pindah

92 8 0
                                    

Pagi yang bersalju namun cerah, musim dingin akan segera berakhir di Ukraina. Berat rasanya bagi Anne harus meninggalkan rumah milik ayahnya itu namun pekerjaan menuntutnya untuk pindah. Anne bekerja sebagai seorang detektif. Anne, Rowan, dan juga Jace sudah pergi menuju bandara pagi ini. Jace terlihat biasa saja namun hatinya berkata lain. Dia terus saja memikirkan di mana dia dan keluarganya akan tinggal.

Saat di dalam pesawat Jace duduk di dekat jendela pesawat yang di sampingnya ada Anne sementara Rowan ada di kursi belakang mereka. Jace hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dia sepertinya tidak mau bicara jika tidak ada yang mengajaknya bicara. Sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di pikiran Rowan. Langsung saja dia berdiri sehingga tampak di bawahnya ada Jace dan juga Anne. Rowan tertawa kecil karena melihat muka datar Jace yang sedang menatap awan awan di luar pesawat.

Jace tahu jika Rowan sedang menertawainya tapi dia sama sekali tidak menggubris. Anne yang mendengar merasa risih lalu menyuruh Rowan untuk menghentikan tawanya itu dengan mengangkat jari telunjuk di depan mulutnya. Rowan yang mengetahui isyarat itu langsung diam.

"Ma," panggil Rowan, "kita mau bobo' di mana nanti?"

Anne terkekeh mendengar pertanyaan dari Rowan, "kita nanti bobo' di rumah papa kamu dulu."

"Lah, bukannya rumah papa itu dipakai uncle sama aunty?" tanya Rowan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya, mama udah bilang sama aunty, katanya suruh nempatin aja rumahnya."

"Kenapa ma?"

Sementara Anne dan Rowan sibuk bercakap cakap, Jace tampak tidak tertarik untuk ikut angkat suara walau dirinya juga penasaran.

"Karena aunty mau nyusul uncle ke Paris."

"Oh, gitu ya ma?"

Anne mengangguk lalu Rowan kembali duduk di kursinya.

Rasa penasaran Jace menghilang saat semua pertanyaan yang terus mengiang di pikirannya telah ditanyakan dan dijawab. Ia merasa sedikit lega mendengar jawaban dari Anne.

Levin kita bisa sedekat dulu lagi, pikir Jace. Karena memang rumah milik papanya hanya berseberangan dengan rumah Levin. Bahkan saat upacara pemakaman Levin, Jace sempat menginap di rumah papanya.

****

Pesawat akhirnya mendarat di bandara kota Moskow. Begitu keluar bandara Anne langsung mencari taksi untuk membawa kedua anaknya, barang barang, dan juga dirinya. Setelah mendapat taksi dan semuanya sudah masuk ke dalam taksi, taksi yang mereka tumpangi langsung meluncur menuju alamat yang telah disebutkan oleh Anne.

Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk sampai ke rumah yang mereka tinggali. Begitu sampai, Jace turun dan mengeluarkan kopernya dari dalam bagasi, menariknya menuju rumah. Saat sampai di depan teras rumah ada tiga anak tangga yang harus ia naiki. Jace mengangkat kopernya sambil menaiki tiga anak tangga itu.

Saat sampai di depan pintu ia menghentikan langkahnya, bukan karena pintunya masih dikunci melainkan ia ingin melihat rumah yang sempat ia masuki beberapa bulan yang lalu. Rumah itu terlihat berbeda. Bahkan halaman yang dulunya dihiasi pohon pohon anggrek sekarang sudah tidak ada. Yang jelas rumah itu terlihat sangat berbeda.

Begitu rumahnya dibuka, Jace ingin masuk setelah Rowan. Namun ada sesuatu yang membuat Jace mengurungkan niatnya saat melihat Anne kerepotan membawa barang. Jace sempat ingin mengabaikannya namun ia kembali berpikir lagi.

"Ma," panggil Jace, "sini biar Jace yang bawa."

Mungkin jika perempuan di dekatnya itu bukan mamanya Jace pasti sudah meninggalkannya.

karena aku juga butuh kepastian✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang