12. Kematian Sofi

1.2K 29 4
                                    

Rasa canggung kembali masuk kedalam diri Rio dan Adel sekarang ini. Setelah dari salon, kini keduanya berjalan ke basement, menuju tempat parkir.

"Jadi, gue cantik nih sekarang?" Adel terlihat percaya diri untuk bercanda dengan Rio dan mencairkan suasana yang membeku diantara keduanya.

"Enggak, tapi sekarang gak jelek jelek banget." Jawab Rio asal yang membuat Adel mengerucutkan bibirnya. Rio hanya tersenyum melihat itu.

Keduanya kembali canggung. Suasana hati Rio semenjak di salon tadi sepertinya belum sepenuhnya membaik. Adel bingung harus berbuat apa. Sebenarnya, Adel pun seharian ini dibuat bingung oleh Rio. Mulai dari ia yang tiba tiba muncul di depan kamarnya, mengajaknya pergi, bahkan membelikannya baju serta membayar biaya dirinya untuk merawat diri di salon. Bersikeras Adel memohon untuk mengganti semua biaya yang Rio keluarkan untuk dirinya hari ini, tetapi Rio tetap menolak. Entah apa motif anak itu, Adel tidak tahu. Yang jelas, Rio berhasil memunculkan tanda tanya besar di kepala Adel.

"Eh...em...gue gak enak nih...lo jadi aneh gitu semenjak dari salon. Lo kenapasih?"

"Apanya kenapa?" jawab Rio datar

"Tuhkan, ini tuh pasti karena gue nyalon mahal banget kan? Udah gue bilang! Biar gue ganti aja semua, sama uang bajunya juga ya sekalian? Oke oke?"

Rio menghentikan langkah kakinya yang membuat Adel juga ikut berhenti. Kini mereka sudah ada di depan mobil Rio.

"Lo temenin gue ke suatu tempat dulu ya? Baru gue anter balik."

Adel menautkan kedua alisnya bingung. Sikap Rio benar benar aneh.

"Eh? Y-yaudah. Mau kemana emang?"

"Udah masuk aja." Rio mempersilahkan Adel untuk masuk ke dalam mobil. Tidak lama setelah itu, roda mobil Rio berputar meninggalkan Mall dan langsung menuju ke suatu tempat yang ingin Rio kunjungi.

***

Rahang Adel hampir jatuh karena dirinya benar benar terkejut saat ia menemukan bahwa kini Rio membawanya ke sebuah tempat pemakaman yang berada di daerah Jakarta Selatan.

Rio memarkirkan mobilnya di pekarangan parkir.

"Io...lo mau ngubur gue hidup hidup gara-gara nyalon gue se mahal itu? Yang bener aja...."

Rio tertawa mendengar perkataan Adel. Ia hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya.

"Ayo turun"

"Io, malem minggu nih...masa ke kuburan?"

"Bawel ah, ayo buruan" Rio membuka pintu mobilnya dan berjalan masuk ke dalam tempat pemakaman tersebut. Adel menyusul di belakangnya.

Jakarta sudah menunjukkan langit malamnya. Beberapa menit yang lalu matahari sudah terbenam. Kini langit Jakarta hanya menampakkan sinar bulannya. Rio berjalan santai menyusuri tempat pemakaman itu. Adel meliriknya. Rio seperti sudah sangat sering ke tempat ini.

Banyak hal sekarang yang ada di pikiran Adel.

Siapa yang meninggal? Dia mau ziarah ke makan siapa sih? Ibunya? Hah? Masa sih? Perasaan pas kelas X waktu itu, rapot Rio di ambil sama nyokapnya. Apa jangan jangan bokapnya? Iyasih...mungkin ya? Waktu itu pas ambil rapot sih gak ada bokap nya...Serius nih bokapnya Rio udah meninggal? Kapan? Kok gue gak tau ya? Eh kenapa gue harus tau juga? 

Sel sel di otak Adel mulai menggila.

Dugh!

"Aduh!"

Sangkin sibuknya memikirkan segala kemungkinan, Adel menabrak punggung Rio yang sedari tadi berjalan di depannya. Rio sudah menghentikan langkah kakinya dan berdiri di samping sebuah batu nisan.

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang