Hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional untuk seluruh murid SMA yang ada di Indonesia. Jadwal ujian hari ini adalah Bahasa Indonesia. Ya, satu langkah lagi lalu mereka akan segera bebas.
Begitu juga dengan Adel. Pagi ini, ia tampak sangat semangat. Tiga hari sebelumnya bisa gadis itu lewati dengan tenang walaupun harus ia akui terkadang sebelum ia masuk ke ruang ujian, jantungnya berdegup berjuta kali lebih kencang dari biasanya. Adel tidak bisa menerka berapa angka yang ia dapat untuk hasil ujian tiga hari terakhirnya kemarin. Tetapi, gadis itu cukup yakin kalau ia sudah memberikan usaha yang terbaik untuk mengerjakan soal soal tersebut. Adel sudah mempersiapkan dirinya dari jauh hari.
Adel mengaitkan kancing terakhir pada seragamnya. Kemudian, ponselnya berdering. Menandakan panggilan masuk.
Rio.
"Hal-"
"Mau gue bawain sarapan gak, Lia?"
Belum sempat Adel menyelesaikan perkataannya, Rio langsung memotongnya. Adel tersenyum.
"Gak usah, mau sarapan dirumah aja."
"Beneran?"
"Emang mau bawain apa? Jangan bilang..."
"Hehehe."
"Ihh! Ezra! Jangan makan nasi uduk terus dong setiap hari, ah!"
"Ih! Parah! Orang ibu juga yang masakin!"
"Ibu kan masaknya juga terpaksa! Karena lo paksa terus masak nasi uduk tiap hari."
"Ih sok tau."
"Beneran!"
"Situ siapa? Tau banget?"
Adel menyunggingkan senyumnya tanpa Rio melihatnya.
"Males ah ditanya sama pertanyaan jebakan gini, hahaha."
"Hahaha, jawab dong."
"Gak mau ah."
Diujung sana terdengar suara tawa Rio.
"Yaudah, jadi gak mau nih?"
"Enggak makasih. Tapi titip salam aja buat Ibu. Bilangin, sabar sabar ya punya anak yang tiap hari doyannya makan nasi uduk."
"Eh tunggu deh, waktu itu beberapa hari yang lalu ada yang meluk gue duluan gitu loh?"
"Zra..."
"Li..."
"Stop deh ah, Ezra! Usil banget deh!"
"Hahaha, iya iya. Eh, Li..."
"Hm?"
"Nanti sore dateng kan ke pensi?"
"Dateng, lah!"
"Hoo, bagus deh."
"Kenapa, Zra?"
"Enggak, gapapa."
Seketika Adel terdiam. Membeku. Ia seperti ingat akan suatu hal.
"Gue inget sekarang!"
"Hah? Apa?"
"Kado gue kan? Kado ulang tahun gue kan? Hari ini kan mau lo kasih? Nanti kan pas pensi?"
Tanpa Adel lihat, Rio tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Iya, nanti."
"Beneran ya? Nanti sore ya?"
"Iya, sayan-"
KAMU SEDANG MEMBACA
NANTI
RomanceSelama ini, Adel tidak pernah terlihat oleh Devan. Bahkan, selama 3 tahun berada di satu sekolah yang sama, Devan baru menyadari keberadaan Adel di tahun terakhirnya di SMA Bangsa. Tidak butuh waktu lama untuk Devan memilih untuk menjatuhkan hatinya...