17. Alasan Untuk Menjauh

1.2K 33 1
                                    

Mayat hidup. Jika banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana bentuk asli mayat hidup, Adel adalah contohnya sekarang.

Semenjak kejadian malam itu di hari ulang tahunnya, Adel benar benar mengunci dirinya di kamar. Ia juga tidak kembali pulang ke apartmentnya. Ia memutuskan untuk menetap dirumah Ednan. Entah sampai kapan.

Ednan dengan senang hati menyetujui permintaan Adel. Adel meminta padanya bahwa ia ingin kembali tinggal di rumah itu. Tidak tahu sampai kapan. Tetapi, Adel juga meminta Ednan untuk tidak segera menjual apartment nya.

Adel masih ingin memikirkan langkahnya ke depan. Apa apa saja yang harus ia ambil untuk kelanjutan hidupnya. Tapi untuk sekarang, Adel hanya ingin berdiam diri di kamarnya, di rumah Ednan. Ia ingin tinggal dan dekat dengan keluarganya.

Adel tidak ingin lagi merasa sendiri dan sepi. Apalagi, semenjak kejadian malam itu.

Penampilan Adel benar benar menyedihkan. Dirinya benar benar kacau dan berantakan. Hari ini hari minggu. Sudah lewat dua hari setelah hari ulang tahunnya. Dan sudah dua hari juga Adel memilih untuk melewatkan makan malamnya. Makan siang pun tidak tentu.

Ia sama sekali tidak mempunyai nafsu makan yang baik. Bukan berlebihan. Hanya saja, ia benar benar malas untuk melakukan apapun. Bahkan hanya untuk membuka mulutnya untuk makan.

Adel kini hanya berbaring di atas kasurnya. Menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Terkadang, gadis itu masih sering meneteskan air matanya jika mengingat kejadian malam itu.

Tok..Tok...Tok!

Adel hanya melirik pintu kamarnya tanpa berniat membukanya. Ia pikir, paling paling, Rini kembali menawarkan makanan. Jam di dinding menunjukkan pukul setengah 2 siang.

"Adel, makan dulu yuk."

Bingo! Batin Adel.

Ia benar akan perkiraannya dibujuk untuk makan siang.

"Tante...Adel gak laper. Makasih ya, tante. Nanti kalau Adel laper, Adel turun" Sahut Adel dari tempat tidurnya.

"Yaampun. Yaudah deh, tapi Adel buka dulu pintunya sayang, ini tante ada mau ngasih sesuatu." Ucap Rini dari balik pintu.

Adel menautkan kedua alisnya bingung. Adel menyeret kakinya malas untuk membuka pintu. Dan Adel membukanya.

"Ada apa tant-" Adel membulatkan matanya seketika ia melihat Tania yang sekarang berdiri di depan pintu kamarnya. Di samping Rini.

Rini hanya menyengir. Lalu menepuk nepuk pundak keponakannya itu.

"Tania? Yaampun..." Adel sedikit menunjukkan senyumnya.

"Jangan sendirian terus ya, Del." Adel hanya bisa mengangguk mengiyakan perkataan Rini. Matanya sedikit berkaca kaca. Perasaan gadis itu masih sangat sensitif.

"Lo susah amat sih dihubungin. Kayak orang penting aja! Nyebelin banget" Adel hanya tertawa kecil menanggapi. 

"Nah yaudah, berantem deh ya. Puas puasin ya, Tania, omelin Adel. Kalau bisa, sekalian bujuk juga ya biar dia makan."

"Beres, Tante. Serahkan pada Tania."

"Yaudah, tante tinggal dulu ya. Nanti kalian kalau mau makan, langsung ke ruang makan aja ya."

"Makasih ya, tante"

"Iya, sama sama sayang." Rini mengusap kepala Adel dengan lembut lalu meninggalkan mereka berdua.

Sementara, Tania hanya bisa memandang Adel kejam. Selain itu, Tania juga menggeleng gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan Adel yang berdiri di depannya sekarang. Adel benar benar jelek!

NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang