"Hah, jadi gimana? Lo sama Rio jadi bestfriend forever and ever banget gitu?" Tanya Tania tanpa henti pada Adel.
Kini, Adel dan Tania duduk di kantin sambil menyantap bubur ayam yang 10 menit lalu mereka pesan. SMA Bangsa pagi ini benar benar masih sepi. Jarum jam menunjukkan pukul 06:15 pagi. Tidak banyak murid yang berniat menginjakkan kaki mereka di sekolah pagi pagi seperti apa yang Adel dan Tania lakukan sekarang.
Adel memang meminta Tania untuk datang lebih awal hari ini. Banyak yang ingin Adel ceritakan. Terutama, tentang Rio.
Adel telah menceritakan semua kejadian yang dialaminya dari hari dimana Mira memakinya di depan Devan, tentang percakapannya dengan Rio saat berada di warung sate padang, pertengkaran hebatnya dengan Devan pagi itu, dan yang terakhir adalah, saat Rio mengajaknya pergi jalan jalan Sabtu kemarin dan berhasil membuatnya memotong rambut panjangnya.
Sejak setengah jam yang lalu Tania sampai di sekolah, Tania tidak bisa berhenti memandangi Adel. Tania terus memuji temannya itu dengan pujian
"Di surga emang kagak ada sekolah? Ngapain lo bidadari sekolah di Bangsa?"
dan itu hanya membuat Adel terkekeh geli. Tania kaget bukan main saat melihat rambut Adel yang panjangnya kini pas di bahu, dan nyatanya, temannya itu berubah menjadi jauh lebih cantik.
Adel tidak menceritakan detil tentang "Rio-Sofi", Adel hanya menceritakan bagaimana hubungan pertemanannya dan Rio akhir akhir ini.
"Rio suka kali sama lo?"
"Ih, Tania! Lo tuh kalo ngomong pelan dikit dong! Terus, dipikir dulu kalo ngomong, ih!"
"Iya iya maaf...yang denger juga cuma Pak Muso. Gue yakin Pak Muso juga gak bakalan denger karena sibuk meracik bubur ayam nya~ hahaha." Adel tertawa mendengar perkataan Tania.
"Terus, gimana? Lagian, Rio kaya gitu sih sikapnya. Kalo gue jadi lo sih, gue langsung bisa menyimpulkan kalo Rio itu demen sama gue."
"Gak mungkin lah, ngaco! Rio kan sahabatan banget sama Devan. Gue tuh cerita ke lo gini, gue cuma pingin bilang aja kalo Rio tuh ternyata aslinya ada sisi cool nya juga, terus ada sisi nyebelinnya juga. Nano-nano deh tuh orang."
Tania diam tak menjawab.
"Woi! Tan! Gue lagi ngomong nih, malah dikacangin"
Tania kembali diam. Ia memberikan kode mata pada Adel untuk melihat ke sisi belakang.
"Hah? Apaansih?"
Tania kembali memberikan kode agar Adel memutar tubuhnya ke belakang dan melihat siapa yang berdiri tepat di belakangnya.
"Oh, jadi gue, nano-nano?"
Rio.
Mati gue! Batin Adel.
"Apaansih, enggak." Adel mengerucutkan bibirnya. Melihat itu, Rio hanya bisa tersenyum.
"Nih. Sarapan." Rio memberikan sekotak nasi uduk komplit dengan telur balado dan kerupuk pada Adel.
"Fix. Eh kulit bayi, lo suka kan sama Adel? Ngaku aja" Tania sewot menanggapi.
"Ya kalo disuruh milih untuk suka sama lo atau sama Adel, ya sama Adel lah. Masa sama lo? Eh apa apaan tuh kulit bayi?'
Adel hanya bisa tertawa kecil mendengar jawaban Rio, begitu juga Tania yang menahan tawanya.
"Yaiya kulit lo kan mirip kulit bayi. Berat untuk mengakuinya kalo kulit lo lebih putih daripada kulit gue. Putih putih merah gimana gitu. Lagian ya, orang tuh dimana mana kalo kena sinar matahari terus kepanasan kulitnya jadi menghitam, kalo lo kan memerah."
KAMU SEDANG MEMBACA
NANTI
RomanceSelama ini, Adel tidak pernah terlihat oleh Devan. Bahkan, selama 3 tahun berada di satu sekolah yang sama, Devan baru menyadari keberadaan Adel di tahun terakhirnya di SMA Bangsa. Tidak butuh waktu lama untuk Devan memilih untuk menjatuhkan hatinya...