Tempat Berbagi Sedih

62 3 0
                                    

"Za. Za. Bangun, Za!"

Maiza merasa tubuhnya diguncang lembut. Kepalanya teringat kalau dia sedang bersama Yugi. Apa mungkin kak Yugi menyentuhnya?

Dia sontak terbangun. Matanya berusaha membuka lebar. Namun karena bengkak, mata itu lebih sipit dari biasanya.

"Rania!" Maiza memeluk yang membangunkannya.

Rania kaget. Dia tidak siap. Nyaris saja terjatuh. Tangannya berpegang erat pada apa saja yang bisa dicapai.

Maiza dibiarkan memeluknya lama. Meski pinggang yang sakit, ia biarkan untuk sahabatnya. Yah, sahabat.

Maiza melepasnya pelan-pelan, "Ra, sama siapa ke sini?".

"Kak Damar." Jawab Rania.

"Kak Damar?"

Tahu kakak yang satu itu ada, pikirannya langsung mengaitkan dengan anak-anak.

"Berarti yang lain juga ada?" Panik melanda nada Maiza. Segera dia keluar dari mobil.

Rania mundur karena gerakannya yang tiba-tiba.

"Nggak kok, Za. Anak-anak disuruh tinggal sama kak Damar."

Maiza merasa lega.

"Trus kak Yugi?" Ia menunduk lagi hendak melihat ke kursi penumpang.

"Itu di sana lagi bicara sama kak Damar."

Rania menunjuk ke perahu nelayan. Di sana benar-benar ada Yugi dan kak Damar. Tak jauh dari mereka, ada Wahab membiarkan dirinya di bawah matahari. Kulit coklatnya mengkilat. Topinya menghadap ke belakang.

"Maiza!" Wahab melambai begitu melihatnya.

Maiza tersenyum paksa sambil mengangkat tangan.

"Za, mau bicara?" Rania mengambil perhatiannya lagi.

Maiza menoleh. Tatapannya kembali sedih.

"Arqi gimana, Ra?" Maiza mulai menangis.

Ni anak, masih sempat nanya keadaan Arqi?

Rania heran. Kalau dia, sekalipun suka, mungkin akan marah. Arqi keterlaluan sekali mengusir Maiza. Dia saja yang melihat tadi kesalnya pakai banget. Padahal Maiza saingannya. Padahal Arqi pemuda yang disukainya.

Rasanya aku ilfil deh! Ucap Rania dalam hati, suara itu seperti mantap.

"Dah, Za, jangan nangis terus dong. Mungkin Arqi tadi lagi...nggak bisa mikir aja. Dia kan lagi sakit."

Iya kah? Rania sangsi sendiri. Mungkin tu cowok memang bukan orang baik. Dia sudah dua kali buat Maiza nangis.

"Arqi masih marah nggak ya? Aku buat dia kecewa..." Maiza menjongkok bersamaan dengan kalimat keduanya.

Ni anak...jelas-jelas sudah diperlakukan buruk sama Arqi, malah tetap utamain Arqi.

Rania tidak bisa mengerti.

Ia memperhatikan Maiza. Tubuhnya ikutan jongkok. Saat itulah suara tangis Maiza benar-benar jelas. Apalagi ada pintu mobil yang sedikit menahan ributnya angin menggerakkan pakaian mereka. Dari kepiluan itu, timbul rasa kagum Rania. Rasa kagum untuk Maiza dan seperti ucapan selamat untuk Arqi.

"Za..." dia memberi pelukan dan malah ikutan sedih. "Kamu yang sabar ya...aku nggak tahu gimana Arqi. Tadi langsung kutinggal rumah itu buat ngejar kamu. Aku juga tidak bawa hp, Za. Untung kunciku selalu jadi kalung jadi bisa langsung ngejar kamu."

Kedua sahabat itu menangis. Maiza sangat sedih karena Arqi, sementara Rania ikut pilu untuk Maiza.

Karena suara tangis itu, telinga Wahab seperti peka. Padahal jaraknya cukup jauh. Atau mungkin karena dia anak pantai, dia jadi pandai mendengar sesuatu dari kejauhan. Atau bisa jadi, angin memang sudah menjadi sahabat akrabnya yang mau bercerita apa saja.

"Kak, Maiza Rania nangis-nangisan." Wahab mengabari kak Damar.

Tapi jelas Yugi juga bisa mendengar.

Yugi naik pitam. Dia juga cemas sekaligus kesal. Mulutnya berdecak lalu kakinya membawanya berlari.

Kak Damar yang terlambat menyadari, segera mengejar.

"Gi! Gi! Tunggu!" Damar tidak bisa mendapatkan Yugi.

Damar paham kenapa Rania dan Maiza harus menangis. Mungkin mereka sedang saling membicarakan Arqi. Damar dengar percakapan Rania dalam mesjid. Dia marah Arqi membuatnya nangis untuk ke sekian kali.

Ya, ke-sekian kali.

Damar selalu mendapati Maiza menangis. Sengaja ataupun tidak. Kalau Maiza tidak dilihat dimana-mana, Damar pasti yang pergi mencarinya.

Damar punya sesuatu untuk Maiza. Damar tahu ada tempat untuk Maiza di hatinya. Rasa itu besar.

Awalnya dia kira rasa itu sulit untuk dikendalikan. Awalnya dia kira rasa itu rasa yang luar biasa. Namun belakangan dia tahu, ruang itu semudah dia bisa memberinya pada adik sendiri.

Dia hanya terbiasa mendengar curahan hati Maiza soal Arqi. Jadi dia merasa dibutuhkan. Maiza pula, dia sanggup bertahan dari kehidupan.

Damar sanggup bertahan. Dari keluarganya sendiri. Dari kerjaan. Dari organisasi. Dari dunia. Dari akhirat (InsyaaAllah). Dan dari hatinya.

Bisa dibayangkan bagaimana dia bisa bagi waktu dan jadi kakak yang hebat untuk Jannah, adik kandungnya, dan ratusan adik yang bukan darahnya. Menjaga mereka semua. Meluangkan waktu meski dia sibuk.

Maiza yang mengajarinya menempatkan diri sebagai pemimpin berjiwa kakak. Maiza satu-satunya teman yang dia bisa berbagi keluh kesah dan memberinya banyak masukan. Damar bahkan menganggap kelompok besar ini meng-kakak-kan Maiza daripada dirinya. Maiza pusat.

Aku pernah nyaris membunuh diriku sendiri. Dulu sekali, aku orang yang frustasi. Dipaksa belajar agama. Disalahkan setiap hari hanya karena aku satu-satunya yang badung. Saat pacarku menikah, aku terpaksa perbanyak kegiatan. Keluar masuk organisasi. Panjat tebing, pramuka, lari...lari dari masalah.

Tidak mempan. Nggak sengaja ikut pengkaderan. Ketemu Maiza. Sainganku bertanya.

Damar senyum-senyum jalan.

Maiza orangnya nggak malu-malu. Dia nggak segan ngajak bicara soal banyak hal. Itu pertama kalinya aku bersyukur dipaksa belajar agama. Ada perubahan dalam diriku. Ayah tidak pernah lagi menyalahkanku.

Waktu Arqi gabung, ada cemburu sih. Apalagi waktu Maiza selalu sedih gara-gara dia. Tapi lagi-lagi syukur, aku bisa makin dekat...

But...semua berubah saat gadis itu datang...gadis yang lebih banyak diam, sopan, dan cerdas...

"Ra, gila lo bikin nangis dia lagi!" Bentakan Yugi yang besar mengembalikan Damar ke masa kini.

"Ih kak Yugi apaan sih? Aku nggak bikin Maiza nangis."

Rania masih dengan suara lembut menyahut. Wajahnya yang berair menangkap sosok Damar mendekat. Rania cepat-cepat sembunyi dan menghapusnya.

Damar berhenti. Matanya tak berkedip. Kakinya tidak bisa digerakkan.

***

Remaja 26 (Dilanjutkan Part2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang