Aku berjalan menuju gerbang, sendirian. Sendirian, tanpa Audi.
Jangan bilang aku tak ada niat mengajaknya pulang bersama. Kendalanya adalah, Audi menghilang. Audi menghilang dari penglihatanku saat dicari.
Dari lubuk hati yang paling dalam, inginku pulang bersama pujaan hati. Tentu Audi, siapa lagi?
Aku menengok ke belakang. Puji Tuhan, sebuah keajaiban.
Audi ada di belakangku. Memasukan buku pelajaran bersama buku diary yang pernah kubilang.
Aku menghentikan langkahku, menunggu Audi dan berjalan bersama.
"Hi Audi," sapaku sembari berjalan kembali, menyeimbangkan langkahku dengan Audi.
"Apa?"
"Buku, buku yang suka lo bawa, itu buku apa?" tanyaku membuka pembicaraan supaya menjadi lebih dekat.
"Buku pelajaran."
"Itu juga gue tau, maksud gue buku yang semacam diary," jelasku.
"Nanti juga lo tau," jawab Audi yang entah kenapa membuatku senang.
"Lo gak bawa motor?" tanya Audi kemudian.
Bolehkan aku menjerit melengking seperti fangirl yang bertemu idolanya? Sayang aku seorang laki, Haldo Raksawan namanya.
Bukan apa, pasalnya ini pertama kalinya Audi bertanya padaku. Kemajuan besarkan? Iya.
"Gue lagi ngirit, aki motor gue juga kering," beberku sembari menggaruk pelipis.
"Eh, ini," ucapku setelah selesai meronggoh uang untuk Audi dan mengulurkannya.
"Buat?" Audi tampak bingung. Gemas deh.
"Headphone lo."
"Katanya lagi ngirit, tapi kok ini punya uang?" ucap Audi sembari menunjuk uang yang ada di tanganku.
"Gue kan tetap harus tanggung jawab, uangnya buat ganti kerugian lo. Motor mah nanti aja, lo gue duluin," ujarku dengan cengiran yang menambah ke-lucu-anku.
Audi diam lagi. Aku asik memandangi wajahnya dari samping. Audi memang bukan gadis tercantik di sekolah, bukan gadis dengan segala julukan yang meninggikan popularitasnya.
Audi special bagi seorang Haldo.
"Ayo naik angkot," ajak Audi.
"Lo gak perlu naik angkot, lo udah sampai di rumah," ujarku dengan senyuman maut layaknya Justin Bieber.
"Hah?" Audi gelagapan, kemudian menoleh ke belakang, di mana rumah Audi yang bercat hijau berada.
"Lo tau rumah gue?" tanya Audi dengan alis bertautan.
Tau sayang.
"Tau," jawabku sambil mengangguk.
Dan aku tau waktu itu Audi naik angkot bersamaku, entah karena apa. Namun aku menyukainya.
Audi berbalik badan berjalan menuju rumahnya sedikit cepat. Malu mungkin.
Namun bagiku ini lucu, aku menyukainya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS #01] : Andara's Wer
Short StoryDia Audi, aku memanggilnya seperti itu. Audi bukanlah seorang fangirl yang mengagung-agungkan idolanya, bukan anak populer yang semua siswa tahu, bukan juga anak sekolah yang mengutamakan gaya semata. Audi cenderung cuek, bahkan aku sempat menja...