Hari hariku terus saja diwarnai dengan kebohongannya. Dia terus saja menghancurkan kepercayaanku.
Sudah berhari hari ini aku kesekolah tanpa sarapan. Kakakku membawakanku bekal makanan untuk ku makan di sekolah.
Tapi makanan itu tidak pernah ku makan. Aku selalu membuangnya di tempat sampah atau ku berikan kepada temanku jika ada yang mau.
Jace melihatku di saat aku membuang makananku. Dia tampak bingung.
"Levin kenapa kamu buang?"
Aku hanya tersenyum, "ah.. Nggak apa apa kok."
"Levin..."
"Iya? Ada apa?"
"Kok kamu makin hari aku perhatiin, kamu makin kurus sih? Kenapa? Kamu sakit?"
"Iya aku sakit, sakit karena kebohongan temanmu itu."
"Ya udah kalau kamu nggak mau cerita, jangan lupa makan ya, muka kamu pucet tuh."
"Iya makasih ya Jace," saat aku hendak berlalu meninggalkan Jace aku hampir saja tersungkur.
Tetapi Jace menangkapku, aku sangat yakin, itu semua terjadi karena aku tidak makan selama beberapa hari.
Tiba tiba saja Marq datang dan menjauhkanku dari Jace, "dia pacarku jangan ganggu dia."
Aku senang saat kata 'pacar' terucap dari mulutnya. Lantas saja dia membawaku ke dalam kelas.
"Levin aku punya sesuatu buat kamu."
"Apa?"
"Taraaaa.. Nih kamu suka, kan?" dia memberiku sebuah buku. Buku yang telah lama ingin ku beli.
"Wah.. Makasih ya Marq. Oiya, Marq nanti kamu nggak ada acara kan gimana kalau kita makan siang bareng?"
Dia tampak sedang berpikir, aku tahu hari ini adalah hari Kamis, tapi aku tetap saja ingin mengajaknya pergi.
"Ng... Gimana ya? Oke aku mau nanti setelah sekolah sepi aku nunggu kamu di gerbang depan."
Jujur saja aku masih tak percaya dengan jawabannya.
Aku senang bisa jalan berdua sama Marq nanti sepulang sekolah. Aku sangat menantikan hal ini. Di saat pelajaran dimulai tiba-tiba saja kepalaku pusing, perutku sakit, bahkan badanku sampai gemetar.
Aku tak sanggup lagi menahan sakit tetapi aku mencoba untuk tetap bertahan dan akhirnya semuanya gelap, tak ada yang terlihat.
Waktu pulang sekolah akhirnya tiba, ku masukkan buku buku pelajaran dan juga buku yang Marq berikan ke dalam tas. Aku membawa sebuah buku yang sengaja tidak ku masukkan.
Itu buku catatan pemberian Jace saat ulang tahun ku enam bulan yang lalu.
Aku terpaku di pinggir lapangan basket setelah mendapati Marq sedang merangkul leher seorang cewek.
Dari warna juga bentuk tasnya aku sangat mengenali cewek itu. Ya, dia adalah temanku sendiri, Neela.
Ternyata memang benar, Marq selama ini jarang sekali menghubungiku karena sibuk menghubungi Neela.
Ku lihat Jace di sana, dia memandang sinis ke arah Marq dan Neela. Lalu dia menyadari ada aku di pinggir lapangan. Lalu aku jatuh sebelum semuanya menjadi gelap.
Aku terbangun dari tidurku, ternyata aku berada di dalam uks, kata penjaga uks, aku tadi pingsan semasa pelajaran.
Lantas semua tadi hanyalah mimpi yang seolah nyata. Aku langsung meminta izin untuk kembali ke kelas.
Kelas sudah sepi, ku lihat jam dinding, "pukul dua, pantas saja sepi mereka baru saja pulang."
Lantas aku mengemasi buku buku pelajaran dan menulis semua mimpiku di buku catatan yang Jace berikan padaku.
Lalu aku teringat kalau Marq akan menungguku di depan gerbang. Aku melangkah pergi meninggalkan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
karena aku juga butuh kepastian✅
Novela Juvenil"Harapan?" aku sudah muak dengan kata itu!! Maaf, belom ada niatan buat revisi. Jangan kaget isinya berantakannya subhanallah 😌 Ini cerita pertama saia, harap maklum kalau alay atau gimana:)