was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au
Started on August 19th 2017
#4 111017
#6 041017
#7 300917
#8 280917
#11 250917
#21 230917
#25 180917
#37 110917
#38 100917
#40 09091...
Mendengar Herin menyebutkan nama Hansol, rasanya aku ingin menghela nafas dalam-dalam.
I mean, orang lain lagi?
Berapa banyak lagi sih aku harus terlibat dengan orang-orang terkenal yang ㅡpractically, tidak kukenal?
Setelah obrolan 'serius', Herin mulai membicarakan tentang Mark dan rookies lain. Aku merasa seperti mendengarkan curhatan adik sepupuku saat pajamas party.
Tapi sekitar 10 menit kemudian aku memotong ceritanya karena ingin pulang. Bukan karena Herin membosankan, tapi karena penampilanku yang kacau setelah diserang tadi.
"Semoga kapan-kapan bisa ketemu lagi," Herin mengucapkan salam perpisahan sebelum aku melambai dan keluar lewat pintu belakang lokasi filming.
Aku menghela nafas. Dress Herin yang kupakai benar-benar kontras dengan luka-luka dan rambut berantakanku.
"Kita naik taksi kan?" tanya Jaemin. "Nggak mungkin naik bis dalam keadaan kayak gitu."
Aku mengangguk. "Yeah, untuk orang tuaku kaya jadi uang jajanku lumayan banyak."
"Sombongnya," Jaemin terkekeh.
"Aku baru tau pernah ada sesuatu antara Herin dan Mark."
"Hahahaha, cuma cinta monyet. Mark hyung monyetnya," timpal Jaemin. "Tapi bukannya kamu lebih kaget waktu tau hubungan Jeno-Hina?"
"Well... iya sih. Hina kan pacarmu di fanfiction."
"Wah? Masa?"
"Iya. Kamu nggak pernah baca fanfiction?"
"Kayak aku punya banyak waktu luang aja."
"Hmmm."
"Terus, gimana perasaan kamu waktu tau ternyata Hina sama Jeno? Lega? Hehehe."
What?
"Kenapa aku harus lega?" tanyaku.
"Ya... kan katanya kamu fans-ku, jadi kalo ternyata Hina... Ah, udahlah. Nggak jadi," Jaemin menggaruk tengkuknya.
Aku tertawa pelan. "A~ aku ngerti. Hmm... gimana ya. Aku bukan fangirl delusif kok. Lagian kalaupun kamu nggak sama Hina, emang bakal terus sama aku?"
Jaemin diam menatapku alih-alih menjawab.
Saat aku mulai salah tingkah, untung saja tampak ada taksi yang sepetinya kosong, sedang melaju ke arahku.
Tapi, hey! Range rover hitam menyalip taksi itu dan secara mengerikan meluncur dengan cepat ke tempat aku berdiri dengan mata terbelalak.
Apa aku mau ditabrak?
Ternyata tidak.
Dengan bunyi berdecit, mobil itu berhenti sekitar 30cm dari ujung sepatuku.
Aku masih menahan nafas ketika seorang perempuan yang tampak berusia 30-an keluar dari mobil, lalu menatapku dingin. Sepertinya aku mendengar Jaemin bergumam sesuatu, tapi aku sedang fokus pada si wajah judes itu.
"Alice Kim?" tanyanya.
Aku refleks mengangguk.
"Ikut saya," ucapnya tanpa basa-basi sambil menarik lenganku.
Tentu saja aku menepisnya ㅡuntung saja tangan kurusku cukup bertenaga melawan cengkeramannya. "Kemana? Anda siapa?" tanyaku defensif.
Dia menghela nafas tidak sabar. "Sarah Tan," ucapnya sambil mengeluarkan kartu nama dari saku.
Aku sedikit terperanjat membaca tulisan 'SM Entertainment' di kartu nama itu.
"Nah, tunggu apa lagi?" Sarah mencengkeramku lagi.
