False

106 7 0
                                    

Yogi membolak-balikkan tubuhnya. Ia sangat ingin tidur di kamarnya. Tapi, kenapa tidak bisa? Ia tidak bisa tidur karena otaknya tidak bisa lepas dari bayangan gadis bernama Alana. Bayangan gadis itu terus menghantui dirinya. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Apa mungkin dia benar-benar jatuh cinta kepada gadis itu? Oh Ya Tuhan, baru kali ini dia seperti ini.

"Bego, harusnya gue minta nomor Hp itu cewek!" Yogi mendengus kesal karena kebodohannya. Bagaimana mungkin ia bisa melewatkan hal yang paling penting? Bisa-bisa dia jadi gila karena gadis itu.

Yogi mendengar handphonenya berdering. Ia memerhatikan nomor itu, Yogi tidak mengenali nomor itu. Namun, ia tetap mengangkatnya.

"Halo?" ucap Yogi dengan ogah-ogahan. Rupanya, yang menelepon itu adalah Remy.

"Halo, Gi? Ini gue, Remy," ujar Remy. Yogi pun duduk sembari menyalakan TV dengan remot.

"Lo telepon pakai nomor siapa?" tanya Yogi. Remy mengembuskan napas panjang, dan menjawab.

"Gue telepon pakai telepon umum. Pulsa gue abis," sahut Remy. Yogi pun tersenyum. Sudah beberapa hari ini ia tidak mendengar suara sahabatnya, dan ia sangat ingin agar mereka bisa berkumpul lagi seperti dulu.

"Oh, Gimana keadaan Jiro?" tanya Yogi. Remy menarik napas panjang, ia pun menjawab.

"Sama aja, dia masih kritis. Butuh beberapa kali operasi sampai sel kankernya benar-benar hilang," sahut Remy. Yogi pun bertanya.

"Lah? Trus gimana? Apa dananya cukup?" tanya Yogi. Remy pun menjawab.

"Kalau untuk operasi kedua masih cukup. Hassan yang menanggung semuanya. Tapi, nggak tahu lagi buat yang berikutnya," sahut Remy. Yogi menarik napas panjang. Ia benar-benar semakin gila karena mendengar berita dari Remy. Ia pun mengganti-ganti channel, dan menemukan berita yang benar-benar mengejutkannya.

"Rem, bentar, lo harus dengar berita ini," Yogi mengeraskan suara TV itu agar Remy bisa mendengarnya. Di berita itu terdapat video amatir mengenai Juki yang mengamuk di rumah sakit karena tidak terima jika Jiro telah diusir dari ruangannya. Di berita itu dikatakan betapa orang-orang seperti Jiro diperlakukan tidak adil. Mulai dari pelayanan rumah sakit yang kurang memuaskan, hingga pengusiran yang berujung kericuhan. Setelah berita itu selesai, Yogi mematikan TV itu.

"Lo dengar?" tanya Yogi. Remy pun mengangguk.

"Gue dengar. Tapi, gue heran. Siapa yang ngerekam?" tanya Remy.

"Gue nggak tahu. Tapi, gue harap setelah berita ini viral, nggak ada lagi orang yang senasib sama Jiro," sahut Yogi. Tak lama kemudian, Remy mengakhiri teleponnya.

Karena penasaran, Yogi pun mencari-cari tahu mengenai berita tersebut di internet. Rupanya, sudah banyak yang memberitakan itu. Video amatir itu berasal dari unggahan video akun facebook bernama Rhea A. Yogi pun menonton unggahan video dari akun itu, dan membaca caption si pemilik akun.

Si kaya menjadi semakin makmur, si miskin menjadi semakin sengsara. This is my country. Welcome to Indonesia...

Unggahan tersebut mendapatkan banyak respon dari pengguna facebook yang lain. Ada yang memberi simpati kepada Jiro, dan ada juga yang menyalahkan pihak rumah sakit karena telah tega bertindak semena-mena seperti itu. Video ini pun juga sudah dibagikan hingga ratusan kali. Sungguh, media sosial sangat berpengaruh untuk menyebarkan kebobrokan negeri ini.

Yogi sangat penasaran dengan pemilik akun Rhea A. Yogi sudah menyelidiki akun itu, namun ia tidak mendapatkan informasi apapun seperti foto profil yang kosong, dan juga tempat tinggal yang tidak jelas. Yogi merasa sangat berterima kasih kepada pemilik akun itu. Gara-gara akun itu, banyak orang yang mengetahui kisah Jiro yang begitu menyedihkan...

*****

Vicky sangat terburu-buru di hari minggu ini. Karena, ia ada janji untuk bertemu dengan Lisa di kafe. Rupanya, gadis itu sudah tiba di kafe terlebih dahulu.

"Maaf, Yang. Kamu udah lama nunggu?" tanya Vicky. Napasnya tersengal-sengal. Melihat kedatangan Vicky, gadis itu pun teesenyum.

"Enggak, aku juga baru sampai," sahut Lisa. Di hadapannya sudah ada orange juice yang sudah dipesankan oleh Lisa untuknya. Segera saja Vicky meminumnya.

Namun, tiba-tiba ia terkejut melihat seseorang yang baru saja masuk ke kafe. Orang itu adalah ayah Vicky yang terlihat rapi dengan seragam gubernurnya. Ia terlihat dijaga oleh banyak bodyguard. Vicky pun segera menggunakan tudung jaketnya, dan bersembunyi di bawah meja. Melihat Vicky yang begitu aneh, lisa pun bertanya.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Lisa.

"Sssttt... barusan ada orang aneh masuk ke sini," sahut Vicky. Lisa pun mengerutkan alis. Apanya yang aneh? Bagi Lisa, tidak ada yang aneh dengan Pak Gubernur itu. Ayah Vicky terlihat duduk di di belakang kursi yang diduduki oleh Vicky dengan posisi membelakangi Vicky. Ia tidak mengetahui bahwa di sana ada Vicky. Rupanya, di sana sudah ada orang yang menunggu ayahnya. Yaitu, ayah Remy. Bau alkohol sangat terasa di meja itu. Vicky pun mempersiapkan handphone, dan merekam pembicaraan mereka.

Rupanya, mereka sedang membicarakan keuntungan berkali-kali lipat dari penjualan peralatan-peralatan rumah sakit yang sangat canggih itu. Mereka mengganti barang-barang itu secara diam-diam dengan peralatan yang sudah tidak layak dipakai. Vicky benar-benar tak menyangka bahwa ayahnya adalah dalang di balik semua korupsi itu. Ia merasa sangat terkejut sekaligus merasa malu. Lalu, ia pun kembali mendengarkan pembicaraan mereka.

"Lalu, bagaimana dengan kasus anak yang diusir dari ruang ICU? Kalau masyarakat sampai tahu kalau itu adalah ulah kita, maka kita pasti celaka!" seru Ayah Remy. Namun, Ayah Vicky justru tersenyum dengan licik.

"Tidak akan. Mereka tidak akan menyadarinya. Kalaupun mereka mencurigai seseorang, pasti kepala rumah sakit yang akan menjadi sasaran mereka,"

"Lagipula, siapa suruh sakit? Orang miskin dilarang sakit. Orang-orang miskin dan sakit itu hanya akan menjadi sampah yang merusak pemandangan," lanjut ayah Vicky. Mereka semua pun tertawa dengan sangat puas. Sedangkan Vicky, ia merasa sangat kecewa, marah, dan juga dendam kepada mereka, terutama pada ayahnya.

"Sayang, kita pulang," gumam Vicky dengan tatapan kosong. Melihat pacarnya yang sangat aneh, sebenarnya Lisa ingin bertanya, apa yang sebenarnya terjadi? Namun, ia sangat tahu jawaban yang akan dilontarkan Vicky pasti sama dengan yang sudah-sudah. Ia pun menuruti permintaan Vicky, dan pulang bersama-sama.

*****

Rumah Vicky sudah sangat berantakan. Vicky menghancurkan semua yang ada di rumah itu hingga membuat kucing-kucingnya ketakutan, dan bersembunyi di bawah meja. Sebagai seorang sahabat, Vicky merasa tak berguna sama sekali. Kenapa ia bisa tidak menyadari semua kejahatan ayahnya? Ia menyalahkan dirinya sendiri, dan menangis...

Ia pun meraih handphonenya, dan menelepon Remy. Tak lama kemudian, Remy pun mengangkatnya.

"Halo, Vic?" sapa Remy. Vicky memandang lurus dengan tatapan kosong. Air matanya tak henti-hentinya mengalir. Mendengar isak tangis sahabatnya, Remy pun bertanya.

"Lo kenapa, Vic?" tanya Remy dengan penuh kekhawatiran. Vicky pun menyahut dengan penuh keputus asaan.

"Gue nggak berguna..." gumam Vicky. Ia terus mengatakan hal yang sama. Itu membuat Remy semakin tidak mengerti.

"Lo kenapa, Vic?!" Remy mulai sedikit panik dengan sikap Vicky yang sangat misterius.

"Sorry, Rem..." Vicky menutup teleponnya dengan tiba-tiba dan menonaktifkan handphone itu. Ia pun memeluk Conan-kun yang sangat setia menemani dirinya. Ia kembali menangis tersedu-sedu sembari memeluk kucing itu...

***** TBC *****

You Must Come Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang