part 33

2.9K 403 36
                                    

Entah sudah berapa kali Seo Joon menerima pukulan dari Kyuhyun, hingga kini ia tergeletak di lantai rumah sakit dengan luka memar di wajahnya dan sudut bibir yang mengeluarkan darah. Sementara Han Pyo hanya diam dan menatap penderitaan Seo Joon, ia sudah mencoba melerai, namun kemarahan Kyuhyun terlalu besar dan tidak ada pilihan lain selain membiarkan Kyuhyun melampiaskan kemarahannya.

'Bug'

Ini pukulan Kyuhyun yang kesekian kalinya, membuat Seo Joon hanya bisa pasrah, sadar bahwa ia memang pantas mendapat pukulan dari Kyuhyun. Ia salah, tapi ketahuilah kalau mencelakai Jiwon bukanlah keinginannya. Ia hanya melakukan tugas dari Ayahnya, agar Ibunya selamat.

"Kyuhyun!" Han Pyo membentak Kyuhyun, karena ia merasa sudah cukup putranya memukul Seo Joon. Namun Kyuhyun tidak mempedulikan bentakan Han Pyo, ia tetap memukul bahkan menendang Seo Joon yang telah pasrah. "Mau sampai kapan kau menghajarnya? Apa kau tidak ingin melihat keadaan Jiwon?" Han Pyo kembali bicara, dan untuk kali ini Kyuhyun berhenti.

Kepalan tangan Kyuhyun batal mendarat di wajah Seo Joon, karena sekarang ia masuk ke ruang rawat Jiwon. Setelah sampai di dalam, air mata Kyuhyun menetes begitu saja karena ia melihat Jiwon yang terbaring. Sedangkan Ki Jun kini menghampiri Kyuhyun, lalu menepuk bahunya sebelum ia keluar sembari menahan kesedihan.

Tidak lama, Nyonya Ri Yoo juga keluar sembari mengusap air matanya. Sekarang hanya tinggal Soo Bin yang sebenarnya juga ingin keluar, namun dengan cepat di tahan oleh Kyuhyun. "Kenapa kalian pergi, sebelum menjelaskan padaku? Bagaimana keadaan Jiwon? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Kyuhyun.

Soo Bin menunduk, menyembunyikan air mata yang terus keluar dari matanya. Semua ini sulit untuk ia katakan, disisi lain Kyuhyun juga berhak tahu mengenai kondisi istrinya. "Jiwon keguguran, sedangkan untuk apa yang sebenarnya terjadi... Aku rasa kau harus menanyakan secara langsung pada Seo Joon, dia tahu segalanya." Jawab Soo Bin, hingga akhirnya ia juga keluar dari ruang rawat Jiwon, memberikan waktu bagi Kyuhyun untuk menemani istrinya.

Air mata Kyuhyun jatuh semakin deras, setelah mendengar jawaban Soo Bin. Baru saja ia merasa bahagia atas kehadiran janin di perut Jiwon, tapi sekarang Tuhan kembali mengambilnya. Tidak bisakah Tuhan melihat Kyuhyun yang begitu bahagia karena anugerahnya? Jika bisa, Kyuhyun ingin menanyakan secara langsung pada Tuhan, kenapa harus ia dan Jiwon yang menerima semua ini?

Kyuhyun sangat-sangat bahagia saat akan menjadi seorang Ayah, dan sekarang ia sangat-sangat sedih karena kehilangan calon anaknya. Ia bahkan tidak pernah sesedih ini sebelumnya, ketika Ayah dan Ibunya berpisah pun Kyuhyun tidak pernah menangis. "Apa Jiwon sudah tahu tentang ini? Jika belum... Bagaimana caraku menjelaskan padanya?" Ujar Kyuhyun lemah, kemudian berjalan mendekati ranjang Jiwon dan duduk di sebelahnya.

Dengan penuh kekuatan ia menahan air matanya, agar ia terlihat kuat begitu Jiwon sadar. Tapi sangat sulit bagi Kyuhyun uuntuk menahannya, ia tertunduk, mengeluarkan semua air mata yang tidak bisa lagi ia tahan. Biarlah ia menjadi cengeng, sebab ia tidak bisa untuk tidak bisa menangis saat kehilangan calon anaknya.

Tidak ada satupun tahu, bahwa Kyuhyun telah memiliki beberapa rencana bersama anaknya dan kini rencananya hanya tinggal rencana. Khayalan hanya tinggal khayalan, karena Tuhan sangat menyayangi calon anaknya.

****

Matahari telah terbenam, di gantikan oleh indahnya cahaya bintang. Teriknya matahari bisa tergantikan oleh cahaya bintang, tapi kesedihan Kyuhyun sepertinya tidak akan pernah tergantikan. Apalagi sekarang ia harus mengatakan hal menyakitkan pada Jiwon, yang telah sadar.

"Anak kita baik-baik saja, kan?" Jujur, Kyuhyun merasa sakit ketika Jiwon bertanya seperti ini. "Kenapa kau menangis?" Tanya Jiwon lagi, ketika pertanyaannya mendapat tangisan dari Kyuhyun.

Kyuhyun memeluk Jiwon, sebelum ia menjawab dan membuat Jiwon merasa amat bersalah. "Tuhan menyayanginya, jadi karena itulah Tuhan kembali mengambilnya."

Butuh beberapa detik, sebelum Jiwon bisa memahami semua ucapan Kyuhyun. Dan disaat telah memahami, ia menangis sembari mendorong Kyuhyun. "Aku kehilangannya? Itukah yang kau maksud?" Ucap Jiwon tidak percaya, air matanya pun mengalir semakin deras, tanda bahwa Jiwon baru saja mengalami kehilangan terbesar dalam hidupnya.

Kyuhyun kembali menarik Jiwon kedalam pelukkannya, meski Jiwon menolak bahkan memukulnya. Kyuhyun tidak peduli lagi pada pukulan Jiwon karena seberapa keras pukulannya, Kyuhyun tidak merasakan sakit sama sekali. Mungkin hatinya telah terluka parah, hingga rasa sakitnya hanya ada disana. "Aku juga kehilangannya, aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Pukulah aku, jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik. Aku rela menerima pukulanmu." Kyuhyun bicara, seraya terus mendekap Jiwon. Membiarkan bajunya basah karena air mata, dan membiarkan Jiwon terus memukulnya.

Jiwon mulai lelah memukul Kyuhyun, membuatnya hanya bisa menangis sekaligus menyesali kecerobohannya. Andai saja ia lebih berhati-hati ketika menghindari Seo Joon, ia yakin calon anaknya akan tetap baik-baik saja.

Pelukkan Kyuhyun tidak pernah melonggar, bahkan ia memeluk Jiwon semalaman, sampai wanita itu tertidur setelah menangis. Menangis mungkin terlihat gampang, namun nyatanya menangis sangat menguras tenaga. Sebab menangis adalah salah cara terbaik untuk meluapkan segala bentuk emosi, entah sedih ataupun marah.

****

Sehari setelah Jiwon keguguran, ia tampak murung dan mengabaikan sekitarnya. Tidak ada lagi Jiwon si mulut sinis, atau Jiwon yang selalu berselisih dengan Kyuhyun. Jiwon nyaris tidak pernah bicara, nafsu makannya pun terganggu. Jangankan makan, minum saja Jiwon tidak mau.

Semua orang tentu khawatir, terlebih Cho Kyuhyun. Ia tidak pernah jauh dari Jiwon, dan selalu mengusap air mata Jiwon yang tidak pernah berhenti menetes. Selama mengenal Jiwon, belum pernah Kyuhyun melihatnya seperti ini.

"Makanlah dulu, sejak pagi kau belum makan apapun." Sudah berulang kali Kyuhyun membujuk Jiwon, namun sampai sekarang Jiwon tidak membuka mulutnya.

"Aku sudah membunuh anak kita... Aku benar-benar membunuhnya." Jika Kyuhyun berulang kali membujuk Jiwon agar makan, sementara Jiwon justru berulang kali mengatakan kalau ia adalah pembunuh.

"Berhentilah menyebut dirimu sebagai pembunuh! Aku sungguh tidak sanggup mendengarnya." Mohon Kyuhyun. Pembunuhnya adalah Seo Joon, bukan Jiwon. Haruskah ia memasukan Seo Joon ke dalam penjara agar Jiwon menyadarinya?

Jiwon tetap menangis, mengabaikan fakta yang baru saja Kyuhyun ucapkan. Rasa bersalah Jiwon terlalu besar, itulah penyebab kenapa ia terus menangis dan murung. Sedangkan Kyuhyun tidak tahu harus bagaimana lagi agar Jiwon kembali seperti dulu.

*****************

TBC....

feel-nya dapet gak? Dan maaf kalau pendek, karena ide lagi di simpen untuk part berikutnya...

Biasakan vote, komen dan follow!! Hargai karya author!!

My Rival Is My Wife✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang