1. Topi

5.9K 81 3
                                    




Pagi ini begitu ricuh. Ya, karena ini hari Senin. Pagi di hari Senin di SMA Bangsa memang jauh lebih ricuh dibandingkan pagi-pagi di hari yang lainnya. Kini, semua murid membuka mulut mereka dan mengeluarkan suaranya. Sibuk melengkapi atribut upacara. Topi, dasi dan ikat pinggang.

Ada dua tipe siswa di SMA Bangsa di Senin pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada dua tipe siswa di SMA Bangsa di Senin pagi. Tipe pertama adalah, murid yang tenang dan merasa aman karena sudah melengkapi atribut upacara. Sudah membawa semua perlengkapan dari rumah, tidak hilang dan tidak perlu mencuri milik temannya yang lain atau mengharapkan temannya mempunyai stok atribut upacara lebih.
Tipe kedua, tipe sebaliknya. Tipe murid yang akan mencari akal bagaimana ia bisa ikut serta di upacara pagi dengan atribut lengkap tanpa terkena hukuman dari guru.

Adelia ada di tipe pertama, sementara Devan ada di tipe kedua. Sama sama duduk di bangku kelas 12, tidak saling kenal karena tidak pernah di tempatkan di kelas yang sama. Mungkin tidak semua murid mengenal Adelia Julia Athira. Tapi sebaliknya, siapa di SMA Bangsa yang tidak tahu dengan Devan Rama Febrian.

"Semua murid harap turun dan berkumpul di lapangan, karena upacara akan segera di mulai."

Suara Pak Jefri sudah terdengar di speaker yang terpasang di semua kelas. Murid murid segera melangkahkan kaki mereka dengan cepat untuk turun ke lapangan.

"Tan, lo duluan deh. Perut gue sakit banget nih, nanti gue langsung ke lapangan. Gue pingin ke toilet dulu." Tania memutar kedua bola matanya

"Makanya, lo tuh jangan sarapan yang aneh aneh kenapa, sih? Yaudah, gue baris di barisan belakang ya biar nanti lo gak ribet nyari gue ke depan." Adel mengangguk mengiyakan, sambil terus memegangi perutnya yang sakit.

Adel dan Tania melangkahkan kaki mereka keluar dari kelas. Tania menuju ke lapangan, dan Adel menuju ke toilet.

Kelas XII-B sudah hampir kosong, hanya tersisa Devan dan Rio. Ada perbedaan antara kedua murid itu. Rio yang sudah siap untuk mengikuti upacara karena atributnya sudah lengkap sementara Devan yang membutuhkan topi untuk bisa ikut turun ke lapangan.

"Lo tuh temen apa bukan sih, io? Nyolong atribut ga ngajak ngajak, ga ngasih tau." Rio tertawa terbahak bahak

"Siapa cepat dia dapat dong."

"Terus gue gimana dong nih?! Cuma butuh topi nih gue."

"Lo udah cari di loker kelas? Atau gak berhasil malakin Ujang?"

"Najis tuh, si Ujang. Udah turun duluan langsung ngacir ke lapangan. Di loker udah gak ada lagi tadi gue cari." Rio kembali tertawa melihat Devan yang kini kebingungan.

"Yaudah, gak usah ikut upacara aja."

"Gabisa, io. Sekali lagi gue ngelanggar peraturan sekolah, gue di skors sebulan. Males lagi gue bujuk bokap, nyokap buat dateng ke sekolah."

"Hoi!" Pak Jefri masuk ke kelas XII-B. Memotong obrolan Devan dan Rio.

"Rio, Devan, tunggu apa lagi kalian? Segera turun ke lapangan. Kelas sudah sepi begini kok masih nangkring aja disini?"

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang