Tatapan Jiwon begitu kosong saat ia menatap ke bawah, tidak ada rasa takut meski kini ia berada di atap rumah sakit. Rasa ingin mati telah mengalahkan semuanya, akal sehat ataupun cara pikir yang baik. Jiwon merasa ia sudah tidak sanggup lagi menahan rasa bersalahnya, maka sekarang ia ingin menyusul anaknya agar rasa bersalah ini lenyap.
"Jiwon, jangan lupakan ini. Nenek mohon padamu, jangan lakukan hal konyol seperti ini." Nyonya Ri Yoo memohon, namun tidak pernah sekalipun di dengar oleh Jiwon.
Ki Jun, Tuan Dae Byun dan Han Pyo juga memohon agar Jiwon tidak melakukan tindakan bunuh diri. Tapi percuma, karena Jiwon tetap pada keputusannya. Disisi lain, mereka tidak berani mendekati Jiwon, takut jika Jiwon benar-benar akan melompat jika mereka mendekat. Sekarang, mereka hanya bisa menunggu kedatangan Kyuhyun, berharap Jiwon bisa mendengarkan ucapan suaminya.
Dibawah, Kyuhyun ternyata telah melihat Jiwon dan dengan langkah cepat ia menuju ke atap. Kyuhyun mempercepat langkahnya, ketika hatinya terus saja meronta takut kehilangan Jiwon. Ia sudah menderita karena kehilangan anaknya, dan ia tidak akan sanggup lagi hidup jika kini juga kehilangan Jiwon.
Saat ini, Kyuhyun telah sampai di atap dengan nafas terengah-engah. Namun lelah tak lagi ia hiraukan, kakinya perlahan mendekati Jiwon. Ia berjalan begitu pelan, agar Jiwon tidak tahu jika ia mendekat. Setelah Jiwon dalam jangkauannya, Kyuhyun segera menarik tangan Jiwon dan memeluk Jiwon begitu erat. Membuat Ki Jun, Han Pyo, Nyonya Ri Yoo dan Tuan Dae Byun bernafas lega, begitu juga dengan orang-orang yang sejak tadi memperhatikan dari bawah.
"Kenapa kau begitu bodoh? Kenapa kau ingin meninggalkanku? Aku sudah sangat kesepian, jadi jangan tinggalkan aku. Cho Kyuhyun tidak akan bisa hidup tanpa Kim Jiwon." Ujar Kyuhyun, tanpa melonggarkan pelukkannya. Ia terus mendekap Jiwon, takut Jiwon akan pergi begitu ia lepaskan.
Sedangkan Jiwon masih membisu, seakan lupa cara berbicara. Air mata masih senantiasa keluar dari matanya, sebagai tanda bahwa kesedihan Jiwon belum sirna sedikitpun. Ia bahkan tidak bisa mengerti semua kata-kata manis Kyuhyun, pikiran dan hatinya teramat sangat kosong. Hingga satu kalimat Kyuhyun membuat Jiwon mendongakkan kepalanya, tatapannya pun tak lagi terlihat kosong.
"Aku mencintaimu. Sangat-sangat, mencintaimu." Kata-kata Kyuhyun bagaikan sihir, mengembalikan kesadaran Jiwon secara perlahan, walau dia belum berekspresi.
Cinta? Kyuhyun berkata seperti itu karena kasihan padanya? Ataukah memang perasaannya? Setelah menatap Kyuhyun selama beberapa detik, Jiwon kembali menunduk, belum tahu harus berekspresi seperti apa. Ia belum bisa berpikir begitu baik, sekaligus masih bingung perasaan seperti apa yang ia miliki untuk Kyuhyun. "Aku lelah." Ucap Jiwon pelan.
Meski belum mendapatkan balasan atas pengakuannya, Kyuhyun tetap tersenyum. Setidaknya sekarang Jiwon hanya lelah dan butuh istirahat, bukan depresi sampai ingin bunuh diri. "Kita ke kamarmu. Naiklah ke punggungku, aku akan menggendongmu." Kyuhyun berjongkok membelakangi Jiwon, tidak lama ia merasakan Jiwon sudah naik ke punggungnya dan setelah itu Kyuhyun langsung mengantar Jiwon ke kamar. Tanpa mengucapkan salam pada empat orang dewasa yang sedang tersenyum bahagia, mereka senang persaingan kini benar-benar telah menjadi cinta.
****
Busan
Ye Na membuka pintu kamar Ara, guna melihat apakah putrinya telah siap untuk ikut makan malam. Setelah sampai di dalam, ia terkejut melihat Ara bersimbah darah karena gadis itu melukai pergelangan tangannya. "Ara..." Ye Na mulai menangis, seraya memeluk Ara yang telah tidak sadarkan diri.
"Sayang, cepat kemari!" Teriak Ye Na, berusaha memanggil sang suami. Kemudian ia meraih tumpukan foto yang ada di sebelah Ara, dan begitu di lihat itu adalah foto Ara bersama Kyuhyun.
Ye Na mulai berpikir, jika Ara mengalami patah. Tapi kenapa harus karena Kyuhyun? Ia akan sangat merasa bersalah, kalau saja Ara dan Kyuhyun memiliki hubungan, lalu mereka berpisah karena pernikahannya.
"Sayang, ada apa?" Tuan Go bertanya pada Ye Na.
"Kita bawa Ara ke rumah sakit. Dia melukai dirinya sendiri." Setelah mendengar ucapan Ye Na, Tuan Go langsung menggendong Ara tanpa perlu banyak bicara lagi.
****
Seoul
Raut lelah terlihat jelas di wajah Kyuhyun, meski ia sedang tidur. Tentu ia lelah, namun lelahnya tidak akan ia tunjukkan di depan Jiwon. Ia akan menjadi penyemangat Jiwon, saat dia terpuruk. Tapi kini, Jiwon melihat jelas kelelahan di wajah suaminya. Jiwon menyentuh wajah Kyuhyun dan menyingkirkan helaian rambut yang dahinya, Jiwon tidak bisa bohong pada kenyataan kalau Kyuhyun memiliki wajah yang sempurna. Dia bagaikan pangeran dalam wujud anak SMA.
"Aku pasti sangat menyusahkanmu. Maafkan aku." Jiwon berucap pelan, kemudian memeluk Kyuhyun yang tidur di ranjang rawatnya. Detik ini, ia benar-benar telah menyadari tidakan konyolnya, terus menangis hingga Kyuhyun tidak bisa sekolah dan mencoba bunuh diri sampai Kyuhyun lelah karena berlari menuju atap rumah sakit.
Besok, Jiwon berjanji akan menjadi lebih baik. Mencoba merelakan kepergian calon anaknya, fokus pada pemulihan dan kembali menjadi rival sekaligus istri Cho Kyuhyun. Jiwon juga sudah tahu perasaan seperti apa yang ia miliki untuk Kyuhyun, hanya saja ia ingin mengatakannya di saat yang tepat.
****
Keadaan Ara jauh lebih baik dari semalam, ia pun telah sadar dan bisa di ajak bicara. Namun Ara belum mengatakan kenapa ia sampai melukai pergelangan tangannya, ia hanya bicara seadanya dan lebih banyak diam. "Apa ini karena Kyuhyun? Kalian pernah berhubungan?" Ye Na bertanya dengan hati-hati, sekaligus takut jika pernikahannya memang sumber masalahnya.
Ara menatap mata Ye Na, bukan dengan tatapan seperti biasa, kali ini Ara menunjukkan tatapan tidak sukanya. "Dulu aku dan Kyuhyun adalah kekasih, sebelum Ibu dan Ayah menikah. Sekarang, aku tidak menahan perasaanku lagi. Aku terlalu mencintai Kyuhyun, sampai aku tidak bisa mencintai pria lain. Bisakah kalian bercerai demi aku dan Kyuhyun? Mungkin terdengar egois karena Kyuhyun juga telah menikah, tapi aku tahu Ibu tidak menyukai istri Kyuhyun. Jadi, bisakah biarkan aku bersama Kyuhyun?" Ara begitu memohon, sembari menangis agar Ye Na mengerti perasaannya.
Dugaan Ye Na ternyata benar, pernikahannya memang sumber masalah. Tanpa sadar, ia telah merusak kebahagian anaknya, Cho Kyuhyun. Bukan hanya Kyuhyun, namun juga Ara. Ia harus bagaimana sekarang? Haruskah mengorbankan pernikahannya demi sang anak? Ia akan menjadi orang tua egois jika tidak melakukan apapun.
****
Udara segar di taman rumah sakit senantiasa menemani Jiwon, sebelum pria tampan datang dan duduk disebelahnya. Ia adalah Kyuhyun, yang datang menemani Jiwon dan menjadi sandaran bagi wanita cantik itu. Ya, kepala Jiwon bersandar di bahu Kyuhyun, sementara tangannya menggenggam dengan erat tangan Kyuhyun.
"Maaf, karena aku menyusahkanmu. Aku terlalu terpuruk, hingga lupa segalanya." Ucap Jiwon penuh sesal, tanpa menjauhkan kepalanya dari bahu Kyuhyun.
Kyuhyun tersenyum, lalu mengecup rambut Jiwon. "Aku memaafkanmu dan berjanjilah kau akan tetap bersamaku, walau hatimu mungkin tidak mencintaimu."
"Aku mencintaimu, Cho Kyuhyun."
Kyuhyun terdiam untuk beberapa saat, mencerna dengan baik setiap kata-kata Jiwon. Sampai tiba saatnya, ia tersenyum dan mencium punggung tangan Jiwon. Ini hari terindah dalam hidup Kyuhyun, Jiwon membalas cintanya dan keterpurukan Jiwon perlahan mulai berlalu. Sekarang, Kyuhyun berharap kesedihan Jiwon segera pergi dan jika bisa, ia ingin menghentikan waktu agar bisa terus seperti ini bersama wanita yang ia cintai.
*************
TBC....
Kalau ada waktu baca cerita aku ya BAD BOY AND GOOD GIRL (Cast masih KyuJi)
BIASAKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival Is My Wife✔
Teen Fiction[Di PRIVATE acak] saingan menjadi istri? itulah yang terjadi pada Cho Kyuhyun, hanya dalam satu malam yang misterius ia harus menerima Jiwon sebagai istrinya. Bagaimana kelanjutan hidup mereka setelah menikah di usia 18 tahun dan tinggal di asrama y...