Devan meletakkan ponsel nya di atas meja belajar. Di charge. Ya, Devan baru saja sampai di rumah setelah tadi mengantar Bella pulang. Entah mengapa perasaannya jadi tidak karuan. Devan berfikir bahwa sesuatu ada yang terjadi, tapi ia pun tidak tahu itu apa.
Devan duduk di atas kasurnya. Pandangannya kosong. Tubuhnya lelah. Lelaki itu mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Devan kembali melihat ke meja belajarnya. Ponselnya belum juga menyala.
Tok...Tok...
"Iyaa...masuk" Devan menyilahkan orang yang ada di balik pintu itu masuk. Kemudian, menampakkan sosok ibunya, Mira.
Perempuan itu tersenyum manis.
"Kamu baru sampe habis nganter Bella?" Devan hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Mira memilih untuk masuk ke kamar anaknya itu. Lalu duduk di samping Devan.
Menatap wajah anak laki lakinya itu.
"Gimana?"
"Apanya gimana ma?" Jawab Devan bingung
"Kalian banyak ngobrol kan tadi? Terus tadi pas kamu anter pulang, kamu ketemu orangtuanya Bella gak?" Devan mengerutkan dahinya
"Ya..biasa aja ngobrol biasa, gak banyak ngomong banget. Iya, tadi ketemu"
Mira tertawa kecil
"Kamu tuh harus sering sering ngobrol sama Bella. Di sekolah juga harus sering ngobrol ya? Masa nanti pas kalian udah tunangan masih aja diem dieman?"
Sekujur tubuh Devan menjadi kaku. Apa yang tadi ibunya bilang? Tunangan? Devan terkejut.
"Hah? Apaansih ma? Kok jadi tunangan?" belum sempat Mira menjawab pertanyaan Devan, pintu kamar Devan lagi lagi terbuka. Kini, menampakkan sosok ayahnya, Febri.
"Mira! Aku dipromosikan naik jabatan" Febri tersenyum sumringah begitu juga dengan Mira yang kaget tapi disisi lain sangat senang mendengarnya. Berbeda dengan Devan, laki laki itu hanya bisa menatap orangtuanya bingung.
Febri melangkah masuk ke kamar Devan.
"Surat permohonan Dharma disetujui oleh CEO, Pak Ednan. Jam 9 malam tadi. Aku dipromosikan menjadi Direktur Keuangan. Minggu depan aku mulai menjabat jabatanku yang baru" Febri tersenyum.
"Rencana kita berjalan lancar ya, Pa" Mira memeluk Febri erat yang pelukannya dibalas oleh suaminya itu. Tetapi, Febri langsung mengalihkan pandangannya pada Devan.
"You're not happy?" Devan tersentak dengan pertanyaan dari Papa nya
"Of course I am, congratulation, Pa" Devan tersenyum kecil lalu memeluk Febri.
"Oh oke oke. Kalau begini, kita harus menyusun kembali acara makan malam bersama Teresa, Dharma dan Bella. Dan kali ini, Devan, kamu harus ikut"
Devan mengerti.
Devan mengerti apa yang terjadi saat ini.
Devan mengerti apa penyebab hatinya risau.
Perjodohan. Pertunangan antara dirinya dan Bella, sahabat kekasihnya sendiri, Adelia.
Promosi jabatan dan pertunangan.
Tapi satu yang ia tidak mengerti. Untuk apa harus Papa nya dipromosikan?
"Pa, tapi kenapa papa dipromosikan melalui surat permohonan dari om Dharma? Kenapa kesannya sangat terburu buru?"
"Siapa yang dari kecil dulu mimpinya tidak berubah? Menjadi pebisnis? Sekolah bisnis di Amerika?" Mira menjawab pertanyaan Devan yang ditujukan untuk Febri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANTI
Любовные романыSelama ini, Adel tidak pernah terlihat oleh Devan. Bahkan, selama 3 tahun berada di satu sekolah yang sama, Devan baru menyadari keberadaan Adel di tahun terakhirnya di SMA Bangsa. Tidak butuh waktu lama untuk Devan memilih untuk menjatuhkan hatinya...