"Kemana?" tanyaku.
"SM Ent. Kemana lagi?" ucapnya sambil memutar bola mata.
Sejenak aku bingung memutuskan mau percaya atau tidak. Kalau aku diculik atau dilenyapkan, bagaimana?
Aku melirik Jaemin, tapi dia tampak sama ragunya denganku.
"Sarah salah satu orangnya Lee Sooman, tapi itu sekitar 10 bulan yang lalu. Bisa aja sekarang dia udah ada di kubu Youngmin," ucap Jaemin.
Tapi seolah membaca keraguanku, Sarah mendekat lalu berbisik padaku. "Kamu tau? Video-mu udah tersebar di internet. Pasti kamu nggak mau kan orang tua atau teman-temanmu tau?"
Aku tertegun. Aku benar-benar lupa tentang hal itu.
"Jadi, pasti kamu butuh ahli kan yang bisa mengatasi semua ini?" Sarah tersenyum dingin padaku.
Aku diam, tapi pasti di mataku tampak kecemasan.
Sarah tersenyum dingin lagi. "Kami cuma perlu konfirmasi beberapa hal soal kamu dan Chittaphon, nggak usah takut."
Walaupun Sarah agak mengerikan, tapi aku tidak mendengar kebohongan di nada suaranya. Apa aku ikuti saja kemauannya?
Akhirnya sekali lagi Sarah menggiringku masuk ke mobil. Dan kali ini aku tidak melawan. Ternyata selain dia, hanya ada supir. Kurasa mungkin Sarah bisa dipercaya.
Nyatanya, jalan yang dilalui mobil ini memang mengarah ke SM Ent. Aku bisa sedikit bernafas lega walaupun belum tahu apa yang akan kuhadapi di sana.
Kami ber-empat saling diam sampai mobil diparkir di sisi lain bangunan, bukan di tempat yang mungkin diketahui para fans.
Aku mendengar Sarah berbicara dengan bahasa mandarin pada supir, lalu menyuruhku keluar dari mobil.
"Tunggu sebentar di ruangan dekat lift, jangan kemana-mana? Oke?" perintah Sarah sambil menunjuk tempat yang ia maksud.
Aku mengangguk.
Sarah juga mengangguk lalu berjalan dengan angkuh ke arah berlawanan.
"Tau nggak sih? Tadi aku takut banget kamu diculik," kata Jaemin.
"Sama," ujarku. "Tapi kayaknya aku nggak cukup 'penting' buat diculik."
"Kalo kamu sampe diculik, bisa berantakan semua rencana," kata Jaemin. "Mungkin aku bakal jadi hantu selamanya."
Aku menghentikan langkah, lalu menatap Jaemin. "Jangan bilang gitu, oke?"
"Alice!"
Aku mendengar suara familiar menyebut namaku.
Mark ㅡberjalan menghampiriku, diikuti pandangan NCT dream lain yang baru keluar dari van.
"Mark," aku menyapanya tanpa senyum.
"Oh, Gosh," gumamnya saat melihat diriku yang kacau.
Aku hanya bisa menatapnya.
Tapi kemudian tanpa pernah kuduga dalam hidupku, Mark memelukku. "What happened?" bisiknya.
Aku mematung. Hidungku menyentuh pundak Mark yang lebar, terhirup aroma khas laundry.
Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba aku ingin menangis. Tapi sebelum itu semua terjadi, lenganku ditarik dari belakang.
Jaemin? Bukan. Ternyata, Lee Jeno.
Jeno menyingkirkanku sejauh mungkin dari Mark, lalu ia mengucapkan kalimat yang tak pernah aku duga bahkan dalam mimpi.
"Liat kan? Udah dari awal kubilang, harusnya jangan pernah bawa dia masuk ke masalah ini!"
Dengan rahang menegang, Jeno menatap Mark sinis.
Apa lagi sekarang?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.