Jiwon menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan ia tidak mengerti kenapa Kyuhyun bisa berpikir kalau ia akan berkencan dengan Sehun, sangat aneh. "Kenapa kau bisa berpikir sesempit itu? Sekarang aku tidak yakin jika kau benar-benar pintar." Ujar Jiwon, lalu mengambil makanan yang dibawa oleh Kyuhyun dan memakan makanan itu tanpa mempedulikan tampang kesal Kyuhyun.
Sementara Sehun hanya diam dan menatap Kyuhyun, namun ekpresinya seakan mengatakan bahwa Kyuhyun sangatlah menyedihkan. Tidak tahu apa-apa, hanya mendengar setengah dari percakapannya dan Jiwon, tapi sudah berani bersuara bahkan melarang. Benar-benar menjengkelkan, hingga Sehun begitu ingin menjitak kepala Kyuhyun.
"Berhenti menatapku!" Perintah Kyuhyun, seraya memperlihatkan tatapan tajamnya. Membuat Sehun berdecak, lalu pergi dari atap.
Kini Kyuhyun merasa tidak dipedulikan oleh istrinya sendiri, karena Jiwon tengah asik makan tanpa membaginya dengan Kyuhyun atau setidaknya memberikan jawaban pasti. Belum lagi Kyuhyun kesal karena istrinya tidak mengatakan kapan akan berkencan dengan Sehun, si anak baru.
"Kapan kalian akan berkencan?"
Jiwon berhenti mengunyah makanannya setelah mendengar pertanyaan konyol Kyuhyun, ia bahkan tidak menyangka Kyuhyun masih saja memikirkan hal itu. "Memangnya aku mengatakan akan berkencan?" Jiwon balik bertanya, sambil menatap Kyuhyun yang sekarang duduk di depannya.
"Tidak ada gunanya mengelak, aku sudah mendengarnya. Kalian bilang akan pergi bersama, bukankah itu artinya kencan?"
Makanan yang tadi Jiwon nikmati kini tergeletak begitu saja, karena saat ini Jiwon sedang fokus pada Kyuhyun yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. "Apa kau cemburu?" Tanya Jiwon, dan Kyuhyun tidak pernah menduga ia akan mendapat pertanyaan seperti itu.
Cemburu? Atas dasar apa ia cemburu? Karena Jiwon istrinya? Entahlah, dan intinya Kyuhyun tidak memiliki jawaban tepat untuk pertanyaan Jiwon. "Aku tidak tahu." Jawab Kyuhyun singkat, tanpa menatap Jiwon.
Tidak tahu. Bukan jawaban yang mengejutkan, karena ia pun tahu kalau mustahil Kyuhyun akan cemburu. Apa gunanya cemburu saat tidak saling mencintai? Hanya membuang waktu saja, pikir Jiwon.
"Aku tidak akan berkencan dengan siapapun, tapi besok aku akan pergi bersama Sehun, Ayah dan Nenek untuk mengunjungi makam Ibuku. Aku akan senang jika kau bisa ikut." Jiwon tersenyum pada Kyuhyun, kemudian pergi sambil membawa makanannya.
Namun baru beberapa langkah berjalan, Jiwon tiba-tiba berhenti dan kembali ke hadapan Kyuhyun. Ia lagi-lagi tersenyum, lalu menyuapi Kyuhyun. "Aku lupa membaginya. Aku akan pergi, belilah makanan jika kau masih lapar." Ujar Jiwon, sebelum kembali meninggalkan Kyuhyun.
"Apa yang dia lakukan?" Suara Kyuhyun seperti tidak menyukai tindakan Jiwon, padahal di bibirnya terlihat jelas senyum manis khas Kyuhyun. Tanda bahwa sebenarnya ia suka saat Jiwon menyuapinya, hanya saja terlalu dini bagi Kyuhyun untuk mengaku.
"Tadi Jiwon bilang akan senang jika aku ikut? Baiklah, kalau begitu aku akan ikut." Ucap Kyuhyun lagi, dan setelahnya pergi dari atap karena ingin menyusul Jiwon.
****
"Aku ikut, ya? Ayolah, sejak kita berteman aku belum pernah mengunjungi makam Ibumu." Soo Bin terus membujuk Jiwon agar mengijinkannya ikut, tapi tetap saja Jiwon menggeleng. "Kau mengira aku ikut karena ada Sehun? Bukan karena itu, aku sungguh ingin mengunjungi makam Ibumu." Soo Bin tampak belum menyerah, meski tahu akan sulit untuk merubah keputusan Jiwon.
"Aku tidak berpikir begitu. Ingat, sebentar lagi kau akan mengikuti kompetisi dance mewakili sekolah kita, jadi fokuslah latihan. Aku mau kau menjadi juara 3 kali berturut-turut. Mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival Is My Wife✔
Novela Juvenil[Di PRIVATE acak] saingan menjadi istri? itulah yang terjadi pada Cho Kyuhyun, hanya dalam satu malam yang misterius ia harus menerima Jiwon sebagai istrinya. Bagaimana kelanjutan hidup mereka setelah menikah di usia 18 tahun dan tinggal di asrama y...