15. Selamat Ulang Tahun, Lia

1.1K 32 3
                                    

Sudah tiga hari berlalu semenjak pertengkaran hebat antara Adel dan Devan di warung Mak Berta. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pada siang hari itu, hubungan Adel dan Devan benar benar merenggang. Berita itu sampai dari mulut ke mulut. Adel pun banyak mendengar dirinya dibicarakan oleh siswa siswi di SMA Bangsa.

Tanpa Adel sadari, semakin hari dirinya semakin terkenal dan menonjol di sekolahnya itu. Tetapi, Adel mencoba untuk tidak terlalu peduli pada tanggapan siswa siswi SMA Bangsa yang membicarakan dirinya. 

Yang bisa Adel rasakan saat ini adalah rasa lelah. Lelah akan semua hal yang terjadi di hidupnya belakangan ini. Sering juga muncul pertanyaan di kepalanya, apakah suatu keberuntungan dan kesenangan yang akan Adel dapatkan saat ia memutuskan untuk menerima Devan masuk ke dalam hidupnya? Atau, Devan adalah pertanda buruk yang benar harus Adel lepaskan demi kebahagiaannya?

Belakangan ini, Adel tidak banyak bicara. Pergi ke sekolah setiap hari dan langsung pulang saat jam pelajaran telah selesai. Adel juga tidak pernah ke kantin semenjak kejadian hari itu. Dirinya berubah menjadi gadis yang murung dan tidak bersemangat. Hanya kepada Tania lah, Adel membuka dirinya. Kepada sahabatnya.

Adel juga sama sekali menghindari Devan. Ia memutuskan untuk tidak menemui kekasihnya itu. Berulang kali Devan coba untuk menghampiri Adel saat disekolah dan menghubungi Adel lewat chat juga telepon, tetapi nihil, Adel tidak membalas dan juga tidak menemui Devan.

Bel yang menandakan pelajaran telah usai, telah berbunyi. Murid kelas XII-A mulai cepat cepat merapihkan buku mereka, memasukannya kedalam tas. Begitu juga yang Adel lakukan.

"Langsung pulang, Del?" Tania juga sedikit merasa canggung setelah kejadian sore itu. Tania tidak ingin banyak bertanya pada Adel mengenai perasaannya dan juga Tania tidak ingin terlihat terlalu ikut campur walaupun sebenarnya, Tania sangat khawatir pada Adel. Tania selalu berada di sisi Adel semenjak kejadian hari itu. Tania tidak ingin Adel merasa dirinya hanya berdiri seorang diri menghadapi masalah yang sedang dialaminya. Tania seringkali menghibur Adel dan sudah pasti selalu berhasil membuat Adel tersenyum bahkan tertawa.

"Iya, Tan"

"Hari ini nginep di rumah Opa ya?" Adel mengangguk dan tersenyum menjawab pertanyaan Tania.

"Kangen banget gue, Tan sama Opa. Dari kemarin udah nunggu, gak sabar mau nginep di rumah Opa."

"Hmm...gitu. Yaudah, yang penting lo nya seneng deh. By the way, besok acaranya jam berapa, Del?"

"Jam setengah 7 malem, Tan. Dateng kan lo?" Tania mengangguk pasti.

"Pasti dong, dateng! Makan enak mah gue gak nolak!" Adel tertawa melihat temannya itu.

"Ohiya, Bella jadinya gak dateng ya?" Tania memutar kedua bola matanya ke atas malas. Pikirnya, kenapa lagi Adel harus peduli pada temannya yang satu itu? Memang, Adel belum tahu tentang Bella dan Devan, tetapi, kenapa juga Adel tidak mencurigai Bella sedikitpun?

Tania mempunyai pikiran yang sama seperti Rio, bahwa Adel benar benar tidak peka, terlalu polos dan terlalu bodoh.

"Ya elah, ngapain sih ditanyain itu anak? Nih ya gue kasih tau, Bella dateng ataupun gak dateng di acara ulang tahun lo besok, gak berdampak apapun. Oke?"

"Tan, ah! Lo gitu banget sih sama Bella."

"Ck, batu deh gue bilangin. Yaudah, pokoknya suatu saat nanti tuh lo pasti tau deh kalo Bella tuh gak se baik, se cantik, manis, imut imut, polos, lucu, unyu, yang lo bayangkan. Paham?" Adel hanya bisa tertawa mendengar celotehan Tania.

"Ngawur ah. Dia tuh lagi sakit kan katanya? Dia gak masuk dari hari itu, yang pas gue ke Mak Berta. Katanya Sarah, badannya panas."

"Mati aja sekalian." Jawab Tania mantap.

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang