Sembilan Belas

111 20 1
                                    

Motor yang dikendarai Andra kini melaju dengan kecepatan tinggi, aku mengeryit bingung mengapa Andra tidak membawa ku kerumah Dira melainkan kerumah sakit Harapan Jaya. Tidak lama kemudian motor yang dikendarai Andra tiba dirumah sakit, aku dan Andra segera berlari menuju UGD dan disana sudah ada orangtua Dira,kak Zacky,bang Aja,kak Rachel, Maura  dan teman-temanku. Tata, Citra dan Syifa segera mendongkak ketika melihatku datang dan mata mereka sudah sembab lalu mereka bangkit dan kami berempat pun berpelukan bersana dalam isak tangis. Kami melepaskan pelukan kami ketika dokter keluar dari ruang UGD.

"Dok, gimana?" Tanya ibu Dira cepat ketika dokter baru saja menutup pintu

Dokter itu menghela nafas dan menggeleng lemah. "Mohon maaf bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi nyawa putri ibu tidak bisa diselamatkan...."

Tidak aku dengar perkataan selanjutnya dari dokter itu karna kini aku, Citra, Tata dan Syifa sudah merosot duduk dilantai mengeluarkan tangis kami yang tadi tertahan, semuanya terasa mendadak dan benar-benar membuat kami sangat shock.

                                     ****

Sore hari yang cerah tapi itu tidak secerah hati kami, disore hari yang cerah ini kami sedang mengantarkan sahabat kami ketempat peristirahatannya terakhir kali.

Aku membenarkan pashmina dan kacamata yang ku kenakan sambil menatap kini keluarga dari Dira sedang menaburkan bunga diatas gundukan tanahnya. Aku masih terus saja tidak bisa menahan tangisku ketika tiba-tiba ada seseorang yang menggenggam tanganku, aku mendongkak melihat siapa yang menggenggam tanganku dan ternyata orang itu Bintang yang sedang tersenyum lembut padaku.

"Jangan nangis lagi, biarin Dira pergi dengan tenang" ucap Bintang padaku
Aku menghela nafas kemudian menghapus pelan air mataku.

Tepat pukul lima sore semua orang meninggalkan areal pemakaman termasuk keluarga Dira dan teman-teman lelaki ku karna akan diadakan tahlilan dirumah Dira, sekarang sisa aku, Citra, Tata dan Syifa yang terakhir.

"Lo kenapa gini sih, Dir? Lo kan masih belum gapai cita-cita lo" ucap Syifa berusaha tegar sambil mengelus nisan.

"Tiga hari lagi kita mau camping, lo kan bilang lo yang paling semangat mau ikut" kini giliran Citra yang berbicara

"Yang tenang disana, Dir. We will miss you" ucapku berusaha menahan isakan yang akan keluar.

"Kita berdoa dulu buat Dira, ya?" ucap Tata yang mendapat anggukan dari kami semua.

                                  ******

Saat ini kami sedang berada dikamar Dira menemani Mama Dira yang kini sedang menangis sambil memeluk figura foto Dira, kami yang melihat itupun tak kuasa menahan tangis kami.

"Ini semua salah tante" ucap Mama Dira disela tangisnya

"Gak ada yang perlu disalahin disini tan, semua emang udah takdir" jawabku mencoba menenangkan

"Kalo aja tante sama om gak ngomongin perceraian kami didepan Dira semua gak akan kayak gini" Mama Dira mengelap kasar air matanya, "Dira gak mungkin overdosis dan meninggal" lanjutnya

"Kami semua juga sama kehilangan, tante. Tapi yang dibutuhin Dira dari kita saat ini cuma do'a aja" ujar Syifa

Mama Dira menatap nanar kami semua, "makasih ya kalian selama ini yang selalu nemenin Dira sampe akhir hayat nya. Dira pasti bangga banget punya sahabat kayak kalian"

Kami semua mengangguk dan tersenyum
"Dira akan terus ada dihati kita semua sampe kapanpun, tan" ucap Citra

                                  *****

Pagi ini di Global Internasional School sedang berduka, karena salah satu murid dan ketua basket putri disini sudah pergi untuk selamanya. Kami melakukan upacara dadakan dilapangan sekolah kami dan kami sedang berdoa mengheningkan cipta dipimpin pak Abdul guru keagamaan disini, aku dan teman-temanku menitikan air mata lagi ketika sedang memanjatkan doa.

'Ya allah, tempatkan lah sahabatku di sisimu. Aamiin." Doaku dalam hati

Aku mendongkak kedepan dan melihat guru didepan sana sedang menyampaikan pesan sepatah dua patah kata, tidak lama setelah itu kami dibubarkan ke kelas kami masing-masing.

"Kita duduknya pindah kedepan aja" ucap Tata ketika kami sudah sampai dikelas
Aku mengangguk dan kamipun sekarang duduk dibangku bekas Dira, aku menghela nafas mencoba mengikhlaskan sahabatku tenang disisi-Nya.

Tiba-tiba didepan Dicky sang ketua kelas sedang mengetukan penghapus ke papan tulis menandakan kita semua suruh diam.

"Guys pertama-tama gue mau mengucapkan berbela sungkawa yang sebesar-besarnya untuk teman kita, Andira. Semoga dia tenang disisi Allah"

"AAMIIN" teriak anak-anak kelasku serempak

"Tapi sebelumnya tadi gue dikasih tau pak Bambang acara perkemahan kita masih tetep dilanjut ya, waktunya tinggal dua hari lagi dan kalo ada yang belum daftar untuk segera ya? Oh ya, bagi yang penyakitan juga tidak disarankan untuk ikut kemah, karna kita disana tiga hari dua malam. Bawa barang seperlunya aja, karna besok kita udah bebas sekarang belajar efektif terakhir."

Anak-anak kelasku banyak yang berteriak 'yes' dan juga tidak lama setelah itu kelasku menjadi gaduh karna guru bahasa sunda kami belum datang. Syifa langsung membalikan tubuhnya diikuti Citra, kini mereka berdua duduk berhadapan dengan mejaku dan Tata.

"Kalian gapapa ikut kemah setelah gini?" Tanya Syifa pada kami dengan raut khawatir

Tata menggelengkan kepalanya, "engga, kita gak harus terus-terusan terpuruk terus, kan?"

"Iya bener. Kita harus ikhlasin biar Dira juga tenang disana" jawab Citra dengan senyumannya yang cantik

Suara berisik didepan kelas mengalihkan perhatian kami berempat, kami dengan reflek menengok kedepan dan ternyata didepan masih ada Dicky yang sedang berusaha membuat IPA2 untuk diam, setelah diam Dicky mulai membaca sesuatu dikertas yang dia pegang.

"Teman-temanku ini gue tadi dipanggil ke kantor sebentar dan gue dapet kocokan buat kita sekelas sama siapa di bis nanti"

"Sama siapa emang?" Teriak ku pada Dicky

"Sabar, neng. Ini lagi aa buka dulu kertasnya"

Aku menampilkan ekspresi jijik mendengar jawaban Dicky tadi.

"Wah, gue rasa yang cewe-cewe pada berterima kasih sama gue, nih"

"Emang siapa?" Tanya teman kelasku penasaran

"Sok misterius, najis" ucap Citra dengan kesal, sedangkan Tata mendengus geli.

"KITA SEKELAS SAMA 11 IPS 2,GUYS!" Heboh Dicky didepan kelas yang membuat semua murid perempuan dikelasku meloncat kesenangan

"Terima kasih, ndasmu! Bau tangan lo!" Maki Syifa pada Dicky dengan kesal.

Dicky yang mendapat amukan dari Syifa menampilkan wajah bingung nya. "Loh? Salah aku apa toh, Syif?"

"Kenapa mesti lo yang ambil sih? Tau gitu gue aja!" Gerutu Syifa

Citra tiba-tiba menggebrak meja yang membuat kami semua terkejut, "IPS 2? OMG itu kelas Apin kan, ya?"

"DICKY MAKASIH BANYAK!" Kini giliran Citra yang berteriak heboh pada Dicky
Sedangkan aku dan Tata menatap malas, Syifa yang sedang kesal karna sebus dengan Ojan dan Citra yang sedang berseru heboh karna sebis dengan pujaan hatinya, Davin. IPS 2 ya? Berarti ada Bintang dan juga Arga? Aku menundukan kepalaku diatas meja, merasa lelah karna kenapa selalu ada nama Arga maupun Bintang. Aku kan jadi bingung. Bingung mau pilih siapa hehehe.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang