24 : Ibu

87 26 4
                                    


Setelah pelajaran Fisika yang sungguh menguras emosi selesai. Aku berencana mengunjungi Audi di kelasnya.

Ketika aku baru sampai di luar kelas. Kebetulan Audi sedang ada di teras sembari menulis sesuatu, entahlah.

Aku menghampirinya. "Di," ujarku sembari memegang pundaknya.

Audi cepat-cepat menutup bukunya, menoleh padaku dan kemudian berdiri tegak menatapku tajam.

Pasti Audi akan marah-marah.

"Di, Audi!" Seseorang memanggil Audi, Mahya orangnya.

Acara marah-marah Audi dibatalkan karena kedatangan Mahya secara tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Audi pada Mahya.

"Ibu lo ada di kantor sekarang," timpal Mahya kemudian.

"Ya udah, gue ke kantor."

"Ikut," serobotku.

"Gak perlu," jawab Audi menoleh padaku.

"Ikut!"

"Terserah."

Aku mengikuti langkah Audi dengan semangat. Bagaimana tidak?

"Lo kenapa mau ikut sih?" tanya Audi sambil berjalan tapi juga menengok ke belakang, ke arah kuberada.

Aku menyejajarkan langkahku. "Panggilan hati," jawabku jujur seribu persen ditambah senyuman menggoda.

Audi tak menjawab. Ia memfokuskan diri pada jalan menuju kantor. Sedangkan aku memfokuskan diri pada sosok elok di sampingku ini, sosok yang berhasil membuat hatiku cenat-cenut tak menentu.

Kita berdua sampai di kantor. "Mah!" panggil Audi sembari melambaikan tangannya.

Tiba-tiba ibu berkerudung biru tua dengan baju warna abu mendekati kami. Audi menyalami ibu itu, akupun mengikuti.

Seribu duapuluh tigaratus persen aku yakin ibu yang berada di hadapanku ini ibunya Audi.

"Di, ini siapa?" tanya ibu Audi bermaksud menanyakanku.

"Siang, Ibu Camer. Perkenalkan saya Haldo, calon menantunya Ibu," ujarku penuh semangat empat lima.

Audi menyenggolku kesal. "Apaan sih!"

"Menantu ya?" tanya Ibu Audi dengan raut jenaka.

"Iya, Ibu Camer."

"Aduh, dipanggil calon mertua. Kamu bisa aja," ujar ibu Audi diujungi dengan ketawa renyah yang merdu membuatku lapar.

Ternyata ibu Audi gaul juga. Calon mertua!

"Bisa dong."

Ternyata ibunya Audi asik juga. Cantik seperti anaknya pula.

Namun yang ada di benakku adalah alasan mengapa ibu Audi sampai mengunjungi sekolah? Padahal tak ada rapat orang tua, tidak mungkin juga Audi mendapatkan surat panggilan orang tua karena sikap buruk. Jelas tidak mungkin!

Mungkin ibu Audi ingin mengenal siapa yang dekat dengan anaknya. Siapa lagi kalau bukan Haldo Raksawan?

Terima kasih.

[]

[BTS #01] : Andara's WerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang