Tujuh

165 30 2
                                    

Mohon Tuhan untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku,
Hariku bersamanya.
-Sheila on7



Bel pulang sekolah berbunyi nyaring yang menandakan pelajaran terakhir berakhir dan juga penderitaan murid-murid sepertiku berakhir. Aku dengan cepat memasukan bukuku dan alat tulis kedalam tas kemudian aku berlari kearah luar. Belum sempat aku sempat aku sampai pintu teriakan Citra membuatku menghentikan lariku dan segera menoleh kearah sahabat-sahabatku.

"ADEL LO MAU KEMANA? BURU-BURU AMAT"

"Gue mau nugas. Duluan ya daaah" aku berlari keluar kelas dan segera menengokan kepalaku kesamping kanan kiri ketika aku sampai ditempat parkir.

"Nah itu dia," gumamku dan berjalan menghampiri motor ninja berwarna putih itu.

Tidak lama aku menunggu kemudian sang pemilik motor ini berjalan kearahku dan mengangkat sebelah alisnya kearahku.

"Kok bawa motor sih? Siang-siang gini panas tau. Bukannya bawa mobil aja." Keluhku pada Arga yang kini menatapku dengan tampang datar.

"Minggir." Ujarnya seraya menaiki motor.

Belum sampai Arga kemotornya aku segera menahan tangannya. "Enak aja lo langsung pulang. Lo lupa? Tadikan gue bilang hari ini kita mesti latihan"

"Kakak gue anak band" Arga melepaskan tangannya yang tadi dicekal oleh tanganku.

"Terus?" Tanyaku bingung

"Kita minta ajarin kedia"

"Gimana caranya? Ketemuan dimana?"

"Dirumah gue," Arga kemudian menaiki motornya. Sebelum dia memakai helm nya dia bertanya lagi padaku yang masih bingung dengan ucapannya. "Ayok cepet" lanjutnya.

"Maksudnya ini kita latihannya dirumah lo gitu?" Aku bertanya untuk memastikan saja bahwa aku tidak salah dengar.

Arga kemudian mengangguk dan memakai helmnya. Aku yang terkejut hanya memandang Arga dengan mata berbinar.
Arga kemudian menyalakan mesin motornya dan menoleh padaku. "Itungan kelima lo gak naik. Lo gue tinggal"

Aku segera mengerjapkan mataku dan dengan cepat melompat duduk diatas motor Arga. Kemudian aku memeluk Arga dengan senyum lebar.

"Jalan bang," kataku dengan semangat.

Arga menepuk tanganku yang berada diperutnya. "Gak usah peluk-peluk"

"Ups, sorry" Aku segera melepaskan pelukanku dan bergantian aku memegang tas belakang Arga. "Kalo lagi seneng bawaannya suka pengen meluk" lanjutku sambil tertawa.

Arga tidak memperdulikan ucapanku dia melajukan motornya untuk meninggalkan area sekolah.

"Rumah lo masih jauh gak, Ga?" Ucapku setengah berteriak pada Arga ketika kami sudah dijalan.

Arga menolehkan kepalanya sekilas kemudian mengangguk.

"Oh iya kita baru aja berangkat ya,masa nanyain masih jauh apa engga sih" Aku terkekeh sendiri menyadari ucapanku ini.

Kemudian kepalaku menengok ke kanan dan ke kiri. "Ga, itu orang pake helm masa kebalik" ucapku seraya tertawa dan masih melihat orang yang menurut aku anggap lucu itu.

Namun Arga tidak menggubris semua ucapanku,dia masih terus konsentrasi mengendarai motornya. Sampai aku tersadar kami sudah memasuki area perumahan yang cukup elite ini.

"Gue tebak rumah lo pasti yang warna hitam, kan?" Aku melihat rumah disamping kananku yang seluruh nya bercat hitam itu, "Cocok sama sifat lo sih semuanya hitam. Gak penuh warna kayak gue."

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang