon, kepanikan orang tuaku, dan selanjutnya... gelap.
Samar-samar kudengar orang tuaku menginterogasi seseorang di balik sekat ruangan ㅡkurasa itu Na Jaeyoon. Kasihan, dia pasti sudah banyak aku repotkan.
Kemudian aku sadar; aku sendirian.
Dimana Na Jaemin?
"Baby!" seru ibuku sambil menghampiriku. Di belakangnya ada ayahku dengan seragam polisinya ㅡdan Na Jaeyoon.
Aku menggigit bibir karena malu mendengar panggilan ibuku sendiri.
"Aku kenapa?" tanyaku pada mereka.
Ayahku menatapku tegas.
"Bukannya harusnya kami yang tanya?"Ya, kurasa itu ada benarnya.
Aku memang anak tak tau diri, mungkin mimpi mereka dibantai adalah peringatan untukku.Na Jaeyoon menggeleng pelan saat aku meliriknya ㅡpasti artinya dia tidak memberi tahu orang tuaku tentang yang sebenarnya terjadi.
"Maaf," ucapku. Aku hanya menunduk karena tidak mungkin menceritakan semuanya pada mereka.
"Udah lah," ibuku membujuk ayahku. "Let's talk about it later."
Ayahku menghela nafas walaupun akhirnya mengiyakan.
"Jadi... aku kenapa?" ulangku.
"Gastritis, hypotension ㅡyeah, semacam itu lah," jawab ibuku.
"Mereka bilang kamu stress dan kelelahan," sambung ayahku. "Pertanyaannya: kenapa?"
"Aku..." jawabku sambil memikirkan alasan. "Mungkin stress karena ujian universitas ㅡsemua orang juga pasti stress."
Dalam keadaan normal, orang tuaku biasanya percaya. Tapi sekarang mereka menatapku sangsi.
Membuatku makin merasa bersalah saja."Maaf, bisa nggak aku ngobrol berdua sama Jaeyoon? Sebentar aja," ujarku pada mereka.
Ayahku sepertinya sedang bad mood karena ulahku, ia hanya mengangkat bahu sambil melangkah pergi ke luar ruangan.
"Take your time," ibuku mengelus kepalaku dengan senyum terpaksa lalu menyusul ayahku ke luar.
"Ah, mam," panggilku.
"Hm?"
"My phone, please," pintaku memelas.
Ibuku kembali, membuka laci di nakas lalu menyerahkan ponsel ke tanganku.
27 Oktober 2017, 20:00
Berarti aku mungkin sudah melewatkan satu malam dalam keadaan tidak sadar.
"Maaf, Jaeyoon," ujarku. "Kamu jadi repot, maaf ya."
Jaeyoon hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. Dia masih memakai baju yang sama ㅡberarti dia tidak pulang sejak kemarin?
Ah, ada yang lebih penting. Na Jaemin.
"Jaemin nggak ada disini," ucapku panik pada Jaeyoon.
Matanya membulat, lalu mengetik pada ponsel model terbarunya dengan panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]
Fanfictionwas #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 111017 #6 041017 #7 300917 #8 280917 #11 250917 #21 230917 #25 180917 #37 110917 #38 100917 #40 09091...