Friendship

175 9 2
                                    

Pada pukul 20.03 WIB, Jiro telah membuka mata. Para anggota The Seven Musketeers tampak membawa semua barang kesukaan Jiro. Seperti komik dan juga DVD.

"Bang, lihat nih! Gue beliin komik Detektif Conan volume terbaru. Lo tahu nggak bang? Gue susah banget dapetin komik ini. Gimana nggak? Nih komik baru aja terbit, langsung ludes di toko-toko buku. Ini juga gue beli di olshop. Udah gitu, tinggal satu ini, Bang," Juki bercerita mengenai perjuangannya dengan antusias. Ia tahu, Jiro hanya akan memberikan sedikit respon terhadapnya. Atau mungkin, Jiro tidak akan menanggapi dirinya. Tapi, setidaknya mereka semua sudah bisa memberikan kebahagiaan kecil itu untuk sahabatnya.

"Gue juga, Ji. Gue beliin komik Attack On Titan sama Boruto!" ucap Vicky sembari menunjukkan kedua komik itu.

"Gue udah beliin lo DVD Detective Conan movie 21. Gila ya, susah banget buat dapatin ini film. Tapi, nggak sia-sia. Isinya keren banget!" seru Hassan. Ia juga tidak ingin kalah dengan teman-temannya yang lain. Jiro tidak bisa mendengar yang dikatakan oleh teman-temannya. Hanya samar-samar yang ia dengar. Tapi, ia tahu bahwa teman-temannya membawakan barang-barang kesukaannya. Namun, ia tidak ingin menyusahkan teman-temannya. Ia pun menasehati teman-temannya dengan lemas.

"Bego... bukannya sekolah, lo semua... malah ada di sini..."

"Lo se... mua... pulang, sana! Besok, lo semua... masih ujian. Gue kan... udah ditemenin sama... orang tua gue..." susah payah ia mengucapkan kalimat itu untuk sahabat-sahabatnya. Sesungguhnya, orang tua Jiro dan para anggota itu ingin sekali menangis melihat Jiro yang seperti ini. Namun, mereka sudah bertekad untuk tidak menunjukkan wajah sedih mereka di depan Jiro.

Laki-laki yang terbaring di ranjang rumah sakit itu sudah kesulitan bicara. Bahkan, Jiro sudah tidak mampu lagi menggerakkan tubuhnya. Matanya hanya bisa melihat dengan samar-samar, rambutnya juga sudah nyaris botak.

Yogi yang sedaritadi hanya bisa diam, akhirnya berbicara juga.

"Ya udah, kita pulang dulu. Lo harus janji, bahwa lo bisa mengalahkan penyakit ini," pinta Yogi. Jiro hanya bisa tersenyum tipis. Mereka semua pun pergi dari hadapan Jiro.

*****

Di dalam mobil Yogi, suasana terasa sangat hening. Para member The Seven Musketeers hanya diam, tak mengeluarkan sepatah katapun. Lalu, Yogi akhirnya angkat bicara.

"Kita nggak bisa diam aja kayak gini. Kita harus berjuang buat sembuhin Jiro!" seru Yogi.

"Tapi, gimana caranya, Gi?" tanya Juni. Sembari menyetir, Yogi pun menjawab.

"Operasi. Cuma itu cara agar Jiro bisa sembuh," sahut Yogi.

"Operasi?" Vicky mengulangi perkataan Yogi. Laki-laki itu pun menganggukkan kepala dan menghentikan mobilnya di pinggir.

"Iya, operasi. Kita harus bisa bawa Jiro operasi. Tapi, operasi itu nggak mungkin dilakuin di Indonesia. Lebih baik, kita bawa Jiro ke China atau Singapura. Gue dengar, alat-alat di sana jauh lebih canggih daripada di Indonesia," ucap Yogi. Mereka semua pun merenungkan kata-kata Yogi. Semua yang dikatakan Yogi ada benarnya.

"Terus, kira-kira berapa biaya buat operasi?" tanya Juni. Yogi pun menjawab.

"Gue nggak tahu biaya pastinya. Kira-kira sekitar Rp. 200.000.000- Rp. 500.000.000. Tapi, bisa jadi lebih dari itu," sahut Yogi. Mereka semua berpikir, bagaimana cara agar mereka bisa mendapatkan uang sebanyak itu?

"San, tabungan lo ada berapa?" tanya Remy. Hassan menjawab.

"Gue nggak tahu, pengacara orang tua gue bilang kalau mereka ninggalin gue duit di tabungan mereka. Jumlahnya gue nggak ingat," sahut Hassan. Remy kembali berpikir. Lalu, Remy pun mendapatkan ide.

You Must Come Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang