Kepala Jiwon tertunduk diatas meja dan air mata masih menetes dari mata indahnya. Sejak masuk sekolah TK hingga SMA, baru kali ini Jiwon merasa diremehkan. Apalagi itu terjadi didepan Kyuhyun, sangat memalukan. "Tapi kenapa dia membelaku? Ahhkkk... masa bodoh!" Jiwon mengacak rambutnya dan kepalanya tertidur diatas meja, bahkan Jiwon mengabaikan bel tanda masuk.
Saat ini Jiwon butuh sendiri, untuk sedikit merenungkan hidupnya. Apa ia sungguh tidak punya bakat? Kalaupun memang benar Jiwon sama sekali tidak mempedulikannya, karena ia punya tekad kerja keras yang lebih panting dari sebuah bakat. Bakat bisa lahir dari kerja keras dan tidak pernah menyerah, Jiwon percaya dengan anggapan itu.
Suara derap kaki terdengar ditelinga Jiwon, namun Jiwon sama sekali tidak peduli. Mata Jiwon mulai terpejam dan suasana pun sangat cocok untuk tidur, tapi pemilik derap kaki itu malah menggoyangkan meja hingga memaksa Jiwon kembali membuka mata.
"Siapapun kau, bisakah jangan menggangguku? Kepalaku sangat sakit." Ujar Jiwon memohon.
"Benarkah?" Sosok misterius itu balik bertanya pada Jiwon, dan seketika Jiwon menjadi terpaku. Yang datang adalah Kyuhyun dan Jiwon sangat tidak berani menatap Kyuhyun untuk saat ini, sebab dia tidak bisa tersenyum ketika suasana hatinya sangat buruk.
"Untuk kali ini saja, tolong jangan menatapku. Aku benar-benar tidak bisa tersenyum, meski dengan paksaan." Pinta Jiwon lemah.
Kepala Kyuhyun mengangguk pelan, meski Jiwon tidak melihatnya karena dia memilih untuk memejamkan mata. Kyuhyun berjongkok dan tersenyum ketika melihat Jiwon, yang begitu mudahnya tertidur.
Tangan Kyuhyun terlipat diatas meja, kemudian kepalanya tertidur diatas lipatan tangannya dan matanya senantiasa menatap wajah Jiwon. Mata Kyuhyun tidak pernah sekalipun berkedip, seakan wajah Jiwon adalah pemandangan terindah yang tidak boleh Kyuhyun lewatkan walau hanya sedetik.
"Ada apa dengan jantungku?" Kyuhyun bergumam pelan seraya menyentuh dadanya, tempat dimana jantung itu berada. Jantung Kyuhyun berdetak tidak seperti biasanya, dan menimbulkan sensasi aneh bagi Kyuhyun.
Apalagi kini Kyuhyun begitu ingin memberi kecupan pada bibir Jiwon, selalu seperti ini jika ia sudah memfokuskan matanya untuk menatap Jiwon. Apa ia terobsesi pada bibir Jiwon hingga selalu ingin mengecupnya? Ataukah tanpa ia sadari bibir Jiwon sudah menjadi candu untuknya? Entahlah, Kyuhyun hanya merasa jika ia harus memberi tanda kepemilikan dibibir Jiwon, agar tidak ada pria lain yang berani mengecup bibir Jiwon-nya.
Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajah Jiwon, seperti ada sebuah dorongan yang tidak bisa Kyuhyun hindari. Dan dorongan tidak terlihat itu terus membuat Kyuhyun mendekat, hingga bibirnya menyatu dengan bibir Jiwon. Rasanya begitu hangat, walau hanya sekedar memberi kecupan saja karena ia tidak ingin Jiwon terbangun.
Namun disaat Kyuhyun ingin menjauhkan bibirnya, tiba-tiba saja tangan Jiwon dan menahan Kyuhyun agar tetap pada posisinya. Bahkan bibir Jiwon yang tadi terdiam kini bergerak secara agresif, Jiwon memberi lumatan kecil pada bibir Kyuhyun dan Jiwon tidak mengerti kenapa dia melakukannya.
Cukup lama ciuman Kyuhyun dan Jiwon berlangsung, sebelum akhirnya Jiwon menyudahi ciuman itu disaat sadar betapa agresifnya dia. Jiwon menatap Kyuhyun yang masih berjongkok, lalu pergi tanpa mengatakan apapun seolah lupa pada perbuatannya.
"Aku merasa dicampakkan." Ujar Kyuhyun, ditambah satu decakkan kesalnya.
****
Berulang kali Jiwon mengusap bibirnya dan berulang kali pula ia merutuki sifat bodohnya, karena bisa-bisanya ia melakukan hal seperti tadi. Dengan begitu daftar tindakkan bodohnya telah bertambah, dan itu sejak menjadi istri Kyuhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival Is My Wife✔
Jugendliteratur[Di PRIVATE acak] saingan menjadi istri? itulah yang terjadi pada Cho Kyuhyun, hanya dalam satu malam yang misterius ia harus menerima Jiwon sebagai istrinya. Bagaimana kelanjutan hidup mereka setelah menikah di usia 18 tahun dan tinggal di asrama y...