Suara jarum jam yang terus berputar mendominasi ruangan itu, dikarenakan dua orang yang ada disana hanya terdiam. Mata Kyuhyun seakan tidak kenal lelah, untuk selalu menatap Jiwon. Pria berkulit putih itu juga sedang menunggu jawaban dari sang istri, yang sampai sekarang masih membisu.
"Kau lupa bagaimana cara berbicara?" Kyuhyun bersuara, seraya menggebrak meja. Ia sangat bosan menunggu jawaban Jiwon, atau mungkin Jiwon tidak punya jawaban untuknya.
Jiwon mendelik kesal, dan apa Kyuhyun pikir sangat mudah mengeluarkan jawaban untuk pertanyaannya? Otak dan hati Jiwon harus berdiskusi terlebih dulu, acar jawaban yang keluar bisa tepat. "Apa pentingnya aku mencintaimu, atau tidak? Karena pada akhirnya aku akan tetap bersamamu."
Bukan itu yang Kyuhyun inginkan. Kyuhyun ingin kejujuran dari Jiwon, tapi ia tahu kalau wanita sulit untuk jujur terhadap perasaannya sendiri. Atau dalam kata lain, gengsi dan harga diri menjadi penghalang terbesar wanita untuk sekedar jujur.
****
Kertas yang telah diremas berserakkan dimana-mana, dan membuat kamar Kyuhyun tampak seperti tempat sampah. Tidak perlu tanya siapa pelakunya, karena sudah pasti Jiwon yang masih kesulitan untuk membuat lagu.
"Seharusnya aku tidak masuk ke kelas musik. Ayah, kau harus bertanggung jawab!" Jiwon mengacak rambutnya. Merutuki kecerobohan dirinya, yang dengan mudah menuruti keinginan Ayahnya agar ia memilih musik sebagai pelajaran tambahan. Padahal Jiwon merasa kalau ia tidak punya bakat dan hasrat di bidang musik.
Jiwon menatap kearah ranjang, tempat dimana Kyuhyun tengah tertidur dengan amat nyenyak. "Dia pasti sudah selesai menulis lagu, tapi kenapa dia tidak membantuku? Benar-benar suami yang buruk."
Begitu selesai bergumam, sekaligus memberikan predikat suami terburuk untuk Kyuhyun. Kini, Jiwon berjalan mengendap-ngendap mendekati meja belajar Kyuhyun. Jiwon tidak ingin menyontek, tapi ia hanya ingin melihat lagu yang ditulis oleh Kyuhyun. Siapa tahu ia bisa mendapat inspirasi setelah melihat lagu Kyuhyun.
"Sekarang kau mau mencuri?"
Suara Kyuhyun menghentikan gerakkan tangan Jiwon, yang tadi ingin mengambil kertas di atas meja Kyuhyun. Jiwon memutar badannya dan menatap horor Kyuhyun. "Sekarang kau sangat suka menuduh istrimu?"
Kyuhyun tersenyum dan ia melangkah mendekati Jiwon. Hingga pinggang Jiwon terbentur oleh meja, karena terus melangkah mundur saat Kyuhyun melangkah maju. "Jika ingin meminta bantuan bilang saja, aku masih punya waktu luang untuk membantumu." Ucap Kyuhyun yang kini terus mengikis jarak antara ia, dan Jiwon. Mengikis jarak dan mengembuskan napas diwajah Jiwon, dua hal itu telah menjadi kebiasaan Kyuhyun.
"Bisakah kau jangan terus mendesakku? Aku tidak nyaman, Cho Kyuhyun!" Kebohongan. Ya, itu adalah kebohongan Jiwon agar Kyuhyun menjauh. Jiwon tidak mu wajahnya terasa panas karena napas Kyuhyun, lalu dalam sekejap akan merona.
"Ya sudah. Itu berarti kau menolak bantuanku." Ujar Kyuhyun, kemudian menjauh dari Jiwon. Namun dengan cepat Jiwon menarik Kyuhyun, hingga kembali dekat dengannya, bahkan terlampau dekat.
Hidung Jiwon dan Kyuhyun saling bersentuhan, menimbulkan sensasi aneh untuk keduanya. Belum lagi bibir mereka yang nyaris menempel, membuat Kyuhyun dan Jiwon terdiam karena situasi saat ini.
Jiwon mendongak, menatap wajah Kyuhyun yang teramat dengan wajahnya. Dan Jiwon yakin, kalau sekarang wajahnya pasti sudah memerah lagi. Setelah dirasa cukup, kini Jiwon memilih untuk menunduk. Jiwon menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan kasar. "Tolong... bantu aku."
"Aku tidak mendengarnya." Kyuhyun mendekatkan telinganya, walau ia sudah mendengar apa yang Jiwon katakan. Tapi, Kyuhyun merasa belum lengkap jika belum sedikit menjahili Jiwon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival Is My Wife✔
Teen Fiction[Di PRIVATE acak] saingan menjadi istri? itulah yang terjadi pada Cho Kyuhyun, hanya dalam satu malam yang misterius ia harus menerima Jiwon sebagai istrinya. Bagaimana kelanjutan hidup mereka setelah menikah di usia 18 tahun dan tinggal di asrama y...