"Mahya!"
Yang dipanggil menoleh. Aku segera berlari mendekatinya.
Mahya ini adalah ketua kelas di kelasnya Farren. Kamu pasti tahu, ada maksud tertentu aku memanggilnya. Jangan tanya, nanti juga tahu.
"Apa?" tanya Mahya.
"Gini Bro!" ucapku sambil merangkul Mahya dan berjalan dengannya.
"Lo kan ketua kelas, jadi ya, mungkin lo punya id-nya Farren. Jadi ya gitu," ucapku senyam-senyum sendiri.
"Minta?" tanya Mahya langsung mengerti maksudku. Aku mengangguk antusias.
"Buat?"
Demi Farren yang aku sukai, Mahya sungguh bertele-tele padahal dia tahu apa maksudku.
"Begini Bro. Kalau lo menghalangi acara pedekate-an antara gue dan Farren, itu artinya lo menghalangi kemerdekaan," ucapku.
"Kita sudah merdeka," Mahya membenarkan.
"Iya, tapi lo menghalangi kemerdekaan hati gue, Ya. Hati gue bakal merdeka kalau lo ngasih id Farren ke gue dan Farren balik deket sama gue," jelasku penuh percaya diri.
"Alay lo!" hardik Mahya.
Aku nyengir tanpa rasa. "Lo belum merasakan jatuh cinta rupanya. Ketika lo jatuh cinta, hal seburuk, sejijik apapun akan berubah menjadi indah demi orang yang dicinta."
"Serah lo deh, gak penting." Mahya berlalu hendak meninggalkanku.
Aku menahan bahunya dan menadahkan tanganku ke hadapannya. Serta menaikan satu alis dan senyum miring persis di film-film gitu.
"Id-nya?"
"Entar gue kirim," ucap Mahya santai dan berlalu pergi dariku.
Asay! Tunggu aku permaisuriku!
[]

KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS #01] : Andara's Wer
Historia CortaDia Audi, aku memanggilnya seperti itu. Audi bukanlah seorang fangirl yang mengagung-agungkan idolanya, bukan anak populer yang semua siswa tahu, bukan juga anak sekolah yang mengutamakan gaya semata. Audi cenderung cuek, bahkan aku sempat menja...