2. Awal Cerita

2.8K 59 11
                                    




Adelia Julia Athira. Gadis cantik dengan rambut panjang lurus terurai. Kulit putih bersih, hidung mancung dan bibir yang mungil serta bola matanya yang berwarna coklat muda selalu bersinar. Hari harinya berjalan biasa saja. Bagi Adelia, hidupnya hanya harus mengikuti jalur agar ia bisa sampai pada tujuannya. Walaupun ia sendiri tidak tahu apa tujuannya untuk ke depan nanti.

Gadis yang berfikir bahwa walaupun ia punya mimpi, atau tidak punya sama sekali, dunia pasti akan terus berjalan tanpa memperdulikannya. Di hidupnya, tidak ada ekspektasi. Apa yang datang padanya, akan selalu ia coba untuk disyukuri.

Bertemu dan berkenalan dengan Devan hari ini, entahlah, gadis itu bingung. Penyesalan kah suatu saat nanti yang akan datang kepadanya? Atau harus bersyukur, murid paling populer, tampan, yang digemari banyak wanita itu, hari ini berulang kali memujinya cantik dan mengatakan bahwa suatu kesenangan yang ia dapat untuk bisa berkenalan dengan Adelia.

Adel menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia lelah. Diliriknya papan mading yang menempel pada tembok kamar apartement nya itu. Mengecek. Apakah ada tugas untuk besok?

"Good." Gumam gadis itu setelah ia mengetahui bahwa tidak ada PR untuk esok hari.

Adel berniat untuk memejamkan matanya. Tapi niatnya seketila batal karena ponselnya berdering. Diraihnya ponsel itu dari atas meja belajarnya, kemudian Adel mulai mengangkat telpon yang masuk.

Telpon masuk dari nomor yang tidak dikenalnya itu.                                                  

"Halo?" Adel mengerutkan keningnya.

"Udah sampe di rumah?" Suara laki laki terdengar di ujung sana

"Hah?" Adel semakin bingung. Siapa yang ada di seberang sana yang saat ini menelponnya.

Gue masih jadi murid SMA, gaada cicilan, gaada utang, terus ini siapa malem malem tiba tiba telfon. Nomor gak dikenal, nanyain udah sampe di rumah apa belum? Rentenir? Yakali! Batin Adel.

"Devan." Adel terkejut mendengarnya. Devan?!

"Ampun deh gue kira siapa. Kenapa Dev?"

"Hehe, creepy ya? Tiba tiba tau nomor lo terus nelfon?"

"Hah?...emmm...gapapa sih.."

"Ganggu gak?"

"Enggak sih, kenapa?"

"Gapapa. Besok, ngobrol lagi gak?"

"Apanya ngobrol?"

"Ya ngobrol. Besok mau lagi gak ngobrol sama gue? Apa gue harus selalu dijemur dulu biar bisa lo samperin terus ngobrol sama lo?"

Adel tertawa kecil.

"Ya ga gitu...ya ngobrol aja.."

"Besok jam berapa?"

"Apanya? Yang jelas kenapa sih, Dev, kalau ngomong."

"Besok jam berapa bisa ngobrol?"
Adel kembali tertawa mendengar candaan Devan. Entah Devan bisa melihatnya atau tidak, kini Adel benar benar tersenyum sembari mengangkat telponnya.

"Hahaha, emang harus pakai jam?"

"Okedeh! Kalo ketemu pas istirahat, mau ngobrol."

"Iya."

"Kacau lagi gue sekarang gara gara lo, Del."

"Kenapa lagi?"

"Gabisa fokus kalo gini caranya merhatiin pelajaran, gasabar pengen cepet cepet istirahat, pengen ketemu."

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang