"Aduh tante...ini kayanya terlalu bagus deh buat Adel....Aku malu..."
Gadis yang hari ini berulang tahun itu kini tengah dirias oleh seorang make up artist yang sengaja Rini pesan hanya untuknya. Untuk acara pesta ulang tahun Adel malam ini.
Rini hanya tersenyum tidak menjawab perkataan Adel.
"Yaampun, Mba Adel kebiasaan deh dari dulu kalau ada acara keluarga Caruso, pasti gak mau dandan yang heboh heboh....sampe hafal saya, Mba."
Rini tertawa mendengar perkataan dari Pipi. Pipi adalah seorang make up artist 'langganan' untuk para wanita di keluarga Caruso. Ya, keluarga Adel dari pihak ibunda. Sementara, Adel hanya bisa mengerucutkan bibirnya.
"Tuh, Del. Pipi aja sampe hafal sama kamu. Dulu pas masih gadis kayak kamu, tante sama mama mu itu kalau udah ada acara keluarga kayak gini nih, paling heboh minta dibeliin dress yang bagus bagus sama kakekmu, terus heboh minta di dandanin sama almarhumah ibunya Pipi, Mba Gumi. Aneh, centilnya kak Meisa kok gak nurun ke anaknya,"
Rini memberi jeda pada perkataannya.
"Mama kamu tuh dulu pas masih muda mirip banget, Del sama kamu. Bedanya, kak Meisa centil, kamu enggak, hahaha" Adel tersenyum dan kemudian tertawa mendengar perkataan tantenya itu.
"Yaudah, dipakai aja ya, Del dress yang tante pilihin untuk acara nanti malem. Inget! Ini ulang tahun kamu, loh. Oke? Jangan bawel ya cantik! Pi, titip Adel ya, di dandanin yang cantik."
"Siap, Bu Rini! Ini Mba Adelia saya poles dulu biar makin cantik. Biar aura keturunan orang Italia nya beneran keliatan gitu, hahaha."
"Ih!! Mba Pipi! Hahahaha." Semua tertawa mendengar perkataan Pipi.
***
(Rumah Rio)
"Abang tumben ganteng. Kayak bukan anak Ibu. Bener jadi mau pergi ke ulang tahun temen mu itu? Siapa namanya? Adalia?"
Rio hanya tertawa cekikikan dan tidak menanggapi. Freya, kakak perempuan Rio, mengambil alih.
"Adelia, Bu, namanya. Calon menantu Ibu, kalau kata si Rio"
"Mau ke ulang tahun calon bini, Bu" Rosa, ibunda Rio, tertawa cekikikan mendengar celotehan anaknya itu.
"Katanya sih, lebih indah dari Sofi, Bu.. Cie elah, hahahaha." Rosa menggurat senyum.
"Ya....cantik banget, Bu. Baik. Hangat hati ini kalau berada di dekatnya, hahaha." Rio menambahkan.
"Tempat ibadahnya sama kan bang sama tempat ibadah Abang?"
Rio dan Freya saling pandang saat mendengar perkataan sang ibunda. Lalu, Rio tersenyum.
"Sama, Bu. Sama sama di masjid. Hehe" Freya tersenyum mendengar adiknya.
"Doain ya, Bu. Masih punya orang soalnya" tambah Rio.
Rosa dan Freya pun kembali tertawa.
Rio kini melihat pantulan dirinya pada cermin yang berada di ruang keluarga rumahnya. Rio melihat dirinya yang kini menggunakan setelan jas berwarna biru dongker dengan kemeja berwarna putih polos di dalamnya. Rio memakai sepatu pantofel hitam untuk acara malam ini. Dan jam tangan mewah miliknya pun kini bertengger pada pergelangan tangan kanan Rio.
Rio mengenakan setelan jas untuk mengikuti dress code yang ditetapkan oleh Adel untuk pesta ulang tahunnya nanti malam.
Rio menyemprotkan parfumnya lalu segera menuju ke garasi untuk menyalakan mobilnya dan pergi ke pesta ulang tahun Adel.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANTI
RomanceSelama ini, Adel tidak pernah terlihat oleh Devan. Bahkan, selama 3 tahun berada di satu sekolah yang sama, Devan baru menyadari keberadaan Adel di tahun terakhirnya di SMA Bangsa. Tidak butuh waktu lama untuk Devan memilih untuk menjatuhkan hatinya...