Aku, Ten, dan Jaemin berkutat dengan pikiran masing-masing di sebuah kedai kecil yang usang di sudut gang sempit kota Seoul.
Sepertinya Na Jaemin masih berusaha keras mengingat-ingat apa saja yang dia lihat saat arwahnya berpindah dimensi selama beberapa saat tadi.
Sementara Ten sesekali meneguk soju-nya sambil memainkan handphone. Aku tak mengerti kenapa minuman pahit itu banyak sekali penggemarnya ㅡaku lebih memilih minum sari ginseng karena badanku mulai menunjukkan reaksi tidak bagus.
Yah, bagaimanapun aku tidak tidur sejak kemarin dan berkeliaran kesana-sini.
"How's life?" tanyaku pada Ten karena sejak tadi sore kami belum sempat mengobrol santai.
"Nothing special," jawab Ten datar. "But at least gue udah melewati masa scorsing."
"Serius?" tanya Jaemin yang sejak tadi diam ㅡpercuma, Ten kan tidak bisa dengar.
"Serius?" ulangku pada Ten.
Ten mengangguk.
"Hampir sepuluh bulan rasanya kayak neraka dunia, akhirnya sedikit-sedikit keadaan mulai membaik."
"Maksudnya kamu dan SM?"
"Dan gankster sialan itu," tambah Ten.
"Kok bisa? Bukannya mereka penyebab semua ini?" tanyaku bingung.
Jaemin memilih menyimak dengan agak kesal karena tidak bisa ikut mengobrol.
"Kamu percaya kekuatan cinta?" tanya Ten dengan senyum tipis.
"Well..." aku kaget mendengar pertanyaan itu. "Not really. I'm fuckin loveless thou."
Ten tertawa pelan.
"Ternyata cinta emang bisa mengubah beberapa hal," kata Ten. "Kamu inget Jessica dan Sarah Tan?"
Aku mengangguk, trauma rasanya mendengar nama mereka.
"Sebenernya mereka bukan orang jahat. Yah, kadang ada orang yang terpaksa jahat."
"What?" tanyaku tak percaya. "Kamu sakit ya?"
Ten menggeleng.
"Jessica emang yang udah bawa aku ke segala kesulitan ini, tapi dia juga yang akhirnya melepaskan aku."
Aku dan Jaemin saling pandang tak mengerti, tapi kami memilih menunggu Ten melanjutkan perkataannya.
"Di pertemuan terakhir gue sama Jessica, aki bilang kalo gue mau berhenti jadi mainannyaㅡdan pada dasarnya aku nggak suka jadi budak yang bisa dia pakai semaunya. Waktu itu dia marah, tapi nggak bisa berbuat apa-apa karena cedera lututku yang parah. We couldn't do crazy things."
"Dan karena itu kamu suspend?" tebakku.
"Exactly," jawab Ten.
"Tapi waktu di S hotel itu, kamu kanㅡ" aku tidak melanjutkan kata-kataku karena mual mengingat kejadian itu.
"Ah..." ucap Ten. "Waktu itu gue masih ada di lingkaran pergaulan liar ㅡthose dude are suprisingly nice, dan aku waktu itu kebanyakan minum. Jadi... ya..."
"Okay," aku menghentikannya karena otakku sudah membayangkan yang tidak-tidak. "Terus apa lagi yang terjadi?"
"Jessica sakit," ujar Ten. "HIV atau apa lah, dan komplikasi."
Aku kaget.
"HIV? Tapi... kamu nggak..."
"Tenang aja, aku nggak tertular kok untungnya."
Aku dan Jaemin menghela nafas lega bersama.
"Gimana keadaan Jessica sekarang?"
"Dia udah mati ㅡdua minggu yang lalu," jawab Ten singkat. "Bagus deh, lebih baik dia mati."
Ten meneguk sojunya sampai habis.
"Sebelum mati, permintaannya adalah jangan ada Black Byun yang ganggu aku lagi. How nice, huh?"
"Oh..." aku mengangguk-angguk. "Jadi itu maksudnya kekuatan cinta?"
Ten mengangguk.
"Jessica termasuk orang penting Black Byun, walaupun bukan bos-nya. Sementara Sarah tadinya nggak terlibat, tapi ada sesuatu ㅡaku juga nggak tau, yang mengharuskan dia terlibat."
"Syukurlah, kalo gitu. Wellcome back, Ten oppa~" kelakarku.
Ten tertawa geli.
"Setelah selama ini jadi bocah nggak sopan, akhirnya kamu sadar kalo aku lebih tua."
"Mau aku panggil oppa mulai sekarang?"
"Nggak perlu. Sorta awkward," dia meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]
Fanfictionwas #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 111017 #6 041017 #7 300917 #8 280917 #11 250917 #21 230917 #25 180917 #37 110917 #38 100917 #40 09091...