Juni Stories (Part 2)

114 6 16
                                    

Perlahan-lahan, pendekatan yang dilakukan oleh Juni kepada Alea mulai membuahkan hasil. Awalnya, Alea sangat dingin kepada Juni. Mulai dari chatting yang tidak pernah dibalas oleh Alea, hingga hadiah yang diberikan oleh Juni yang selalu ditolak oleh Alea.

Tapi sekarang, hati Alea sudah mulai mencair. Juni yang selalu mencari cara untuk mendapatkan perhatian itu tak pernah kehabisan ide. Ia sudah tak pernah lagi mengirim pesan ataupun memberi hadiah kepada Alea. Ia melakukan itu bukan karena menyerah. Tapi, ia melakukan itu untuk memberi waktu kepada Alea. Juni ingin tahu, apakah Alea akan merasa hampa jika Juni tak lagi menghiraukannya?

Semua usaha yang dilakukan oleh Juni rupanya membuahkan hasil. Beberapa detik yang lalu, Juki berkata seperti ini.

"Bang Jun, kak Alea nanyain loe tuh," ujar Juki yang sedang asyik bermain game online di smartphonenya di sebuah kafe. Benar, mereka berdua sedang makan bersama.

Perkataan Juki tentu saja disambut dengan antusias oleh Juni.

"Beneran, Juk? Dia bilang apa?" tanya Juni dengan matanya yang terbelalak karena saking senangnya. Juki pun selesai bermain, dan meletakkan handphonenya di atas meja.

"Dia nanya, kenapa Bang Jun nggak pernah nge-chatting dia lagi? Terus, dia juga nanya, kenapa Bang Jun nggak nemuin dia lagi?" tanya juki lagi. Juni pun menghela napas.

"Sebenarnya gue juga berat sih ngelakuin itu. Tapi, gue cuma mau ngasih waktu ke Alea. Mungkin aja dia nggak terbiasa sama kehadiran gue,"

"Gue juga pengen tahu, apa Alea bakalan ngerasa kehilangan gue, setelah gue cuekin? Gue pikir setelah gue cuekin, dia bakal nge-chatting gue duluan. Tapi, ternyata gue salah. Dia nggak ngelakuin itu," Juni mengatakannya dengan tatapan kosong. Ia benar-benar terlihat kacau tanpa Alea. Juki benar-benar sedih melihat sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri menjadi sedih seperti itu. Juki pun tersenyum untuk menghibur Juni.

"Loe harus tahu, Kak Alea itu cewek yang selalu gengsi. Dia nggak bakalan mulai duluan, sampai si cowok yang mulai," ucap Juki.

"Dan juga... kak Alea itu, meskipun dia terlihat kuat, tapi itu cuma luarnya aja. Dalamnya, dia rapuh," lanjut Juki. Juni tidak habis pikir, sebenarnya apa yang membuat Alea jadi seperti ini?

"Emangnya apa yang bikin Alea kayak gitu?" tanya Juni. Juki pun menghela napas panjangnya.

"Gue nggak yakin sih. Tapi sejak ibu nggak ada, dia kelihatan terpukul banget," kata Juki. Ia pun melanjutkan ceritanya.

"Dulu, dia sempat punya pacar. Tapi, ayah nggak pernah ngerestuin hubungan kak Alea sama cowok itu. Karena, pacar kak Alea itu dari kalangan miskin. Si cowok itu akhirnya nyerah, dan sejak saat itu, kak Alea udah nggak bisa senyum lagi. Dia berubah jadi dingin ke semua orang," Juki pun mengakhiri ceritanya. Juni memahami kenapa Alea jadi seperti sekarang. Ia merasa bahwa perubahan sikap Alea itu merupakan bentuk protes yang tidak ia ketahui ditujukan kepada siapa. Juki pun tersenyum dan merangkul bahu Juni yang lebar.

"Loe harus tahu, Bang Jun. Dari semua cowok yang ngedeketin Kak Alea, baru loe doang yang ditanyain sama dia," ucap Juki. Ia mencoba menghibur Juni. Tapi, memang kenyataannya seperti itu.

Juki pun mengembuskan napas panjang dan berpamitan.

"Loe harus segera temuin Kak Alea, biar dia nggak ngerasa sedih lagi," ucap Juki. Ia menepuk bahu Juni dan pergi meninggalkan Juni sendiri. Juni berpikir, sepertinya saran Juki ada benarnya.

*****

Sampai di rumah, Juni mendapati ayahnya tengah duduk di ruang tamu. Ayah Juni masih menggunakan seragam kelurahannya sembari memainkan handphone. Sang ayah tak menyadari kedatangan Juni. Ia merasa heran melihat sang ayah.

"Baru lagi?" pikirnya. Ia melihat smartphone yang dipegang ayahnya, serta dosbook yang masih lengkap di atas meja ruang tamu itu.

Juni berpikir, bukankah sang ayah bulan lalu sudah membeli handphone yang serupa? Mana mungkin sudah rusak hanya dalam waktu satu bulan?

Juni tak habis pikir, gaji pegawai kelurahan itu tidak sebanyak gaji pegawai negeri yang lainnya. Bahkan, gaji ayahnya hanya cukup untuk makan selama satu bulan. Juni juga cukup sering menunggak pembayaran biaya sekolah, karena gaji ayahnya yang seringkali tak cukup.

"Ibu, coba aja kalau ibu masih hidup. Mungkin, ibu bisa nasehatin ayah. Kalau perlu, ibu marahin aja. Biar ayah nggak buang-buang uang lagi..." Juni berharap, sang ibu mendengar keluh kesahnya. Namun, ia lebih memilih untuk tak memedulikan ayahnya.

*****

Juni membawa semua barang-barang yang 'berbau' Hentai di halaman belakang rumahnya. Ada sekitar puluhan, bahkan ratusan barang-barang itu. Mulai dari komik, hingga merchandise. Semuanya ia bawa di belakang rumah.

Juni menyalakan korek api.

"Good bye, Hentai," ucapnya sembari tersenyum. Ia menjatuhkan korek api itu, dan membakar barang-barang itu. Ia sengaja melakukannya. Karena, ia tak ingin pikirannya semakin rusak. Terlebih lagi, ia sudah benar-benar jatuh cinta kepada Alea. Dan Juni yakin, jika Alea tahu mengenai bacaan kesukaannya itu, Alea juga akan meninggalkannya seperti gadis-gadis yang menjadi pacarnya. Dan Juni tak ingin kehilangan Alea hanya karena ini...

***** TBC *****

You Must Come Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang