2 : Berjuang

286 60 18
                                    

Tadi aku sudah ke kelas Farren, namun kata temannya Farren tak ada di kelas.

Jangan bingung, kalau jam istirahat Farren tak ada di kelas atau di kantin bersama temannya. Farren berbeda.

Aku tahu Farren di mana, pasti di taman sekolah dengan headphone yang terpasang di telinga dan juga bekal makanan yang menemaninya.

Tuh kan, benar!

Farren di sana, di taman sekolah, duduk di kursi taman sendirian dengan barang yang kusebutkan tadi. Tapi tunggu, Farren sedang menulis sesuatu di buku. Bukan buku pelajaran, tapi semacam buku harian.

"Hai, Ren, boleh duduk?" tanyaku.

Aku menundukan kepala, mencoba melihat apa yang di tulis Farren. Namun, Farren lebih cepat menutup bukunya.

Farren tak menjawab. Jangan sebut aku bodoh karena seharusnya aku langsung duduk saja dan tak usah bertanya. Pernah aku bilang aku hanya bingung.

"Lo lagi apa, Ren?"

Lagi mendengarkan lagu yang entah siapa miliknya.

"Farren."

Aku menyentuh bahunya, ini pertama kalinya aku berani berkontak fisik dengan Farren setelah seminggu ini berusaha mendekatinya.

Farren menghembuskan napasnya sedikit menghentak. Menoleh padaku dengan alis menyatu. "Jangan pegang."

Refleks aku menjauhkan tanganku dari bahunya dan menyengir lebar tanpa dosa.

Jangan jijik. Aku sungguh mempesona kalau sedang seperti itu. Ibuku bahkan langsung memaafkanku ketika aku salah hanya karena cengiran mautku itu.

Aku terus mengajak Farren berbicara, meskipun tak di tanggapinya sama sekali.

Namun aku tak menyerah. Sebagai seorang pejantan sejati, sudah semestinya aku berjuang demi seorang wanita yang pantas di perjuangkan. Farren salah satunya.

"Gue pergi," ucap Farren beranjak dari kursi taman.

"Hati-hati."

[]

[BTS #01] : Andara's WerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang