Baik dan Buruk

26 2 0
                                    

"Cie...yang sudah akur..." Fiqi meledek ketika mendapati Arqi secara sengaja merebut handphone Maiza.

Wajah Maiza diam-diam bersemu merah, "Arqi, jauh-jauh deh! Diledekin terus sama temen-temen. Malu tauk!".

Maiza manyun.

"Bawa santai saja. Kan nggak ngapa-ngapain. Teman-teman kan juga ada." Arqi menanggapi tanpa mengalihkan pandangan dari hp Maiza.

Maiza melihat ke sekeliling.

"Oh iya."

Fiqi geleng-geleng kepala.

"Udah, jangan digangguin. Cuma duduk doang itu. Jaraknya ada." Ipul lewat sambil meredam keheranan Fiqi.

Tahu siapa yang baru saja ada di belakangnya, wajah Fiqi merah padam. Cepat-cepat dia bersikap wajar.

Di rumah atas...

"Asssalamu Alaikum!" Seseorang masuk dan membuat semua mata tertuju padanya.

"Jaaaaannn!" Beberapa cewek lompat dan berteriak.

Mereka berdatangan  memeluk gadis itu. Jan alias Jannah yang kalem jadi senang sekaligus malu-malu. Beberapa teman cowok hanya maju dan menghentikan langkah di sekitar setengah meter dari para gadis.

"Jan, kemana saja?"

"Kak Damar mana, Jan?"

"Kok baru kelihatan, Jan?"

"Iya, kalian berdua darimana?"

"Sibuk banget sampai lupa kita?"

"Kak Tara ngomel mulu. Untung dia masih tidak mau datang ke sini."

"Weh, aku ada di sini tauk." Tara muncul dari bawah.

"Hai, semua. Ada yang rindu aku nggak?" Cewek yang satunya naik setelah Tara.

Wajah itu tersenyum berseri-seri. Wajah-wajah di pintu tersenyum masygul. Ada yang berdehem, tetapi gadis itu segera dicubit oleh Jannah. Si gadis merintih tapi segera ditahan.

"Jan, ada Maiza?"

Jannah melihat ke dalam. Dia tidak melihat sosok itu. Jannah pun menggeleng.

"Kak Maiza ada di bawah. Di dapur sama yang lain." Seseorang menjawab.

"Tapi ada Arqi juga." Anto berdiri. Dia baru saja mengambil handphone yang dicharger.

Rania senyum, "udah nggak mempan, Kak Anto."

Rania masuk. Berhenti di depan Anto dan menyerahkan sesuatu. Anto menerimanya dengan heran. Namun belum sempat bertanya, Rania sudah pergi.

Saat Rania di tangga menuju rumah bawah, ruang tamu terdengar heboh.

"Tanteee...Maiiizaaa..."

"Weh, Ra, rumah gue nih. Lo kok manggilnya Maiza?" Arqi yang sedang berada di meja makan panjang, ngecas hp, protes.

Rania sontak melonjak kaget. Dia histeris. Cepat-cepat dia mengucap astagfirullah.

"Kukira hantu. Ternyata Arqi jahat." Ledek Rania.

"Enak aja jahat."

"Iya, emang jahat. Bikin Maiza nangis. We'!" Rania memberinya ekspresi seperti wajah monyet.

Arqi terkejut, sejak kapan ni anak kayak benci aku?

"Raniaaaa!!"

Ah, tahu kan siapa yang teriak histeris dengan suaranya yang kayak wistle?

Remaja 26 (Dilanjutkan Part2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang