Remy Stories (Last Part)

138 10 0
                                    

Remy baru saja sampai di rumahnya. Seperti biasa, kedua orang tuanya tak pernah pulang ke rumah. Yang ada di rumahnya hanyalah Bibi Suryana yang beeusia sekitar 50 tahun, dan juga si tukang kebun, Pak Pardi yang berusia nyaris 60 tahun.

Mereka berdua adalah sepasang suami istri. Mereka sudah bekerja di rumah Remy sejak ia masih balita. Ia sudah menganggap Bibi Suryana dan Pak Pardi sebagai orang tuanya sendiri. Bahkan, jika diizinkan memilih oleh Tuhan, ia lebih memilih dilahirkan menjadi anak Bibi Suryana dan juga Pak Pardi. Tapi, bukankah seorang anak tak bisa memilih siapa yang akan melahirkannya?

Remy melihat, Bibi Suryana tampak begitu asyik memasak. Hingga tak menyadari kedatangan Remy. Dengan jahilnya, Remy berjalan mendekati Bibi secara pelan-pelan. Setelah itu, ia berteriak di dekat Bibi Suryana.

"KEBAKARAN!!!KEBAKARAN!!!" orang tua latah itu langsung berteriak-teriak dengan sangat heboh. Sedangkan Remy, ia tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Bibi Suryana.

"Aduh, Den... jangan ngagetin Bibi dong. Kan Den Remy tahu kalau Bibi latah," ujar Bibi Suryana sembari mencemberutkan bibirnya. Remy benar-benar gemas melihat reaksi Bibi.

"Maaf deh, Bi," sahut Remy. Ia melihat, Bibinya sedang memasak makanan favorit Remy. Yaitu ayam bumbu merah yang dipadukan dengan petai. Makanan itu menggugah selera bagi Remy.

Saat makanan telah dihidangkan di meja makan, Remy pun langsung duduk. Ia mengambil sendiri peralatan-peralatan makannya, dan mengambil nasi dan lauknya.

Selesai berdo'a, ia sudah memegang sendok dan garpunya. Namun, sebuah suara telepon dari handphonenya itu cukup mengganggu dirinya. Terpaksa ia mengangkat telepon yang rupanya dari ibunya.

"Halo, Sayang? Apa kau bisa menemui ibu di kafe sekarang juga? Mama sangat merindukanmu sayang," mendengar suara ibunya, entah kenapa, Remy justru sangat muak.

Ibu Remy bernama Angeline Marpaung. Usianya 44 Tahun. Dan juga, ia merupakan model yang paling sukses di Jakarta. Ia juga memiliki agensi khusus model. Bahkan, tak jarang ibunda Remy tampil di majalah pria dewasa.

"Aku sedang sibuk, Ma," sahut Remy dengan malas.

"Oh, seperti itukah caramu berbicara dengan orang tuamu, terutama kepada Mama?" ujar ibu Remy. Remy membuang napasnya yang begitu berat. Ia terpaksa menyetujui permintaan ibunya. Padahal, ia lebih ingin memakan masakan Bibi Suryana daripada bersama dengan orang tuanya.

*****

Sesampai di kafe, Remy telah mendapati ibunya yang tengah duduk dengan pakaian mewah ala supermodel.

Remy langsung menghampiri ibunya dengan ogah-ogahan.

"Ada apa?" tanya Remy sambil menduduki kursinya.

"Apa kau tidak merindukan Mama? Mama sangat merindukanmu, Nak..." ujar Ibu Remy sembari tersenyum. Namun, Remy justru membuang muka.

"Bohong," sahut Remy dengan dingin.

Mereka berdua memesan makanan. Setelah selesai, Ibu Remy pergi ke toilet.

Remy mendengar suara telepon dari handphone ibunya. Berkali-kali ia mendengar suara telepon. Namun, ia tak mengangkat telepon itu.

Handphone itu terus-terusan berbunyi hingga ia menjadi sangat muak. Akhirnya, ia mengangkat telepon itu.

"Halo, Sayang. Sudah lama kita tidak bertemu," suara di dalam telepon itu merupakan suara seorang pria yang sangatlah asing baginya.

"Bagaimana kalau kita bertemu di hotel? Kita akan menghabiskan waktu bersama-sama, dan bersenang-senang malam ini," lanjut pria itu. Remy sangat shock mendengar pria itu. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang dan mendengarkan pria itu.

"Bagaimana? Kau mau kan?" tanya pria itu. Remy yakin seratus persen, bahwa yang ada di telepon saat ini bukanlah ayahnya. Remy pun akhirnya berbicara.

"Aku anaknya. Kau siapa?" tanya Remy dengan tenang. Namun, dalam hatinya, ia sangat ingin menghajar pria itu hingga tewas.

"Oh, kau anaknya? Perkenalkan, aku adalah investor yang menanamkan modal untuk agensi ibumu," sahut pria itu dengan entengnya.

"Aku harus berterima kasih kepada ibumu, karena ia menyediakan banyak gadis yang bisa memuaskanku. Namun, tetap saja aku merindukan ibumu," jawab pria itu. Remy baru menyadari, bahwa yang ibunya lakukan selama ini sangatlah kotor. Ibunya tak jauh dari ayahnya. Sama-sama menjijikkan. Ia memutuskan untuk melihat isi handphone ibunya.

Ibunya telah kembali saat ia baru selesai memeriksa handphone ibunya. Remy pun menunjukkan isi dari handphone itu.

"Apa yang kau lakukan selama ini? Kau rela meninggalkanku hanya untuk menjual diri dan juga para gadis? Sebegitu pentingkah harta bagimu!?" Remy sudah tak tahan lagi. Remy membentak ibunya di depan banyak pengunjung. Namun, ia tak peduli. Ia pergi meninggalkan ibunya.

*****

Sesampai di rumah, Remy mendapati ayahnya sedang berada di ruang tamu bersama dengan beberapa tamu. Rupanya, sang ibu mengejar Remy.

"Remy, Remy, dengarkan ibu dulu," ujar ibu Remy. Namun, Remy tak peduli. Di hadapan para tamu itu, ia berkata.

"Kau sama buruknya dengan ayah. Sama-sama tak tahu malu, tak punya harga diri, dan sama-sama biadab!" bentak Remy kepada ibunya. Mendengar perkataan Remy, ayahnya benar-benar malu di hadapan orang banyak.

"Remy!" bentak ayahnya. Sang ayah pun langsung menarik lengan Remy dengan sangat keras, dan membawanya masuk ke ruang keluarga.

"Apa yang kau katakan!? Apa kau ingin mempermalukan ayah dan mamamu!?" seru ayah Remy. Remy tersenyum dengan sinisnya.

"Malu? Kalian masih punya malu rupanya? Jadi, ini yang kalian lakukan di belakangku?" Remy benar-benar tak kuat lagi menahan rasa yang selama ini ia pendam.

"Apa maksudmu?" tanya sang ayah. Remy pun menjawab.

"Aku melihat semuanya, Ayah. Aku melihat ayah pergi dengan gadis muda. Bahkan terpikir olehku untuk memberitahukan ini kepada Mama," sahut Remy. Ia kembali tersenyum sinis.

"Tapi, ternyata kalian sama saja. Tak ada bedanya. Bagaimana hubungan seperti ini bisa menjadi keluarga!?" bentak Remy kepada kedua orang tuanya. Namun, sang Ayah justru memukulnya. Ia menghajar Remy habis-habisan.

"Ayah, hentikan!" Ibu Remy melerai mereka berdua. Ayah Remy pun berkata.

"Kalau kau tak bisa memperbaiki sikap, sebaiknya kau pergi dari rumah ini!" bentak sang ayah yang terlihat sangat murka. Namun, Remy justru tersenyum.

"Terima kasih, Ayah. Aku justru sangat bahagia bisa meninggalkan rumah ini," ujar Remy dengan dingin. Tanpa ragu, ia meninggalkan rumah itu detik ini juga...

*****

Remy memutuskan untuk pergi ke rumah Vicky. Untuk sementara, ia akan tinggal di rumah Vicky. Karena, ia tak membawa apapun kecuali dompet yang hanya berisi KTP. Ia meninggalkan uang, ATM, dan juga kartu kredit. Ia tak membutuhkan semua itu lagi.

Maka dari itu, ia memutuskan untuk mencari kerja. Apapun itu, berapapun gajinya, ia akan menerimanya. Asalkan uang itu ia hasilkan dengan cara yang halal...

***** TBC *****

You Must Come Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang