part 40

3.2K 389 28
                                    

Pelukkan hangat itu tak pernah sekalipun melonggar, meski yang dipeluk telah memejamkan mata dan menuju ke alam mimpi. Lelah tidak pernah Jiwon rasakan ketika memeluk Kyuhyun, justru ia ingin selalu melakukan ini, agar Kyuhyun bisa tidur dengan nyenyak. Jika pelukkannya bisa menenangkan Kyuhyun, maka ia pasti akan memeluk Kyuhyun sepanjang hari, sepanjang malam, atau bahkan disetiap detik yang berlalu dalam hidupnya.

Jiwon membenarkan selimut Kyuhyun, kemudian menyandarkan kepalanya di dada Kyuhyun. Sekarang, Jiwon bukan hanya memikirkan kesedihan Kyuhyun, tapi juga apa yang akan ia lakukan setelah ujian nanti. Sebab sampai detik ini, ia belum mengatakan impiannya pada Kyuhyun, yaitu kuliah di universitas Oxford. Stanford dan Oxford, dua universitas ternama, namun bertempat di benua dan negara yang berbeda.

Haruskah ia mengalah pada impiannya dan mendukung impian Kyuhyun? Tapi sulit baginya untuk mengalah, karena ini adalah impian dan janjinya pada mendiang sang Ibu. Ia yakin, Kyuhyun juga tidak mungkin mengalah dan semuanya akan menjadi sulit, ketika tidak ada satupun yang mau mengalah.

"Aku harus bagaimana? Aku memiliki janji pada mendiang Ibuku dan juga janji padamu." Gumam Jiwon, sedangkan air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.

****

Angin menerbangkan helaian rambut Jiwon, ketika ia duduk di atap sekolah seorang diri. Ia masih sibuk memikirkan impiannya dan impian Kyuhyun, harus mengalah atau tetap berjuang? Ia belum menemukan jawaban, maupun pilihan. Jiwon tak menampik, jika ia dianggap egois. Tapi, ia egois demi impian dan juga janjinya.

Ia hanya takut keegoisan ini akan berdampak buruk pada hubungannya dan Kyuhyun, padahal hubungan suami istri itu baru membaik selama beberapa minggu yang lalu. Akan sangat menyakitkan, kalau hubungan suami istri hancur karena impian. Ia bimbang, belum tahu apa yang baik untuknya dan apa yang baik untuk Kyuhyun.

Semua dipenuhi tanda tanya, sementara ia sedang berkutat menemukan sebuah jawaban. Apa jawaban itu ada? Ia yakin ada, hanya saja mungkin jawabannya akan menyakitkan. Ia tak ingin kisahnya berakhir dengan perpisahan, Kim Jiwon ingin selalu bersama Kyuhyun, dengan impian yang terus berjuang menjadi kenyataan.

"Kau memikirkan apa?" Seorang pria duduk disebelah Jiwon, sembari bertanya dan menunjukkan senyum menawannya. Dia adalah Cho Kyuhyun, suami Kim Jiwon.

Wanita cantik itu menoleh kearah Kyuhyun, membalas senyum menawan Kyuhyun dengan senyuman yang sangat manis, hingga menimbulkan kebahagian tak terhingga saat melihat senyum Jiwon. "Aku memikirkan universitas." Jawab Jiwon, dan memunculkan kerutan di dahi Kyuhyun.

"Kenapa? Kau khawatir tidak bisa masuk ke universitas? Kau pintar, jadi tidak perlu memusingkan itu." Sahut Kyuhyun, sementara Jiwon bingung harus memulai pembahasan ini dari mana.

Helaan nafas menjadi hal pertama yang Jiwon lakukan setelah Kyuhyun menyahuti ucapannya, ia sungguh belum tahu harus mengatakan impiannya pada Kyuhyun atau tidak. Ia takut Kyuhyun akan salah paham ketika ia sudah bicara, namun diam takkan menyelesaikan apapun. Masalah akan tetap ada, kebimbangan tetap tersimpan dan impian bisa saja berubah menjadi mimpi buruk.

"Kau pasti memikirkan hal lain. Cepat, katakan padaku." Sebenarnya, Kyuhyun menyadari kebimbangan Jiwon, maka dari itu ia bicara seperti ini.

Sorot mata Jiwon beralih sekilas pada Kyuhyun, sebelum menatap ke depan dengan tatapan kosong. Ia ragu untuk bicara, tapi ini adalah kesempatan terbaik untuk bicara. Jiwon menghembuskan nafas dengan kasar, kemudian menatap Kyuhyun. "Aku ingin kuliah di Universitas Oxford."

Raut wajah Kyuhyun seketika berubah, dari penuh senyuman menjadi sendu. "Aku kira, kau akan ikut denganku."

"Aku ingin begitu, tapi aku sudah berjanji pada Ibuku untuk kuliah di Universitas Oxford. Tolong, mengertilah."

My Rival Is My Wife✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang