Sepuluh

168 23 1
                                    

Waktu telah berbicara
Menanti tak sia-sia
Karena kau yang kini ada,
Sangatlah berharga
-Rizky Febian

Hari minggu merupakan hari yang sangat dicintai hampir semua orang, termasuk aku. Pukul sembilan pagi aku masih bergelung di kasur, hari libur adalah harinya aku untuk bangun sepuasnya. Seperti hari minggu ini rasanya untuk membuka mata saja berat sekali kalau saja tidak ada orang yang tiba-tiba membuka pintu kamar dan membangunkanku.

"Buset, ini anak gadis." Decak orang disamping kasurku.

Kemudian dia berjalan menuju gorden dan membukanya lebar-lebar yang membuatku menggeliat dan kembali menutup kepalaku dengan selimut.

"Kak! Ya Tuhan lo kebo apa gimana, sih? Udah jam sembilan ini. Bangun woy! Gak malu lo dibangunin sama adek nya?" Andra mengomel padaku sambil menarik selimut yang kupakai ini.

Aku mendumel kemudian memaksakan mataku untuk terbuka, "Apaan, sih? Ganggu aja lo!"

"Bangun buru! Tadi papah nyuruh gue bangunin lo. Pantesan jomblo, jam segini aja lo belom bangun"

"Apa hubungan nya anjir." Aku bangun dari posisi tidurku, kemudian aku duduk dan melihat kearah Andra yang sedang mengamati mukaku, tidak lama kemudian tawa dia meledak setelah melihat mukaku.

"Apa lo ketawa?!" Bentakku kemudian aku melempar mukanya dengan bantal.

"Muka lo persis zombie parah, kak. Serius gue." Andra masih terus saja tertawa melihatku

Aku menendang kakinya yang membuat dia menjerit kesakitan. "Rasain lo"

"Lagian gimana gak kaya zombie, gue baru bisa tidur jam dua, udah gitu makeup gue juga belom dihapus dari semalem." Lanjutku.

"Ih jorok, lo masa mau tidur makeup gak dihapus."

"Gak sempet. Udah sono keluar lo, gue mau mandi." Aku mendorong tubuh Andra menuju pintu agar dia keluar. Setelah Andra benar-benar keluar dari kamar barulah aku masuk kedalam kamar mandi.

***

Aku memasukkan kentang goreng lagi kedalam mulutku dan mataku masih terus memperhatikan film yang sedang aku tonton bersama Andra di minggu pagi ini. Tidak lama muncul bang Akbar sudah berpakaian rapih baru turun dari tangga dan sedang memakai jam ditangan kirinya.

"Mau kemana, bang?" Ucapku

Bang Akbar menoleh sekilas kearahku. "Mau kongkow"

"Ikut dong."

"Apaan? Engga ah, gue mau nongkrong sama temen-temen," bang Akbar menggelengkan kepalanya padaku.

"Lo udah janji mau ajak gue ke star caffe, lupa?" Kataku sambil menunjuk bang Akbar dengan kentang goreng ditanganku.

"Dan gue juga" Tiba-tiba Andra menyambung dari samping kananku.

Bang Akbar membuang nafas kasar, "Adek nyusahin. Yaudah sono siap-siap"

Aku dan Andra langsung memekik girang lalu kami bertos ria dan mulai berlari ke kamar untuk mengganti pakaian.

"Gini kek, hari minggu tuh baiknya ajak adek-adeknya jalan-jalan. Dapet pahala berlimpah lo, bang." Ucapku ketika kami semua sudah ada di mobil bang Akbar

"Iye. Jangan ngerecokin aja lo ya disana." Kata bang Akbar mendelik kearahku.

"Ngerecokin gimana? Emang lo mau ngapain dicaffe? Ngedate?" Kini giliran Andra yang bertanya.

Bang Akbar menjadi salah tingkah mendengar pertanyaan Andra, kemudian ia mengalihkan pembicaraan. Dan sepanjanh perjalanan kami mulai membicarakan hal-hal yang tidak penting, karna itulah kebiasaan kami jika sedang bersama selalu membicarakan apapun, dari hal penting sampai tidak penting.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang