Hari ini, siswa siswi SMA Bangsa terlihat lebih akrab dari biasanya. Terlihat lebih menyayangi satu sama lain. Tania berasumsi bahwa hari ini suasana di SMA Bangsa terasa jauh lebih hangat dan menyenangkan karena besok adalah hari Ujian Nasional. Ya, tinggal sehari lagi para murid kelas XII menuju Ujian Nasional. Ujian terakhir mereka untuk segera keluar dari SMA Bangsa dan melanjutkan ke dunia pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi.
Khusus untuk hari ini, tidak ada kegiatan belajar mengajar untuk seluruh murid kelas X, XI dan XII. Mereka datang ke sekolah hanya untuk bersilaturahmi, saling memaafkan jika diantara para murid ada yang pernah mempunyai masalah, bertegur sapa, dan saling mendoakan satu sama lain untuk kegiatan mereka di esok hari. Begitu juga dengan murid kelas X dan XI yang sibuk memberikan salam jabat tangan kepada kakak kelas mereka dan menyemangati mereka untuk tetap semangat dan fokus mengikuti Ujian Nasional besok.
Semua murid berada di lapangan.
Kini, Adel dan Tania tengah berpelukan. Tania mengusap air mata bahagianya yang jatuh di pipinya saat memeluk sahabat sejatinya selama bersekolah di SMA Bangsa tersebut.
"Hahaha, apaansih, Tan. Belum juga ujian, udah nangis terharu aja. Belum lulus kali!"
Tania tertawa cekikikan mendengar perkataan Adel.
"Iya sih, Del. Tapi gue bersyukur banget sih, bisa temenan, eh enggak deh, sahabatan sama lo dari kelas X sampe kita kelas XII. Kalo gak ada lo, gue gak tau deh gue bisa survive apa enggak sama pelajaran pak Betok. Apalagi, tulisan rumus rumus dia di papan tulis tuh, haduh, kalo gak ada lo, gue udah dua kali gak naik kelas kali, ya?"
"Taniaaa! Ngaco! Hahaha, gue juga beruntung banget, Tan punya sahabat kayak lo. Lo tau gak, kadang tuh ya gue ngerasa kalo lo itu sahabat merangkap nyokap, bokap, pacar, satpam, terus masih banyak lagi deh. Lo tuh siap sedia ada di samping gue, 2 kali 24 jam tau gak! Huh, lebay gak sih?"
Tania tersenyum dan kembali tertawa.
Ditengah percakapan haru bahagia Tania dan Adel, Bella mendekat ke arah mereka. Dan keduanya sadar akan itu. Tania hanya bisa memasang wajah datarnya. Sementara Adel, hanya bisa memberikan senyum nya yang sangat tipis.
"Hai, Tan...Del..."
"Hm." Tania berdeham menjawab.
"Hai, Bell."
Bella menghembuskan nafasnya berat. Kedua matanya berkaca kaca.
"Gue minta ma-"
"Good luck ya, Bell ujian nya besok. Gue tau lo bisa." Belum sempat Bella menyelesaikan perkataannya, Adel lebih dahulu memotongnya.
Mendengar itu, Tania dan Bella sama sama terkejut. Bagi Adel, ia hanya ingin memaafkan dan melupakan semua masalahnya dengan Bella. Mengikhlaskannya untuk menjadi bagian dari masa lalu nya. Adel tidak begitu keberatan sekarang. Walaupun pada awalnya, ia sempat berujar pada Bella bahwa dirinya tak akan lagi menganggap Bella sebagai temannya.
"Untung lo punya masalah sama Adel ya, Bell. Yang hatinya tuh selembut salju, gampang maafin orang. Bersyukur lo."
Bella hanya bisa diam mendengar perkataan Tania.
"Hiih, Tania. Udah ah." Tania hanya mengangguk anggukkan kepalanya santai.
"Lo mau kan, Del maafin gue?"
"Gue udah maafin lo sebelum lo minta maaf." Bella mengusap air mata yang kini jatuh di pipinya.
"Gue minta maaf juga ya, Tan."
"Adel aja maafin lo kenapa gue enggak?" Tania memberikan senyum kecilnya. Singkat.
"Lo gimana, Del? Sehat?" Bella masih memandangi wajah Adel dengan wajahnya yang sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANTI
RomanceSelama ini, Adel tidak pernah terlihat oleh Devan. Bahkan, selama 3 tahun berada di satu sekolah yang sama, Devan baru menyadari keberadaan Adel di tahun terakhirnya di SMA Bangsa. Tidak butuh waktu lama untuk Devan memilih untuk menjatuhkan hatinya...