Dua Puluh Empat

146 21 0
                                    

Arga masih terkekeh kemudian mengalihkan pandangannya pada film lagi. Aku pun tidak benar-benar fokus menghadap depan, sesekali aku melirik Arga yang masih bertahan dengan posisi nya.

"Orang tua gue cerai." Aku segera mengalihkan pandanganku pada Arga ketika tiba-tiba Arga berbicara seperti itu tanpa mengalihkan pandangannya dari tv didepan.

"Mereka cerai waktu gue kelas tiga SMP. Gue juga gak tau kalo waktu itu mereka cerai."

Arga menatapku sebentar dan kembali lagi menghadap kedepan.

"Ibu gue selingkuh, dulu ibu gue bener-bener jadi sosok ibu yang gue sama Denis idam-idamkan, bahkan gue sama Denis punya kriteria kalo calon istri kita nanti sifat dan sikapnya harus kayak Ibu."

Arga kemudian bergerak untuk duduk, akupun diam-diam mengikuti Arga untuk duduk disebelahnya. Arga kini sudah menatap kearahku dan melanjutkan ceritanya.

"Tapi semua berubah ketika cobaan muncul di keluarga gue. Saat itu perusahaan ayah lagi ada diposisi bawah, bener-bener buat makan aja kita susah, sampe rumah dijual waktu itu. Tapi disaat terburuk keluarga harus nya saling merangkul dan saling menguatkan, dan harusnya peran Ibu disana sangat penting. Tapi disaat itu Ibu gue malah asik sama laki-laki lain dan ninggalin ayah, Denis dan gue. Secara kasar dia selingkuh. Dia ninggalin kita semua disaat kita terpuruk."

Arga menjeda kalimatnya dengan menarik nafas perlahan.

"Gue waktu itu masih belum tau karena Ayah dan Denis sembunyiin itu semua dari gue, karena waktu itu gue lagi ujian SMP takut gue gak konsen sama ujian nya. Tapi selang waktu dua bulan setelah gue ujian gue ketemu Ibu di mall waktu gue sama temen-temen gue lagi mau nonton. Gue seneng banget bisa ketemu Ibu, dan gue nyamperin dia dengan wajah bahagia gue tapi tiba-tiba ada laki-laki yang langsung rangkul Ibu gue. Gue diem ditempat padahal Ibu jelas-jelas udah liat gue tapi dia malah ngebalik dan pergi sama laki-laki itu."

Aku tercengang sesaat dan mulai menggigit bibir bawah ku merasa ikut sedih mendengar cerita Arga.

"Gue cerita ke Denis dan dia bilang yang sejujurnya ke gue waktu itu antara Ibu dan Ayah. Sampe selang setahun Ibu gak pernah lagi buat nyamperin kita semua dan perusahaan Ayah kembali stabil dan hidup kita kembali kayak dulu, tapi engga dengan orang tua gue. Mulai saat itu Ayah jadi sering pulang malem dan bahkan gak pulang, tapi sekalinya pulang dia ganti-ganti cewek dan Denis sibuk sama awal dia jadi mahasiswa. Disaat itu gue sadar Ibu gak bakal balik lagi dan disaat itu semuanya berubah. Untung masih ada sahabat-sahabat gue yang tetep setia di samping gue bahkan sampe sekarang."

Arga membuang pandangannya kembali ke tv dapat kulihat raut wajahnya kembali dingin seperti sebelum kami dekat.

"Mulai dari situ gue benci sama cewek dan gue benci sama yang namanya jatuh cinta. Gue pikir semua cewek bakal berkelakuan sama kayak Ibu gue."

Aku menggeleng keras. "Lo gak bisa nyimpulin sendiri gitu, semua gak sama."

"Ya, awalnya. Tapi semenjak ketemu lo semuanya berubah, lo bener-bener ngebuat gue keluar dari benteng yang udah gue bangun." Arga seketika langsung menoleh dan tersenyum manis padaku

Dengan refleks aku memegang tangannya dan membalas senyuman Arga.

"Lo gak usah khawatir dengan masa lalu lagi. Biar semua jadi pembelajaran buat lo, lo gak usah berpikiran kalo gue bakal jadi seperti Ibu lo atau gimanapun. Tapi biar gitu dia adalah Ibu yang udah ngandung dan ngelahirin lo sampe lo besar. Jangan hidup dalam kebencian, karena lo hidup buat melangkah ke depan bukan untuk mundur. Gue janji bakal selalu ada buat lo saat lo butuh gue kapanpun."

Arga tersenyum lembut kemudian membalas genggaman tanganku dan Arga mulai menggenggam tanganku dengan erat.

"Makasih, Del."

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang