6. Aku, Dirimu, Dirinya

1.2K 25 0
                                    




Hari ini sudah menjadi hari ketiga Devan sekolah kembali setelah beristirahat total di rumah pasca dirinya keluar dari rumah sakit. Keadaannya membaik. Jauh dari hari hari sebelumnya. Keadaannya dengan Adel juga semakin membaik, bertambah romantis.

Hubungan Devan dan Adel sudah tersebar luas di kalangan murid SMA Bangsa. Banyak murid wanita yang patah hati saat mendengar kabar Devan dan Adel resmi menjalin hubungan. Karena, cowok populer nan tampan yang hanya ada satu di sekolah mereka itu kini sudah memiliki kekasih sungguhan. Tidak hanya sekedar murid wanita yang diajak malam mingguan bersama lalu ditinggal setelah itu. Seperti kebiasaan Devan dari dulu. Mereka lebih patah hati lagi saat mengetahui Adel sebagai pacarnya, yang notabene nya, cantik luar biasa, luar dan dalam pula.

"Gila ya, Del. Lo jadian sama Devan, kita bertiga jadi terkenal gitu. Jadi bahan sorotan. Gak sih, sebenernya elu doang." Adel tertawa mendengar perkataan Tania.

"Apaan sih, Tan. Emang Devan apaan coba?" Adel tersenyum lalu melanjutkan aktivitasnya melahap siomay.

"Bell, ini perasaan gue doang apa emang bener sih?"

"Apee?"

"Lo puasa ngomong ya?!" Bella tertawa mendengar perkataan Tania, begitu juga dengan Adel.

"Iya Bell, diem mulu."

"Pusing ah." Bella menyenderkan bahunya pada dinding kelas

"APASIH KOK PUSING? KAN UDAH ADA JODOHNYA." Bella terkekeh kecil lalu menggeleng gelengkan kepalanya mendengar perkataan Tania.

"Oiya Bell, gue belum denger lagi nih kelanjutan cerita lo sama jodoh lo itu." Tania menyetujui perkataan Adel.

Bella hanya bisa terdiam. Di otaknya, ingin sekali rasanya ia bercerita sejujur jujurnya tentang apa yang sedang dialaminya. Tentang calon yang dijodohkan oleh orangtua nya itu adalah Devan. Pacar Adel. Kekasih hati sahabatnya sendiri.

"Sebenerny—" Bella menghentikan kata katanya saat sekarang di depan matanya, ada Devan yang menaruh dagunya di pundak Adel, Devan datang dari belakang gadis itu. Tania tersenyum geli melihatnya.

"Halo cantik." Adel menoleh kepada Devan kemudian tertawa.

"Udah beli isi pensil?"

"Oiya, belum. Nih liat, tadi pake pensil kayu, gaenak..." Adel menunjukkan pensil kayu yang dimiliki nya itu ke depan wajah Devan.

Devan tertawa melihat itu dan menyodorkan satu kantung plastik transparan berisi isi pensil mekanik dan 2 buah jeruk.

"Jangan bawel lagi gara gara males jalan ke koperasi buat beli isi pensil. Dan karena hari ini panas, jangan sampai kekurangan vitamin c ya."

"Apaan sih Dev, emang jeruk ngaruh apa sama cuaca panas? Gombal mulu lo." Tania mencibir lalu mereka semua tertawa.

"Ya biar romantis, elah! Ngerusak aja lo." Tania tertawa cekikikan begitu pula dengan Adel.

"Terimakaciii! Nanti aku makan juga jeruknya hehehe." Adel tersenyum manis.

"Gausah senyum senyum." Devan membuat Adel mengubah ekspresi wajahnya.

"Mau dicium di sekolah?"

"IH! Devan!" Devan langsung melarikan dirinya sebelum digebuk oleh kekasihnya itu. Dirinya sangat senang menganggu Adel. Lucu. Gadis itu benar benar lucu.

"Nikah deh lo berdua." Sahut Tania sewot.

"Ih, yang mau nikah kan Bella." Goda Adel pada sahabatnya itu, kemudian mereka kembali tertawa cekikikan. Bella hanya bisa tersenyum kecut.

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang