Karena Cewek

75 6 0
                                    

Bibirnya merah seperti dipoles. Tapi aku tahu itu bukan hasil riasan.

Matanya indah dengan garis-garis tegas yang hitam. Mungkinkah ada 'cilak' di sana?

Alisnya tidak tebal dan tidak tipis. Lekukannya menandakan dia bisa menjadi seorang yang tegas.

Pipinya sedikit gembung, tetapi terlihat kehangatan di sana.

Yugi cepat-cepat menggeleng kepala. Ia segera keluar dari mobil. Ada cemas di hatinya. Takut kalau-kalau ia malah kelepasan, mengikuti iblis yang sedang menggoda hatinya.

Teman-teman benar, aku tidak seharusnya hanya berdua dengan Maiza.

Yugi mengacak-acak rambutnya dengan satu tangan. Dia menyesali apa yang sudah dilakukan. Dia bersandar di bagian depan mobil. Matanya dipaksa memandang laut. Panas dihiraukan begitu saja.

Tubuhnya seperti dibisik lagi untuk menoleh ke belakang. Dia masih yakin Maiza tetap menangis.

"Aku salah cari tempat." Dia memutar badan, hendak kembali ke tempatnya.

Saat tangan sudah memegang dan akan membuka pintu, suara tangis Maiza yang terdengar di sela-sela membuatnya berhenti. Yugi memutuskan menutup kembali dan membuka pintu di bagian belakang. Dia masuk dan duduk, gayanya bak orang ngambek yang melihat keluar.

Yugi tidak berbicara. Dia masih membiarkan Maiza menangis. Itu berlangsung cukup lama sampai Yugi merasa bosan.

"Za, itu mata bisa bengkak kalau nangis terus!" Ucapnya kasar, kesal.

Gara-gara Arqi!

Maiza tidak mengubris.

"Za, dulu kamu nggak gini. Kenapa sih kamu jadinya suka nangis mulu? Gara-gara tuh cowok?"

Lagi-lagi Maiza hanya menangis.

"Lama-lama kuhajar juga itu anak manja satu!"

"Apa sih Kak Yugi?! Nggak usah macam-macam! Itu sahabatnya Maiza dari kecil!"

Bukannya tersulut emosi lagi, Yugi malah senang akhirnya Maiza merespon. Yah walaupun Maiza membentak.

Maiza tetap duduk di tempat. Badannya setengah memutar ke arah Yugi. Kepalanya penuh mengarah pada pemuda itu dengan tatapan marah yang masih ada airmata.

Yugi menyunggingkan senyum, tapi ia cepat-cepat membuat Maiza semakin marah.

Wajahnya berubah serius lagi, "Sahabat apa, Za, yang bikin kamu nangis? Yang lemparin kamu? Yang ngusir kamu di hadapan teman-teman? Itu bukan sahabat namanya!"

Yugi tidak ragu memberinya suara keras juga.

"Itu karena dia lagi sakit! Aku juga yang salah. Arqi sudah bilang jangan biarin anak-anak ke rumah tapi aku malah...aku malah..."

Kesedihan Maiza semakin terbentuk.

"Itu bukan salah kamu! Itu salah kita semua!"

Yugi maju karena Maiza sudah kembali ke arah depan.

"Kita semua sudah sepakat kemarin waktu di gunung. Kita bakalan rame-rame ke rumah Arqi." Yugi menormalkan suaranya.

"Tapi aku mana tahu Arqi sakit..."

Anak ini...

Suara Maiza bergetar. Rasa bersalah, cemas, takut, menyesal...Yugi merasa hanya ada itu dalam kalimat Maiza.

Remaja 26 (Dilanjutkan Part2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang