4. Masalah Jantung Yang Terus Berdegup

1.6K 35 0
                                    




"Tadi gue udah ke Bangsa, nyari Devan, tapi kata anak anak Bangsa yang lain, Devan langsung cabut pas jam pulang tadi, Xel." Axel hanya bisa terdiam mendengar perkataan temannya yang baru saja menyampaikan laporan. Tatapannya kosong tapi penuh emosi. Wajah Devan yang membuatnya kesal itu terus membayang.

"Kemana? Lo gak nyari tau kenapa dia belakangan ini abis pulang sekolah langsung cabut? Tumben banget dia gak peduli tentang masalah Bangsa sama Garuda."

"Punya cewek."

"Cewek?" Temannya itu mengangguk.

"Dari dulu bolak balik jalan sama cewek, nganterin banyak cewek pulang, kayaknya gak sampe kayak gini."

"Gimana gak beda. Ceweknya sekarang Adelia, ya beda lah." Axel membulatkan matanya terkejut.

Adelia? Batinnya.

"Model model kayak lo sama Devan kan emang suka sama cewek yang beda kayak Adel gitu. Kenapa? Lo kaget sekarang Devan sama Adel? Padahal dulu lo ditolak abis abisan sama Adel ya? Hahaha." Andra, teman Axel itu meledeknya. Axel masih terdiam saat mendengar bahwa sekarang Adel ada di genggaman Devan.

"Anjing! Beneran nyari masalah emang itu anak." Andra hanya bisa tertawa kecil melihat Axel yang terbakar emosi.

"Udah nih, sebat dulu." Andra melemparkan sebungkus rokok pada Axel.

***

Kini, sudah menjadi rahasia umum bagi semua murid di SMA Bangsa kalau Devan dan Adel sedang dekat. Bagaimana tidak? Perlakuan Devan yang selalu frontal dan blak-blakan saat bersama Adel, membuat semuanya sadar kalau pasti ada sesuatu diantara keduanya.

Dari saat mereka menghabiskan waktu bersama di malam minggu itu, sampai sekarang, keduanya masih terlihat dekat. Sampai hari ini, sudah sekitar tiga minggu Devan dan Adel terlihat jauh lebih dekat daripada sebelumnya.

Tania dan Bella duduk bersebelahan. Keduanya masih sibuk melengkapi catatan pelajaran Matematika yang baru saja berakhir. Mereka lebih memilih untuk melihat catatan milik Adel dibandingkan melihat tulisan Pak Betok yang 'sangat bagus' di papan tulis.

"Ah, jam istirahat gue jadi kepotong deh nih gara gara matematika sialan. Adel kok bisa ya, baca tulisan Pak Betok? Terus, gak pernah telat ketinggalan nyatet gitu, ampun." Tania menggelengkan kepalanya, Bella hanya tertawa.

"Ngeselin banget deh. Setiap pelajarannya selesai, nanti pas pulang sekolah, catetan kita harus di kumpul di meja dia. Dan pelajaran dia sebelum istirahat. Ya, anak anak kayak kita gini, pasti kepotong terus jam istirahatnya."

"Setuju gue sama lo, Bell." Keduanya melanjutkan perjuangan mereka mencatat rumus rumus yang mereka pun tidak mengerti.

"Eh, tapi lucu ya sekarang, liat Adel sama Devan, hihihi. Lo liat kan tadi? Devan kesini nyamperin Adel, terus ke kantin. Cihuy!" Tania tertawa girang sambil menepuk tangannya.

Bella hanya bisa tertawa kecil.

"Kayaknya, Devan beneran serius sama Adel, ya Tan?"

"Iyalah!" Tania mengangguk semangat. Bella hanya bisa tersenyum mendengar jawaban Tania.

"Gue kira cuma dijadiin bahan iseng kaya cewek yang lain."

"Adel kan beda! Seneng deh gue liat mereka berdua." Bella lagi lagi hanya bisa tersenyum.

Gue harus jujur sama Tania dan Adel, atau enggak? Batin Bella.

"Halo! Nih, gue bawain makanan untuk teman teman gue yang lagi berjuang demi Pak Betok! Siomay! Bagi dua tuh Tan sama Bella. Jangan di habisin sendiri."

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang