Empat Belas

140 20 1
                                    

So it's gonna be forever
Or it's gonna go down in flames
You can tell me when it's over.
-Taylor Swift

Aku dengan cepat menyimpan hairdryer ku dan berlari ke pintu kamar, aku membuka pintu ternyata dari tadi yang mengetuk pintu kamar dengan sadis adalah Andra.

"Apa sih?" Geramku kesal

"Lelet. Buru, di bawah ada kak Bintang"

Aku membelalakan mataku tidak percaya. Jadi Bintang benar-benar main kerumah ku? Aku mengangguk pada Andra dan berkata akan segera turun, aku berjalan ke arah meja riasku kemudian menyisir rambutku dan merapihkan pakaian ku yang malam ini mengenakan piyama polkadot, aku melirik jam di dinding yang menunjukan pukul tujuh malam. Aku turun kebawah dan berjalan ke arah ruang tamu yang ternyata Bintang sedang mengobrol dengan Mama.

"Hai" sapaku ketika sudah duduk di sofa sebrang Bintang

Bintang tersenyum manis padaku.

"Kamu kok malah pake piyama gitu sih? Ada temen kamu lho, malu" tegur Mama padaku

Aku cengengesan mendengar ucapan Mama.

"Gapapa tante, kan Bintang mau main disini bukan nya kita mau main keluar" ujar Bintang sopan

"Tuh kan, gapapa" aku menjulurkan lidahku pada Mama, Mama langsung menjewer kupingku kemudian bangkit berdiri.

"Ish, mama! sakit." Kataku mengusap telinga kananku

"Biarin," Mama beralih menatap Bintang. "Bintang tante tinggal dulu ya ke dalem? Jangan sungkan-sungkan lho" lanjut Mama

"Ah iya tante, makasih"

Mama kemudian berlalu masuk kedalam dan sekarang tinggal lah aku dan Bintang yang berada di ruang tamuku. Aku melipat kakiku naik ke atas sofa dan mengambil bantal sofa untuk menopang kedua tanganku.

"Lo ngomong apa aja sama Mama?" Tanyaku

"Ngobrol biasa aja, Mama lo orang nya asik,heboh dan seru, sih. Sama kayak anaknya." Bintang tersenyum lebar padaku, "by the way, lo imut banget pake piyama kayak gitu." Tunjuk Bintang pada piyama yang ku kenakan

"Abis, gue kira lo cuma bercanda tadi mau kesini nya, gatau nya beneran. Pake beneran bawa Jco segala lagi." Aku tertawa senang sambil melihat bungkusan yang Bintang bawa

Bintang yang menyadari perkataanku langsung memberi sekotak donat itu untukku yang ku terima dengan senang hati.

"Ini beneran buat gue?" Tanyaku dengan mata berbinar

Bintang tertawa lalu mengangguk, "iya, abisin"

Aku mengangguk semangat kemudian mulai membuka kardusnya dan memakan donat itu yang membuat Bintang terkekeh.

"Gak takut gendut? Makan donat malem-malem"

Aku menggelengkan kepalaku, "enggak. Gue makan banyak juga emang bakat gak gendut-gendut"

"Julid sih lo."

Aku mendelik pada Bintang yang membuat dia tertawa. "Bukannya julid atau gimana, tapi anak Mama sama Papa gue tuh emang pada kurus-kurus. Lo gak liat bang Akbar? Andra? Kurus semua kan?"

Bintang kelihatan sedang memikir, dia mengetukan jarinya pada dagu. "Iya juga, sih"

"Nah makanya itu."

"Eh, tapi kayaknya bang Akbar deh yang paling berisi diantara kalian bertiga"

"Dia bukan berisi, tapi gede sama otot nya. Biasa, kak Rachel suka sama cowok kaya gitu makanya bang Akbar berusaha keras buat bagusin badan nya." Jelasku pada Bintang

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang