9. Awal atau Akhir dari Segalanya

1.1K 27 3
                                    

Suasana canggung kini ada diantara Rio dan Adel. Keduanya kini masih berada di dalam mobil. Mobil Rio terhenti karena lampu merah dipersimpangan jalan. Lampu merah yang cukup lama, menyebabkan suasana canggung  terus meningkat diantara keduanya.

"Ekhm.." Rio mencoba mencairkan es yang membeku.

"Hmm..Jadi, rumah lo diman.."

Kruuuukkk~ keduanya kembali terdiam saat suara perut seseorang terdengar menggelegar.

Rio dan Adel saling tatap.

"Hahahahahahahahahaha" Rio tertawa kencang diikuti dengan Adel yang juga tertawa lirih. Mereka tertawa karena suara lapar dari perut Adel yang akhirnya berhasil memecahkan suasana canggung diantara mereka.

"Lo laper coooy?" Adel tertawa kecil lalu menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Rio.

Aduh, apaansih nih perut. Gajelas banget bikin malu aja, padahal suasana lagi berduka. Batin Adel.

"Mau makan dulu Del? Makan dulu deh yuk." Adel tidak menjawab. Tiba tiba suasana hatinya kembali berduka. Mengingat kejadian tadi dirumah Devan.

"Del?"

"Oh, eh iya yaudah terserah aja. Tapi lo gapapa emang?"

"Gapapa apanya?"

"Yaa, bukannya lo bawa beras?" Rio tertawa cekikikan mendengar perkataan Adel.

"Hahaha, ya gapapalah. Santai. Mana mungkin anak anak kaya gue gini dicariin disuruh pulang sama emaknya."

"Ya tapi kan nyokap lo nitip beras"

"Nah iya itu, karena nyokap gue nitip beras, dia langsung berterima kasih tuh sama gue, jadi makin gaenak nyuruh gue pulang cepet cepet, makin gadicariin lah gue. Hehe" Adel tertawa mendengar perkataan Rio.

"Yaudah terserah lo aja io"

"Yeee kalo sama gue jangan terserah. Lo mau makan apa? Gue anterin deh biar gak nangis lagi..."

"Ah jadi malu gue io, hahaha sorry ya tadi. Too emotional"

"Gapapa kali, santai. Jadi mau kemana nih?"

Hening. Adel kembali hening tidak bisa menjawab. Tubuhnya seperti sedang tidak singkron sekarang. Pikiran dan hatinya yang sedang sedih, hancur berkeping keping tetapi perutnya semacam tidak mendukung karena kelaparan. Gadis itu belum makan sedari tadi.

"Del, kalo enggak kita makan sate aja yuk. Suka sate padang gak? Daripada lo gatau nih mau makan apa, yakan? Ntar kelamaan mikir jatohnya ga makan. Gimana?"

"Eh, iya boleh. Ikut aja deh"

"Tapi lo nya gapapa nih? Pulang nya agak telat?"

"Gapapa io"

"Okedeh, kita kesana ya"

Rio mengendarai mobilnya menuju tempat makan.

***

Devan mengaitkan kancing terakhir di bajunya. Dirinya sudah siap, rapih untuk makan malam bersama keluarga Bella. Ia melihat pantulan dirinya di kaca. Devan memandang dirinya dengan lirih. Pikirannya tidak tenang, delapan puluh lima persen otaknya memaksa Devan untuk memikirkan bagaimana perasaan Adel sekarang. Sisanya, ia memikirkan dirinya sendiri. Bagaimana perasaannya nanti saat rencana pertunangannya dengan Bella sudah siap mulai diatur.

Kreek. Pintu kamar Devan terbuka dan memperlihatkan Febri, papanya.

"Devan"

"Iya pa"

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang