8. Kebenaran yang Menyakitkan

1.1K 28 0
                                    

Bella kembali kedalam kelas dengan keaadan mata yang sembap. Melihat itu, Adel dan Tania bingung bukan main.

"Lo kenapa, Bell? Kok pipis doang sampe nangis?" tanya Tania

Bella tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya, dan juga, Bella mulai membereskan semua buku buku yang ada di meja nya, dimasukkannya ke dalam tas.

"Eh? Mau kemana Bell? Kok beres beres?" Adel tampak kebingungan

"Gue pulang deh sekarang, gaenak badan juga, pusing banget gue, makanya sampe nangis gini"

"Udah izin?" Bella mengangguk menjawab pertanyaan Tania

"Udah ini udah dapet surat pulang dari guru piket, tinggal gue kasih aja ke Pak Betok di depan."

Mendengar itu, kedua sahabatnya hanya bisa mengangguk anggukan kepala mereka bingung. Dengan cepat, Bella meraih tas nya dan maju ke depan, setelah itu meninggalkan kelas.

***

Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid SMA Bangsa mulai berhamburan dari kelas, berlarian menuju gerbang sekolah untuk pulang, tapi tidak untuk Devan, Devan melangkahkan kakinya menuju ke kelas Adel bukan ke gerbang. Dirinya masih resah, bingung, dengan semua hal yang baru saja diketahuinya.

Devan berjalan menuju meja Adel dengan lesu. Kekasihnya itu tidak menghiraukan dirinya datang, Adel masih sibuk mencatat PR yang harus dikerjakan dirumah, sementara, Tania sudah lebih dulu pulang.

"Del.."

Adel menoleh ke sumber suara, Devan.

"Eh! Hai! Loh, kamu kenapa kok lesu banget gitu?" Devan menggelengkan kepalanya, duduk di samping Adel.

"Gapapa, capek aja aku" Devan merebahkan kepalanya di pundak Adel sambil memejamkan matanya, Adel mengerutkan dahinya bingung.

"Ih, kenapasih semua orang hari ini tiba tiba sok sok sakit gitu, Bella juga tadi tiba tiba pulang coba. Izinnya cuman ke toilet, balik balik kok malah nangis, katanya sih pusing, tapi aneh aja secepet itu ckck, terus kamu juga lagi nih sok sokan lesu...malesin..." Devan tertawa mendengar Adel.

Oh, dia pulang. Batin Devan.

"Jangan ngambek ahh jelek" Devan mencubit pipi kekasihnya itu

"Ya lagian kamu.."

"Apa? Kenapa aku?"

"Ih tau lah" Devan tertawa, lalu mengusap kepala Adel dengan lembut.

Devan membenarkan posisi duduknya, menghadap Adel, meraih kedua tangan gadis itu dan menatapnya dengan lembut. Adel tertegun.

"Pergi yuk Del sama aku, jalan jalan, berdua aja" Adel menatap kekasihnya itu aneh

"Ih, kamu tuh aneh banget ya Dev, ngeri aku" Devan hanya tersenyum dan tertawa kecil

"Yuk"

"Sekarang?"

"Yaiyalah sayangku, masa besok" Adel membentuk huruf 'o' pada mulutnya, lalu tertawa kecil.

"Yaudah ayuk, hehe" Kemudian Adel dengan cepat merapihkan semua bukunya dan memasukkanya kedalam tas, Devan membantunya agar lebih cepat. Tidak lama setelah itu, mereka keluar kelas dan pergi dari sekolah. Sore itu, berdua.

Tidak lama setelah itu, Devan dan Adel sudah berada di atas motor dengan Devan sebagai pengemudi. Adel memeluk kekasihnya itu dengan erat dari belakang, yang dipeluk, tersenyum dibalik helm nya.

Lampu merah di persimpangan berhasil menghentikan motor Devan. Lagi lagi Devan dibuat tersenyum oleh kekasihnya itu. Adel masih memeluknya dari belakang dan kini gadis itu merebahkan kepalanya di pundak Devan.

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang