was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au
Started on August 19th 2017
#4 111017
#6 041017
#7 300917
#8 280917
#11 250917
#21 230917
#25 180917
#37 110917
#38 100917
#40 09091...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumahku tampak sepi dan normal, seperti biasanya. Kami kira begitu.
Tapi ternyata tidak.
"SURPRISE!~~"
Orang tuaku, nenek dan kakekku, dan sekitar selusin sepupu bersorak sambil menebar confetti saat aku membuka pintu depan.
"Wow," ucapku bingung. "Ulang tahunku kan udah lewat, hehe," aku tertawa garing.
"No, darla, this is your graduation party!" pekik ibuku.
Ya ampun. Aku kan sudah lulus lebih dari seminggu yang lalu.
"Sorry, we're pretty late... Nenek sama sepupu-sepupu kamu baru bisa kumpul sekarang, darl," ucap ibuku.
Aku menggigiti bibir. Sebenarnya tidak apa-apa kalau mau mengadakan pesta. Tapi kenapa harus sekarang sih?
"Umm rrr..." aku salah tingkah. "Sebentar, oke?"
Aku menutup pintu dari luar, lalu menguncinya lagi.
"Sorry," aku menatap Ten, tidak enak. "Kayaknya sekarang kalian pulang aja deh."
"It's ok darl, let him join us!" teriak ibuku dari balik jendela, bahkan saat Ten belum berkata apa-apa.
"Kayaknya kita bisa ngobrol diem-diem, soalnya ini urgent," kata Ten.
"Nggak bisa, di dalem banyak sepupuku. Mereka pasti tau kamu siapa," ucapku.
Ten menghela nafas, kesal. "Ya udah, kita ketemu lagi besok. Aku pulang dulu."
Aku mengangguk, lalu melirik Jaemin yang mematung di sampingku.
"Kamu nggak ikut?" tanyaku.
Ten mengikuti arah pandang mataku. "Oh iya, Jaemin gimana?"
"Aku nggak mau ikut," jawab Jaemin datar. "Baru aja ketemu manusia yang bisa diajak ngobrol. Kalo ikut Ten hyung percuma, nggak ada yang bisa aku lakuin juga."
Aku hanya bisa menatap Jaemin dengan iba, ada benarnya juga sih.
Tapi, maksudnya hari ini dia mau menginap di rumahku?
"Dia bilang apa?" tanya Ten memecah lamunanku.
"Ng... Nggak mau, katanya," jawabku. "Dia bilang percuma ikut kamu, toh kamu nggak bisa liat dia."
"Hmm... Bener juga," ucap Ten. "Ya udah, aku pamit, Alice Kim. Jaem."
Aku melambaikan tangan dan setelah Ten menghilang di balik pintu pagar, aku membuka pintu lagi.
Keriuhan keluargaku menyambutku untuk kedua kalinya ㅡuntung saja tidak ada yang membahas Ten. Setelah berusaha keras mencari alasan, akhirnya aku bisa agak menjauh dari keramaian.
"Kamu tunggu di kamarku aja, gimana?" tawarku pada Jaemin yang mengekoriku. "Kan nggak mungkin kita ngobrol kalo mereka liat."
Jaemin mengangkat bahu. "Makanannya keliatan enak. Walaupun nggak bisa makan seenggaknya bisa ngeliatin sampe kenyang."
Aku menahan diri supaya tidak tertawa. "Ya udah, terserah. Kalo kamu bosen cari aja kamar yang pintunya warna biru di lantai dua. Seenggaknya di atas hantunya jinak-jinak."
Aku melengos meninggalkan Jaemin yang sepetinya agak shock mendengar perkataanku soal hantu tadi.