17 : Sedap

127 33 20
                                        

Aku menarik tangan Audi saat ia akan menuju ke kantin. Pertama Audi mengeluh minta lepas, tapi sekarang tidak. Wajahnya menekuk kesal.

Aku membawanya ke taman sekolah, duduk di bangku yang sudah disediakan.

"Kenapa sih, lo?" tanya Audi sebal.

"Duduk dulu dong, Di," suruhku.

Audi duduk agak dihentak, sebal. Audi semakin lucu saja. Aku menyukainya.

"Apa?" sungutnya.

Aku memperlihatkan apa yang menjadi alasan aku membawa pergi Audi dari kantin. Jangan ketawa dulu.

"Nih," sodorku.

"Apa?"

"Bekal dari Ibu," wawarku.

Audi agak celingukan melihatnya, namun ia langsung membuka bekal yang kubawa. Sederhana isinya, maknanya berlebih.

Audi menyuapkan sesendok nasi dan lauknya, kemudian tersenyum ikhlas. Kutebak pasti masakan ibu lezat. Senyum Audi pun lezat dipandang.

"Lo gak makan?" tanya Audi tiba-tiba.

"Sendoknya cuma ada satu. Mau satu berdua? Gue sama lo?" tanyaku dengan nada menggoda.

Audi mencibir jijik. "Najis."

Najis apa manis?

"Becanda deng. Gue bawa dua sendok kok," tuturku jujur sambil memperlihatkan sendok yang kupegang.

"Ya udah."

"Apa?"

"Makan lah!"

Wah, romantis sekali Audi, satu bekal berdua. Aku mulai melahap bekal yang ibu buat bersama Audi.

Sesekali melihat Audi di hadapan, manis, lucu, jutek.

Audi itu bunga bangkai. Tak sedap aromanya tapi banyak yang penasaran. Aku salah satunya.

Aroma Audi sedap, tapi.

[]

[BTS #01] : Andara's WerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang