Kegaduhan Tak Terduga

63 7 0
                                    

"Apa tadi itu nah?" Nita berkedip-kedip tak mengerti.

"Itu tidak salah?"

"Kupikir yang suka kak Maiza itu si kak..."

"Aku malah kiranya kak..."

"Ini beneran nggak sih?"

"Ada apa?" Rania muncul di pintu dari ruang tengah. Tampaknya dia baru saja dari bawah.

Fiqi di belakangnya.

"Kenapa, Ra? Anak-anak kok ribut?"

Yang masih tinggal di ruang tamu malah terdiam. Mereka kebanyakan anak-anak baru, saling mengobrol cemas. Yang lama ada yang memainkan hp santai dan ada pula yang sama cemasnya.

"Kalian kemana aja sih? Lama banget. Itu si Maiza diculik."

"Culik? Kok ada? Kalian-kalian kan di sini." Gadis yang bawa nampan banyak minuman digelasin bersuara dari balik tubuh Rania.

Dia meminta Rania menyingkir sehingga gelas-gelas itu cepat diletakkan di atas meja. Gadis-gadis lain datang dengan minuman berbeda. Ada teh, ada kopi.

"Loh, kita bawa minumnya banyakan ya?" Yang terakhir keluar berkomentar.

"Nggak kok, yang lain lagi tuh, ada di luar." Salahsatu mereka menjawab dan menunjuk ke teras.

"Yang lainnya lagi ngejar Maiza dan si penculik." Yang paling cuek menimpali tanpa mengalihkan pandangan dari hp.

"Maiza beneran diculik?" Fiqi akhirnya kaget. Ia maju memastikan.

Seperti diarahin lewat 1 komando, anak-anak muda di ruang tamu rata-rata mengangguk.

"Ra, ayo!" Fiqi menoleh.

Sayangnya, cewek yang dia ajakin ngomong sudah lari duluan.

***

"Hei, anak orang mau dibawa kemana itu?" Si penculik dihadang sebelum sempat mencapai pintu tempat duduk penyetir.

"Minggir! Terserah saya mau bawa kemana!" Sosok ini menantang.

"Pul, bisa nggak?" Si penghadang menoleh ke kawannya.

"Nggak, Kak. Terkunci." Ipul menjawab setelah mencoba membuka sebisa dia.

Agaknya si penculik ini sengaja mengunci mobil setelah memasukkan Maiza ke dalam.

Kawan-kawan lain, laki-laki maupun perempuan  beberapa tinggal di teras. Yang lain melompat di pertengahan tangga sampai membiarkan kakinya tidak beralas. Yang lain memakai sandal atau sepatu tidak diikat dulu baru mendekat. Beberapa yang baru memarkirkan motor, tidak jadi naik ke atas. Ada jugs yang tinggal di dekat motor dan adapula yang mendekat.

"Yugi! Maiza mau dibawa kemana itu?" Kawan si penculik yang paling awal sampai mendekat tanpa melepas helm. Dia menunjuk-nunjuk emosi atas kelakuannya.

Pemuda itu memakai jaket kulit. Terlihat seperti preman, tapi bukan preman. Agaknya ia sempat melihat Maiza ditarik.

"Mundur!" Yugi menunjuk-nunjuk balik. "Nggak usah ikut campur!"

"Gi, lo kerasukan lagi? Lo tuh sudah insyaf!" Kawan dekatnya mengingatkan.

"Gi, balikin Maiza! Nanti..." gadis yang di teras tidak bisa melanjutkan. Mulutnya dibekap.

Yugi melihat ke atas. Dilihatnya anak-anak di sana sedang ribut sendiri. Kesal menghampiri pribadi Yugi.

"Minggir semua! Jangan ada yang halangin! Jangan ikut campur!" Yugi mengancam-ancam. "Kak Damar juga mundur! Atau kubiar Maiza di dalam tidak bernafas!".

Remaja 26 (Dilanjutkan Part2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang